Dr. Suparyanto, M.Kes
PENGUKURAN
PERILAKU
1.
Definisi
Perilaku
Perilaku
adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai
bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara, menangis, tertawa,
bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku
(manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia baik yang dapat diamati
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
Skinner
(1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau
reaksi seorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku
ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme
tersebut merespons (Notoatmodjo, 2007:133).
2.
Pembentukan
Perilaku
Perilaku
setiap orang adalah unik dan khas sifatnya. Oleh karena itu tidak ada individu
yang memiliki perilaku yang sama persis ketika menghadapi situasi atau stimulus
yang sama. Perilaku dalam hal ini mirip sidik jari tidak ada yang sama. Namun
meskipun tidak ada perilaku yang sama pada setiap perilaku individu, itu
tidaklah berarti tidak ada batas-batas antara perilaku yang wajar dengan
perilaku tidak wajar. Keunikan perilaku yang sehat selalu dalam batas-batas
tersebut.
Perilaku
dikatakan sehat atau wajar bila perilaku tersebut merupakan respons yang
sesuai/adaptif serata membuat individu menjadi lebih berkembang dan matang.
Sedangkan perilaku dianggap bergangguan atau tidak sehat bila perilaku tersebut
sudah tidak lagi sesuai atau adaptif dengan situasi yang sedang dihadapi bahkan
membuat individu menjadi semakin mengkerut dan terhambat. Jadi sehat tidaknya
suatu perilaku atau apakah suatu perilaku bermasalah atau tidak tergantung dari
apakah perilaku tersebut merupakan respons yang tepat terhadap situasi tertentu
atau tidak dan apakah perilaku tersebut membawa individu menjadi semakin
dimampukan untuk mengaktualkan potensi atau tidak.
(Siswanto,
2007:170)
Dilihat
dari bentuk respons terhadap stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi
dua.
1)
Perilaku
tertutup (covert behavior)
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert).
Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,
persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi belum bisa diamati
secara jelas oleh orang lain.
2)
Perilaku
terbuka (overt behavior)
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek
(practice). Yang dengan mudah dapat dilihat oleh orang lain.
Seperti
telah disebutkan di atas sebagian perilaku manusia adalah operant response.
Oleh sebab itu, untuk membentuk jenis respons atau perilaku perlu diciptakan
adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Ini menurut
skinner adalah:
1)
Melakukan
identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa
hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan dibentuk.
2) Melakukan analisis
untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang
dikehendaki.
3) Menggunakan secara
urut komponen-komponen itu sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi
reinforcer atau hadiah-hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.
4) Melakukan pembentukan
perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. (Notoatmodjo,
2007:135)
Bentuk
perubahan perilaku menurut WHO yang disadur oleh Notoatmodjo (2007) meliputi :
1)
Perubahan
Alamiah (Natural Change )
Sebagian
perubahan itu disebabkan karena perubahan alamiah. Apabila dalam masyarakat
sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial, budaya dan
ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami
perubahan.
2)
Perubahan
Rencana (Planned Change)
Perubahan
perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
3)
Kesediaan
Untuk Berubah ( Readiness to Change )
Apabila
terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat,
maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut, namun sebagian orang lagi sangat lamban untuk
menerima inovasi atau perubahan tersebut. Setiap orang di dalam masyarakat
mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda meskipun kondisinya sama
(Notoatmodjo, 2007:189)
Benyamin
Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2003) seorang ahli psikolog pendidikan membagi
perilaku manusia menjadi 3 domain/kawasan yakni:
1)
Pengetahuan
(Knowledge) Kognitif
Pengetahuan
merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap objek tertentu, pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni
indra pengelihat, pendengaran, pengecap, perasa dan peraba. Tetapi sebagian
besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau
kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang (over behavior).
2)
Sikap
(Attitude) Afektif
Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian
reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan
reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan
suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu
perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi
terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi
terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.
3)
Praktek
atau tindakan (Practice) Psikomotor
Suatu
sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over bihavior). Untuk
mewujudkan sikap menjadi suatu perubahan nyata diperlukan faktor pendukung atau
suatu kondisi yang memungkinkan seperti fasilitas. Sikap ibu yang positif
terhadap imunisasi harus mendapat konfirmasi dari suaminya dan ada fasilitas
imunisasi yang mudah dicapai. Agar ibu tersebut mengimunisasikan anaknya.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari
pihak lain. Misalnya dari suami atau istri, orang tua atau mertua. (Effendy F,
2009:102)
3.
Tingkat
pengetahuan didalam Domain Perilaku
1) Komponen Kognitif
a.
Tahu
(know). Tahu diartikan sebagai pengingat akan suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya misalnya menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan.
b.
Memahami
(Comprehension). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Misalnya menyimpulkan, meramalkan.
c.
Aplikasi
(Application). Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan
materi tersebut secara benar. Misalnya rumus, methode.
d.
Analisis
(analysis). Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen tetapi masih didalam suatu struktur organisasi dan
masih ada kaitanya satu sama lain.
e.
Sintesis
(synthetic). Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungakan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi
(evaluation). Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu penilaian terhadap suatu materi atau
objek.
2)
Kompenen
Afektif
a.
Menerima
(Receiving) menerima diartikan bahwa seorang (subjek) mau dan memperhatikan
stimulus yang diberikan.
b.
Merespons
(Responding). Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan.
c.
Menghargai
(Valuing) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.
d.
Bertanggung
jawab (Responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
3) Komponen Konatif
a.
Presepsi
(Perception). Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan
yang akan diambil merupakan praktik tingkat pertama.
b.
Respon
terpimpin (Guided response) dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang
benar dan sesuai dengan contoh merupakan indicator praktik tingkat kedua.
c.
Mekanisme
(Mechanism) apabila seseorang telah melakukan dengan benar secara otomatis atau
sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan. Maka ia sudah mencapai praktik tingkat
ketiga.
d.
Adopsi
(Adoption) adaptasi merupakan suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang
dengan baik. (Efendy F, 2009:103)
4.
Proses
adopsi perilaku
Dari
pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih bertahan lama daripada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapkan bahwa sebelum seseorang
mengadopsi perilaku yang baru (berperilaku yang baru), di dalam diri orang
tersebut terjadi proses berurutan, yakni sebagai berikut.
1)
Awarness
(Timbul kesadaran), Yakni orang tersebut menyadari (mengetahui) stimulus
terlebih dahulu
2) Interest
(Ketertarikan), Yakni orang tersebut mulai tertarik dengan stimulus.
3) Evaluasi (penilaian),
Mempertimbangkan baik tidaknya stimulus. Yakni sikap orang sudah lebih baik
lagi. tersebut.
4) Trial (Mulai mencoba),
Yakni orang tersebut memutuskan untuk mulai mencoba perilaku baru.
5)
Adopsi
(mengadopsi), Dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan
kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. Pada tahapan ini perilaku deteksi
dini kanker payudara sudah menjadi bagian dari perilaku responden (Efendy F,
2009:101)
5.
Cara
Pengukuran Perilaku
Teknik
skala yang dapat digunakan untuk mengukur perilaku adalah dengan menggunakan
teknik skala Guttman. Skala ini merupakan skala yang bersifat tegas dan konsisten
dengan memberikan jawaban yang tegas seperti jawaban dari
pertanyaan/pernyataan: ya dan tidak, positif dan negatif, setuju dan tidak
setuju, benar dan salah. Skala guttman ini pada umumnya dibuat seperti cheklist
dengan interpretasi penilaian, apabila skor benar nilainya 1 dan apabila salah
nilainya 0 dan analisanya dapat dilakukan seperti skala likert (Alimul hidayat,
aziz. 2007:103).
DAFTAR
PUSTAKA
- Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta
- Chrisna. 2010. kenakalan remaja di era reformatika, Seks Bebas di Kalangan Remaja (Pelajar dan Mahasiswa), Penyimpangan. (online). http://blabla. student.umm.ac.id/2010/08/12/seks-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalan-atau-gaya-hidup/. Diakses 19 maret 2012.
- Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika: Jakarta
- Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta
- http://forum.kompas.com/nasional/67231-hari-valentine-sejumlah-abg-di-kamar-hotel-terjaring-razia.html (online). diakses 28-1-2012
- http://lakpesdamjombang.org/home/index.php?option=com_content&view=article&id=438:jumlah-penderita-hiv-aids-capai-197-orang&catid=7:hot-news. (online). diakses 12-3-2012
- http://www.pdf.kq5.org/doc/potensi-seks-bebas-di-kalangan-remaja (online). diakses 12-3-2012
- http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian/detail/182. (online). diakses 12-1-2012
- http://www.acehforum.or.id/mengatasi-perilaku-seks t2444p2.html (online). diakses 13-1-2012
- Juliastuti. 2009. Pengaruh karakteristik siswa dan sumber informasi terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah pada siswa di SMA NEGERI di Banda Aceh tahun 2008. (online) . http://www.pdf.kq5.org/ doc/potensi-seks-bebas-di kalangan-remaja. diakses 9 maret 2012
- Kartono, Kartini. 2008. Patologi Sosial. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
- Muhammad, Naufal. 2009. Bahaya Seks Bebas dan Pengertian Seks Bebas. (online) http://info.g-excess.com/id/online.info, diakses 4 Desember 2009.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta
- Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
- Pratiwi. 2004. Pendidikan seks untuk remaja. Tugu Publisher. Jakarta
- Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembanganya. ANDI: Yogyakarta
- Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Sagung Seto: Jakarta
- Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung
- Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
- Yusuf, syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
- Zen. 2009. Definisi Seks. (online), http://www.dhammacitta.org/pustaka/Ebook /Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf, diakses 10 maret 2012.
- 2011. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. (online) http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian /detail/182. diakses 9 maret 2012
terima kasih dok atas artikelnya..sangat membantu
BalasHapus