Kamis, 13 Februari 2020

SUDAH HARAM SEDIKIT LAGI


SUDAH HARAM SEDIKIT LAGI

Yan Karta Sakamira
12 Februari 2020

Sudah menjadi sifat dasar manusia, menginginkan uang tabungannya, bertambah hari bertambah banyak, namun sebagian besar mereka memilih mendepositokan uang tabungannya di Bank dengan harapan mendapatkan bunga yang besarannya kurang dari 10 % setahun. Mengapa mereka tidak memilih menggandakan tabungannya di jalan Allah, dengan janji Allah bahwa jika uang tabungannya di sedekahkan, maka Allah akan menggantinya sebanyak 700 %.

Dalam ajaran islam, seorang muslim diharamkan memakan harta riba’. Atau dengan kata lain, hukum riba adalah haram! Imam al-Syiraaziy di dalam Kitab al-Muhadzdzab menyatakan bahwa riba merupakan perkara yang diharamkan. Pendapat ini didasari firman Allah Swt dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi:

الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لا يَقُومُونَ إِلا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنَ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا

 “Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba..” (Q.S Al-Baqarah: 275)

Selain itu, ditegaskan dalam surah An-Nisa ayat 161:

وَأَخْذِهِمُ الرِّبَا وَقَدْ نُهُوا عَنْهُ وَأَكْلِهِمْ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ مِنْهُمْ عَذَابًا أَلِيمًا

“Dan disebabkan karena mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih.” (Q.S. An-Nisa: 161)

Keharaman riba dijelaskan pula dalam kitab Al Musaqqah, Rasulullah bersabda :

عَنْ جَابِرٍ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ آكِلَ الرِّبَا وَمُؤْكِلَهُ وَكَاتِبَهُ وَشَاهِدَيْهِ وَقَالَ هُمْ سَوَاءٌ

“Jabir berkata bahwa Rasulullah mengutuk orang yang menerima riba, orang yang membayarnya, dan orang yang mencatatnya, dan dua orang saksinya, kemudian beliau bersabda, “Mereka itu semuanya sama.”(H.R Muslim)

Bunga Bank hukumnya haram, jadi seharusnya kita tinggalkan, Allah telah mengganti dengan cara yang jauh lebih baik, yaitu di sedekah (infak)kan.

Allah berfirman.

وَمَا أَنْفَقْتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَهُوَ يُخْلِفُهُ ۖ وَهُوَ خَيْرُ الرَّازِقِينَ

“Dan apa saja yang kamu infakkan, Allah akan menggantinya dan Dia-lah Pemberi rizki yang terbaik” (QS: Saba’/34,  39)

Rasulullah bersabda:

قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : يَاابْنَ آدَمَ! أَنْفِقْ عَلَيْكَ

“Allah Yang Mahasuci lagi Mahatinggi berfirman, ‘Wahai anak Adam!’ berinfaklah, niscaya Aku berinfak (memberikan rizki) kepadamu” (HR: Muslim)

Allah berfirman:

مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”. (QS: Al Baqarah, 261)

Allah telah menjanjikan bahwa, jika kita mau bersedekah, maka Allah akan mengganti sedekah kita sebanyak 700 %, namun mengapa kita masih enggan? Salah satu penyebabnya adalah kita pasti ragu apakah betul Allah akan mengganti? Padahal Allah tidak pernah ingkar janji.

Allah berfirman:

رَبَّنَآ إِنَّكَ جَامِعُ ٱلنَّاسِ لِيَوْمٍ لَّا رَيْبَ فِيهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ لَا يُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

"Ya Tuhan kami, sesungguhnya Engkau mengumpulkan manusia untuk (menerima pembalasan pada) hari yang tak ada keraguan padanya". Sesungguhnya Allah tidak menyalahi janji”. (QS. 'Ali `Imran [3] : 9)

Allah berfirman:

رَبَّنَا وَءَاتِنَا مَا وَعَدتَّنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ ٱلْقِيَٰمَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ ٱلْمِيعَادَ

“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan Rasul-Rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". (QS. 'Ali `Imran [3] : 194)

Saudaraku sesama muslim, mari kita bulatkan keyakinan kita, bahwa Allah tidak akan ingkar janji, dan karena sedekah jauh lebih baik daripada deposito di bank, maka lebih baik kita biasakan sedekah setiap hari, disamping halal banyak lagi. Mengapa memilih yang haram sedikit lagi.

Semoga bermanfaat. Aamiin.






Rabu, 12 Februari 2020

WANITA BAGAI TELUR DIUJUNG TANDUK GARA-GARA SUAMI


WANITA BAGAI TELUR DIUJUNG TANDUK GARA-GARA SUAMI

Yan Karta Sakamira
11 Februari 2020

Wanita jika sudah menikah statusnya berubah menjadi istri, begitu menjadi istri, maka wanita tersebut bagai telur diujung tanduk, artinya wanita yang berstatus sebagai istri berada pada posisi yang menakutkan jika salah melangkah. Mengapa menakutkan, karena jika wanita tersebut terpeleset ke kanan dia masuk surga, sedangkan jika terpeleset ke kiri dia akan masuk neraka.

Penyebab semua itu adalah sikap istri kepada suaminya, jika istri bersikap baik kepada suminya dia akan masuk surga, sebaliknya jika dia bersikap tidak baik terhadap suaminya maka dia akan masuk neraka.

Penyebab istri masuk surga

  1. Istri yang patuh terhadap suaminya

Rasulullah bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:  إِذَا صَلَّتِ الْمَرْأَةُ خُمُسَهَا، وَصَامَتْ شَهْرَهَا، وَحَصَّنَتْ فَرْجَهَا، وَأَطَاعَتْ بَعْلَهَا دَخَلَتْ مِنْ أَيِّ أَبْوَابِ الْجَنَّةِ شَاءَتْ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dia berkata, “Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Jika seorang wanita melaksanakan shalat lima waktu, melaksanakan puasa pada bulannya, menjaga kemaluannya, dan mentaati suaminya, maka ia akan masuk surga dari pintu mana saja ia kehendaki.” (HR Ibnu Hibban, no. 4163. Hadits ini dinyatakan sebagai hadits hasan oleh syaikh Al-Albani dan dihukumi sebagai hadits shahih oleh syaikh Syu’aib al-Arnauth)

Hadist diatas tidak berlaku untuk setiap wanita, tetapi hanya berlaku bagi wanita yang berstatus sebagai istri. Jadi ini merupakan bonus bagi wanita yang berstatus sebagai istri yang taat kepada suaminya.

  1. Istri yang meninggal lantas suaminya ridha atasnya

Dari Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

أَيُّمَا امْرَأَةٍ مَاتَتْ وَزَوْجُهَا عَنْهَا رَاضٍ دَخَلَتِ الْجَنَّةَ

“Wanita mana saja yang meninggal dunia lantas suaminya ridha padanya, maka ia akan masuk surga.” (HR. Tirmidzi no. 1161 dan Ibnu Majah no. 1854. Abu Isa Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan gharib. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan).



Penyebab istri masuk neraka

  1. Istri yang tidak bersyukur atas kebaikan suaminya

Rasulullah bersabda:

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرٍو قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لَا يَنْظُرُ اللهُ إِلَى امْرَأَةٍ لَا تَشْكَرُ لِزَوْجِهَا وَهِيَ لَا تَسْتَغْنِي عَنْهُ

Dari Abdullah bin ‘Amr, dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Allâh tidak akan melihat seorang istri yang tidak berterima kasih kepada (kebaikan) suaminya padahal ia selalu butuh kepada suaminya”. (HR. An-Nasa’i  dalam as-Sunan al-Kubra, no. 9086)

  1. Istri yang tidak patuh terhadap suaminya

Rasulullah bersabda.

عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ رضي الله عنه ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : أُرِيتُ النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ بِاللَّهِ؟ قَالَ: يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ: مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu anhu , dia berkata, “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Neraka telah diperlihatkan kepadaku, ternyata mayoritas penghuninya adalah wanita, mereka kufur (mengingkari)”. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya, “Apakah mereka kufur (mengingkari) Allâh?” Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Mereka mengingkari suami dan mengingkari perbuatan kebaikan. Jika engkau telah berbuat kebaikan kepada seorang wanita (istri) dalam waktu lama, kemudian dia melihat sesuatu (yang menyakitkannya-red) darimu, dia berkata, “Aku sama sekali tidak melihat kebaikan darimu!”. (HR. Al-Bukhâri, no. 29 dan Muslim, no. 884)

  1. Istri yang menyakiti hati suaminya

Rasulullah bersabda:

عَنْ مُعَاذِ بْنِ جَبَلٍ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: لاَ تُؤْذِي امْرَأَةٌ زَوْجَهَا فِي الدُّنْيَا، إِلاَّ قَالَتْ زَوْجَتُهُ مِنَ الحُورِ العِينِ: لاَ تُؤْذِيهِ، قَاتَلَكِ اللَّهُ، فَإِنَّمَا هُوَ عِنْدَكَ دَخِيلٌ يُوشِكُ أَنْ يُفَارِقَكِ إِلَيْنَا

Dari Mu’adz bin Jabal, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda, “Tidaklah seorang istri menyakiti suaminya di dunia, melainkan istrinya dari kalangan bidadari akan berkata, “Janganlah engkau menyakitinya, semoga Allâh memusuhimu. Dia (sang suami) hanyalah tamu di sisimu, hampir saja ia akan meninggalkanmu menuju kepada kami.” (HR. At-Tirmidzi, no. 1174; Ibnu Majah, no. 2014. Hadits ini dihukumi sebagai hadits shahih oleh syaikh al-Albani)

  1. Istri yang menolak ajakan suaminya

Rasulullah bersabda.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ  رضي الله عنه ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  : إِذَا دَعَا الرَّجُلُ امْرَأَتَهُ إِلَى فِرَاشِهِ فَأَبَتْ فَبَاتَ غَضْبَانَ عَلَيْهَا لَعَنَتْهَا المَلاَئِكَةُ حَتَّى تُصْبِحَ

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dia berkata: Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika seorang suami memanggil isterinya ke tempat tidurnya, namun istrinya enggan (datang), lalu suami bermalam dalam keadaan marah kepadanya, malaikat melaknat isteri itu sampai masuk waktu subuh.” (HR. Al-Bukhâri, no. 3237, 5193 dan Muslim, no. 1436)

  1. Istri yang keluar rumah tanpa ijin suaminya

Allâh Azza wa Jalla berfirman:

وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ ۖ وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ ۚ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا

Dan hendaklah kamu (para istri Nabi) tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Allâh dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Allâh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. (QS: Al Ahzâb, 33)

Saudariku yang berstatus istri, berhati-hatilah dalam bersikap terhadap suami, berusahalah dan biasakanlah untuk selalu bersikap baik terhadap suami, in sya Allah hal tersebut merupakan tiket bagi istri untuk masuk surga.

Semoga bermanfaat. Aamiin.






Senin, 10 Februari 2020

TIDAK ADA YANG SALAH DALAM MEMILIH PASANGAN


TIDAK ADA YANG SALAH DALAM MEMILIH PASANGAN

Yan Karta Sakamira
10 Februari 2020

Tidak ada yang salah dalam memilih pasangan, kesalahannya biasanya adalah salah dalam memahami esensi berpasangan. Esensi berpasangan adalah saling membahagiakan, jadi siapapun mereka yang berpasangan, asal keduanya mempunyai pemahaman yang sama tentang esensi berpasangan, maka kebahagiaan itu akan terwujud. Pasangan yang tidak bahagia biasanya terjadi jika salah satu atau keduanya mempunyai pemahaman yang berbeda tentang esensi berpasangan.

Seseorang yang memilih pasangan berharta, maka harta yang akan dia dapatkan. Seorang yang memilih pasangan berderajat, maka derajat yang akan dia dapatkan. Seseorang yang memilih kecantikan dalam berpasangan, maka kecantikan yang akan dia dapatkan. Jadi tidak ada yang salah dalam memilih pasangan, namun jika pada akhirnya mereka tidak bahagia, penyebabnya adalah mereka salah dalam memahami esensi berpasangan.

Siapapun yang berpasangan asal keduanya memahami esensi berpasangan dan mengamalkannya, maka mereka akan berbahagia. Pertanyaannya adalah, bagaimankah cara memilih pasangan yang bisa membahagiakan?

Tidak cukup hanya saling bertanya, apakah kamu mencintaiku dan akan membahagiakanku? Semuanya jika ditanya akan menjawab ya, baik yang berharta, berderajat maupun yang cantik, dan sudah menjadi sifat dasar manusia, bahwa manusia itu mudah lupa apapun yang telah menjadi komitmen bersama.

Allah berfirman:

وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ ضُرٌّ دَعَا رَبَّهُ مُنِيبًا إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا خَوَّلَهُ نِعْمَةً مِنْهُ نَسِيَ مَا كَانَ يَدْعُو إِلَيْهِ مِنْ قَبْلُ وَجَعَلَ لِلَّهِ أَنْدَادًا لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ قُلْ تَمَتَّعْ بِكُفْرِكَ قَلِيلًا ۖ إِنَّكَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ

“Dan apabila manusia itu ditimpa kemudharatan, dia memohon (pertolongan) kepada Tuhannya dengan kembali kepada-Nya; kemudian apabila Tuhan memberikan nikmat-Nya kepadanya lupalah dia akan kemudharatan yang pernah dia berdoa (kepada Allah) untuk (menghilangkannya) sebelum itu, dan dia mengada-adakan sekutu-sekutu bagi Allah untuk menyesatkan (manusia) dari jalan-Nya. Katakanlah: “Bersenang-senanglah dengan kekafiranmu itu sementara waktu; sesungguhnya kamu termasuk penghuni neraka.” (Q.S Az-Zumar: 8)

Apabila kita menginginkan pasangan yang bisa membahagiakan, maka pilihlah yang agamanya baik, semakin baik agamanya, semakin baik pula untuk dijadikan pasangan.

Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,

تنكح المرأة لأربع: لمالها ولحسبها وجمالها ولدينها، فاظفر بذات الدين تربت يداك

“Wanita biasanya dinikahi karena empat hal: karena hartanya, karena kedudukannya, karena parasnya dan karena agamanya. Maka hendaklah kamu pilih wanita yang bagus agamanya (keislamannya). Kalau tidak demikian, niscaya kamu akan merugi.” (HR. Bukhari-Muslim)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam  bersabda,

إذا جاءكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير

“Jika datang kepada kalian seorang lelaki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka nikahkanlah ia. Jika tidak, maka akan terjadi fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi. Al Albani berkata dalam Adh Dho’ifah bahwa hadits ini hasan lighoirihi)

Seseorang yang beragama baik, dia akan memperlakukan pasangannya sesuai dengan Al Qur’an dan Sunnah Rasulullah. Jika dia  pria disebut pria shalih, sedangkan jika wanita disebut wanita shalihah. Seseorang yang mendapatkan pasangan pria shalih/wanita shalihah (agamanya baik) tidak hanya mendapatkan kebahagiaan dunia, namun juga akan mendapatkan kebahagiaan di akhirat.

Rasulullah shalallahu'alaihi wa sallam bersabda:

اَلدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتَاعِ الدُّنْيَا الْمَرْأَةُ الصَّالِحَةُ.

"Dunia adalah perhiasan, dan sebaik baik perhiasan adalah wanita shalihah"
(HR. Muslim no 1467)

Allah berfirman:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (QS: Al Ahzab, 35)

Saudaraku sesama muslim, kunci untuk memilih pasangan yang dapat membahagiakan adalah pasangan yang baik akhlak dan agamanya.

Semoga bermanfaat. Aamiin.


Sabtu, 08 Februari 2020

KELIHATANNYA BEDA PADAHAL SAMA


KELIHATANNYA BEDA PADAHAL SAMA

Yan Karta Sakamira
8 Februari 2020

Banyak manusia di dunia ini yang kurang tepat dalam bersikap, mereka lebih banyak mengejar ilusi daripada esensi. Ilusi artinya sesuatu yang hanya dalam angan-angan; khayalan, sedang esensi artinya hakikat sesuatu.

Allah telah mengingatkan kepada kita bahwa dunia ini hanya permainan dan senda gurau, artinya segala sesuatu yang kita kejar didunia ini hanya tipuan dan hanya permainan belaka, jadi kalau kita tidak paham tentang esensi hidup di dunia maka hidup kita akan sia-sia.

Allah Ta’ala berfirman:

 ٱعۡلَمُوٓاْ أَنَّمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬ وَزِينَةٌ۬ وَتَفَاخُرُۢ بَيۡنَكُمۡ وَتَكَاثُرٌ۬ فِى ٱلۡأَمۡوَٲلِ وَٱلۡأَوۡلَـٰدِ‌ۖ

“Ketahuilah sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, senda gurau yang melalaikan, perhiasan, saling berbangga diri diantara kalian dan saling berlomba untuk memperbanyak harta dan anak.” (QS. Al-Hadid: 20)

Dan ditegaskan secara jelas oleh Allah Ta'ala dalam firman Nya:

وَمَا ٱلۡحَيَوٰةُ ٱلدُّنۡيَآ إِلَّا لَعِبٌ۬ وَلَهۡوٌ۬‌ۖ وَلَلدَّارُ ٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ لِّلَّذِينَ يَتَّقُونَ‌ۗ أَفَلَا تَعۡقِلُونَ

“Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS. Al-An'am: 32)

Berikut ini adalah beberapa contoh untuk memahami tentang esensi dan ilusi selama kita hidup di dunia.

Esensi Hidup

Esensi hidup manusia di dunia adalah untuk beribadah kepada Allah, walaupun kelihatannya manusia itu berbeda, seperti beda bangsa, beda suku, beda bahasa, beda warna kulit, beda nasab, namun sebenarnya esensi mereka adalah sama yaitu manusia yang mempunyai kewajiban untuk beribadah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz Dzariyat: 56)

Jadi esensi hidup manusia di dunia ini adalah untuk beribadah kepada Allah, jangan sampai kita tergoda untuk mengejar ilusi dunia (cinta dunia).

Esensi Bepergian

Esensi bepergian adalah sampai di tempat tujuan dengan selamat, walaupun kelihatannya berbeda seperti naik kereta kelas ekskutif, kelas bisnis atau kelas ekonomi, tetapi pada hakikatnya adalah sama, yaitu sama-sama  bepergian dan sampai di tempat yang sama dengan selamat.

Esensi Makan

Esensi makan adalah menghilangkan rasa lapar untuk menambah tenaga, walaupun kelihatannya berbeda seperti makan rawon, makan soto, makan gado-gado, makan sate, makan pecel, tetapi pada hakikatnya adalah sama, semua bisa menghilangkan rasa lapar dan menambah tenaga.

Esensi Bekerja

Esensi Bekerja adalah untuk mendapatkan penghasilan, walaupun kelihatannya berbeda, seperti bekerja di kantor, bekerja di pertambangan, bekerja di pasar, bekerja pabrik, bekerja di sawah, tetapi pada hakikatnya adalah sama, semua bisa memperoleh penghasilan.

Esensi Berpasangan

Esensi berpasanagan adalah saling membahagiakan, walaupun kelihatannya berbeda, seperti berpasanagan dengan artis, berpasangan dengan pegawai, berpasangan dengan pedagang, berpasangan dengan petani, berpasangan dengan buruh, tetapi pada hakikatnya adalah sama, semua bisa saling membahagiakan.

Saudaraku sesama muslim, seharusnya kita menjalani hidup sesuai dengan esensinya, kita harus bersyukur hari ini sudah bisa makan, bersyukur hari ini masih punya pekerjaan, bersyukur hari ini masih punya pasangan, bersyukur hari ini masih hidup, bukan mengejar ilusi, seperti makan harus yang enak dan mahal, pekerjaan harus bergengsi, pasangan harus yang cantik, ingat semua yang kita kejar itu hanya ilusi dan tidak ada batas ujungnya.

Esensi hidup adalah untuk beribadah, jadi mari kita sibukan diri kita untuk terus beribadah kepada Allah. Kita memang perlu makan, perlu bekerja, perlu berpasangan, namun semua itu adalah sarana untuk kesuksesan beribadah, jangan sampai kita sibuk mengejar ilusi dunia sehingga lupa beribadah kepada Allah.

Allah Ta’ala berfirman:

إِنَّ ٱلَّذِينَ لَا يَرۡجُونَ لِقَآءَنَا وَرَضُواْ بِٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا وَٱطۡمَأَنُّواْ بِہَا وَٱلَّذِينَ هُمۡ عَنۡ ءَايَـٰتِنَا غَـٰفِلُونَ

“Sesungguhnya orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, merasa puas dengan kehidupan dunia dan merasa tentram dengan kehidupan itu serta orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami , mereka itu tempatnya adalah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS. Yunus: 7)

Allah mencela suatu kaum yang sibuk mengejar ilusi dunia dalam firman-Nya:

وَيَوۡمَ يُعۡرَضُ ٱلَّذِينَ كَفَرُواْ عَلَى ٱلنَّارِ أَذۡهَبۡتُمۡ طَيِّبَـٰتِكُمۡ فِى حَيَاتِكُمُ ٱلدُّنۡيَا وَٱسۡتَمۡتَعۡتُم بِہَا فَٱلۡيَوۡمَ تُجۡزَوۡنَ عَذَابَ ٱلۡهُونِ بِمَا كُنتُمۡ تَسۡتَكۡبِرُونَ فِى ٱلۡأَرۡضِ بِغَيۡرِ ٱلۡحَقِّ وَبِمَا كُنتُمۡ تَفۡسُقُونَ

“Dan (ingatlah) hari (ketika) orang-orang kafir dihadapkan ke neraka (kepada mereka dikatakan): "Kamu telah menghabiskan rezekimu yang baik dalam kehidupan duniawimu (saja)dan kamu telah bersenang-senang dengannya; maka pada hari ini kamu dibalas dengan azab yang menghinakan karena kamu telah menyombongkan diri di muka bumi tanpa hak dan karena kamu telah fasik". (QS. Al-Ahqaf: 20)

Dalam melaksanakan ibadah, kita harus sabar dan semangat, karena Allah selalu menguji hambanya dalam melaksakan ibadah, untuk mengetahui mana hamba yang ikhlas karena Allah dalam beribadah.

Allah Ta’ala berfirman:

 إِنَّا جَعَلۡنَا مَا عَلَى ٱلۡأَرۡضِ زِينَةً۬ لَّهَا لِنَبۡلُوَهُمۡ أَيُّہُمۡ أَحۡسَنُ عَمَلاً۬

“Dan sesungguhnya Kami jadikan apa saja yang ada dimuka bumi ini sebagai hiasan baginya, supaya kami uji siapa diantara mereka yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Kahfi: 7)

Orang yang cinta dunia akan cenderung mengejar ilusi dunia sebagai tujuan akhir dari segalanya, sehinggga ia terjatuh dalam kesesatan, yaitu menjadikan hidup sebagai tujuan untuk mendapatkan dunia dan melupakan akhirat.

Allah Ta’ala berfirman

مَن كَانَ يُرِيدُ ٱلۡحَيَوٰةَ ٱلدُّنۡيَا وَزِينَتَہَا نُوَفِّ إِلَيۡہِمۡ أَعۡمَـٰلَهُمۡ فِيہَا وَهُمۡ فِيہَا لَا يُبۡخَسُونَأُوْلَـٰٓٮِٕكَ ٱلَّذِينَ لَيۡسَ لَهُمۡ فِى ٱلۡأَخِرَةِ إِلَّا ٱلنَّارُ‌ۖ وَحَبِطَ مَا صَنَعُواْ فِيہَا وَبَـٰطِلٌ۬ مَّا ڪَانُواْ يَعۡمَلُونَ

“Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, maka Kami penuhi balasan pekerjaan-pekerjaannya di dunia dan mereka tidak akan dirugikan sedikitpun. Tetapi di akhirat tidak ada bagi mereka bagian selain neraka. Dan sia-sialah apa-apa yang mereka perbuat di dunia dan batallah apa-apa yang mereka amalkan.” (QS. Hud: 15-16)

Maka saudaraku, marilah kita berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan (amal shalih), untuk meraih ridha Allah Ta’ala, sebagai bekal hidup di akhirat yang lebih baik dan kekal abadi.

Allah Ta’ala berfirman:

 وَٱلۡأَخِرَةُ خَيۡرٌ۬ وَأَبۡقَىٰٓ

“Dan kehidupan akhirat itu adalah lebih baik dan lebih kekal.” (QS. Al-A’laa: 17)

Semoga bermanfaat. Aamiin.