Dr. Suparyanto, M.Kes
PERILAKU
SEKS BEBAS
1.
Pengertian
Seks Bebas
Seks
bebas adalah hubungan seksual yang dilakukan pra nikah (tanpa menikah) dan
sering berganti pasangan (http://info.g-excess.com/id/online.info). Seks bebas
atau dalam bahasa populernya disebut extra-marital intercouse atau kinky-seks
merupakan bentuk pembebasan seks yang di pandang tidak wajar. Tidak terkecuali
bukan saja oleh agama dan negara, tetapi juga oleh filsafat. Ironinya perilaku
itu nyatanya cenderung disukai oleh anak muda, terutama kalangan remaja yang
secara bio-psikologis sedang tumbuh menuju proses pematangan. munculnya trend
hubungan seks bebas, kurangnya kontrol dari orang tua dalam menanamkan nilai
kehidupan yang religius dan tersedianya prasarana untuk melakukan tindakan
asusila membuat remaja semakin sulit mengambil keputusan mengenai perilaku
seksual yang bertanggung jawab dan sehat (http://ceria.bkkbn .go.id/ceria/penelitian/detail/182)
Seks
pranikah adalah melakukan hubungan seksual (intercourse) dengan lawan jenis
tanpa ikatan perkawinan yang sah. Perilaku seksual menurut Imran adalah
perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau keinginan dan mendapatkan
kesenangan organ seks melalui berbagai perilaku termaksuk berhubungan intim.
Wagner dan Yatim mengatakan, keterlibatan secara seksual dengan orang lain
bukan hanya dengan bersenggama, berciuman, berpelukan, membelai, berpegangan
tangan, fantasi, memijat bahkan telanjang dan ungkapan seksual lainya dan
memberi dan merespon perasaan senang atau kenikmatan terhadap diri sendiri atau
pasangan adalah tindakan seksual.
http://www.pdf.kq5.org/doc/potensi-seks-bebas-di kalangan-remaja
Dorongan
seksual bisa diekspresikan dalam berbagai perilaku. Namun tentu saja tidak
semua perilaku merupakan ekspresi dorongan seksual seseorang. Ekspresi dorongan
seksual atau perilaku seksual ada yang aman dan ada yang tidak aman baik secara
fisik, psikis maupun sosial. Setiap perilaku seksual memiliki konsekuensi
berbeda (Effendi E, 2009:225).
Seks
adalah kata yang sangat tidak asing di telinga kita, tetapi anehnya seringkali
kita merasa tabu dan agak malu-malu jika menyinggungnya. Nah, kemudian agar
kita dapat membicarakan dan mendiskusikannya dengan bebas terbuka, maka para
ahli bahasa dan ilmuwan pun membuat seks ini menjadi ilmiah dengan menambahkan
akhiran “-tas” dan “-logi” menjadi “seksualitas” dan “seksologi”, sehingga
jadilah seksualitas adalah untuk dibahas dan didiskusikan, seksologi adalah
untuk ditulis secara ilmiah, dan seks adalah untuk dialami dan ‘dinikmati’ (http://www.dhammacitta.org/pustaka/Ebook/ Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf)
Di dalam kamus, seks sebenarnya mempunyai dua
arti, yaitu seks yang berarti jenis kelamin atau gender, dan seks yang berarti
senggama atau melakukan aktivitas seksual, yaitu hubungan penyatuan antara dua
individu dalam konteks gender di atas.
Hampir
masyarakat berpendapat bahwa perlu adanya pengaturan penyelenggaraan hubungan
seks. Sebab, dorongan seks itu begitu besar pengaruhnya terhadap manusia
seperti nyala api yang berkobar. Api itu bisa bermanfaat bagi manusia, akan
tetapi dapat menghancurkan peradaban manusiawi. Demikian pula dengan seks, bisa
membangun kepribadian seseorang, akan tetapi juga bisa menghancurkan
sifat-sifat kemanusiaan. (Kartini Kartono,1981:22)
Variasi
dari pengaturan dari penyelenggaraan seks bisa kita lihat pada tradisi-tradisi
seksual pada bangsa-bangsa primitif di bagian-bagian dunia. Dengan semakin
pesatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan serta komunikasi
terjadilah banyak perubahan sosial yang serba cepat pada hampir semua kebudayaan
manusia. Perubahan sosial tersebut mempengaruhi kebiasaan hidup manusia,
sekaligus juga mempengaruhi pola-pola seks yang konvensional. Maka pelaksanaan
seks itu banyak dipengaruhi oleh penyebab dari perubahan sosial, antara lain
oleh: urbanisasi, mekanisasi, alat kontrasepsi, lamanya pendidikan,
demokratisasi fungsi wanita dalam masyarakat, dan modernisasi. Sebagai efek
samping yang ditimbulkan ada kalanya terjadi proses keluar dari jalur dari
pola-pola seks, yaitu keluar dari jalur-jalur konvensional kebudayaan. Pola
seks dibuat menjadi hyper-modern dan radikal, sehingga bertentangan dengan
system regulasi seks yang konvensional, menjadi seks bebas
(http://info.gexcess.com/id/online. info).
2.
Dampak
dari perilaku seks bebas
Ada dua
dampak yang ditimbulkan dari perilaku seks di kalangan remaja yaitu kehamilan
dan penyakit menular seksual. Seperti kita ketahui bahwa banyak dampak buruk
dari seks bebas dan cenderung bersifat negatif seperti halnya: kumpul kebo,
seks bebas dapat berakibat fatal bagi kesehatan kita. Tidak kurang dari belasan
ribu remaja yang sudah terjerumus dalam seks bebas. Para remaja melakukan seks
bebas cenderung akibat kurang ekonomi. Seks bebas dapat terjadi karena pengaruh
dari lingkungan luar dan salah pilihnya seseorang terhadap lingkungan tempatnya
bergaul. Saat-saat ini di kota besar sering terjadi razia di tempat-tempat
hiburan malam seperti diskotik dan tempat berkumpul para remaja lainnya dan
yang paling sering tertangkap adalah anak-anak remaja.
Seks
bebas sangat berdampak buruk bagi para remaja, dampak dari seks bebas adalah
hamil di luar nikah, aborsi, dapat mencorengkan nama baik orang tua, diri
sendiri, guru serta nama baik sekolah. Padahal seks bebas bukanlah segalanya.
Dimana mereka hanya mendapat kenikmatan semata, sedang mereka tidak memikirkan
akibat yang harus mereka tanggung seumur hidup. Hal ini jelas sangat berbahaya
bagi remaja yang terjerumus di dalam seks bebas. Bayangkan saja jika seluruh
remaja ada di Indonesia terjerumus dalam seks bebas, apa jadinya nasib bangsa
kita ini jika remaja yang ada tidak memiliki kemampuan berfikir dan fisik yang
baik, tentunya pembangunan tidak akan berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Berikut
beberapa bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas:
1)
Menciptakan
kenangan buruk. Apabila seseorang terbukti telah melakukan seks pranikah atau
seks bebas maka secara moral pelaku dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut.
Keluarga besar pelaku pun turut menanggung malu sehingga menjadi beban mental
yang berat.
2) Mengakibatkan kehamilan.
Hubungan seks satu kali saja bisa mengakibatkan kehamilan bila dilakukan pada
masa subur. kehamilan yang terjadi akibat seks bebas menjadi beban mental yang
luar biasa. Kehamilan yang dianggap “Kecelakaan” ini mengakibatkan kesusahan
dan malapetaka bagi pelaku bahkan keturunannya.
3) Menggugurkan
Kandungan (aborsi) dan pembunuhan bayi. Aborsi merupakan tindakan medis yang
ilegal dan melanggar hukum. Aborsi mengakibatkan kemandulan bahkan Kanker
Rahim. Menggugurkan kandungan dengan cara aborsi tidak aman, karena dapat
mengakibatkan kematian.
4) Penyebaran Penyakit.
Penyakit kelamin akan menular melalui pasangan dan bahkan keturunannya.
Penyebarannya melalui seks bebas dengan bergonta-ganti pasangan. Hubungan seks
satu kali saja dapat menularkan penyakit bila dilakukan dengan orang yang
tertular salah satu penyakit kelamin. Salah satu virus yang bisa ditularkan
melalui hubungan seks adalah virus HIV.
5) Timbul rasa
ketagihan.
6)
kehamilan
terjadi jika terjadi pertemuan sel telur pihak wanita dan spermatozoa pihak pria.
Dan hal itu biasanya didahului oleh hubungan seks. Kehamilan pada remaja sering
disebabkan ketidaktahuan dan tidak sadarnya remaja terhadap proses kehamilan.
Bahaya
kehamilan pada remaja:
1)
Hancurnya
masa depan remaja tersebut
2) Remaja wanita yang
terlanjur hamil mengalami kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya
belum siap.
3) Pasangan pengantin
remaja, sebagian besar diakhiri oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin
karena nafsu, bukan karena cinta).
4) Pasangan pengantin
remaja sering menjadi cemoohan lingkungan sekitarnya.
5) Remaja wanita yang
berusaha menggugurkan kandungan pada tenaga non medis (dukun, tenaga
tradisional) sering mengalami kematian strategis.
6) Pengguguran kandungan
oleh tenaga medis dilarang oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya
si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia meneruskan kehamilan dapat timbul
kematian). Baik yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat dihukum.
7)
Bayi
yang dilahirkan dari perkawinan remaja, sering mengalami gangguan kejiwaan saat
ia dewasa.
3.
Faktor
yang Mempengaruhi Perilaku Seks Bebas
Faktor
yang mempengaruhi remaja melakukan hubungan seksual pranikah adalah:
1)
Adanya
dorongan biologis
Dorongan
biologis untuk melakukan hubungan seksual merupakan insting alamiah dari
berfungsinya organ system reproduksi dan kerja hormon. Dorongan dapat meningkat
karena ada pengaruh dari luar. Misalnya dengan membaca buku atau melihat film
atau majalah yang menampilkan gambar-gambar yang membangkitkan erotisme. Di era
tekhnologi informasi yang tinggi sekarang ini. Remaja sangat mudah mengakses
gambar-gambar tersebut melalui telepon genggam dan akan selalu dibawa dalam
setiap langkah remaja.
2)
Ketidakmampuan
mengendalikan dorongan biologis
Kemampuan
mengendalikan dorongan biologis dipengaruhi oleh nilai-nilai moral dan keimanan
seseorang. Remaja yang memiliki keimanan kuat tidak akan melakukan seks
pranikah karena mengingat ini merupakan dosa besar yang harus
dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa. Namun keimanan ini dapat
sirna dan tidak tersisa bila remaja dipengaruhi oleh obat-obat misalnya
psikotropika. Obat ini akan mempengaruhi pikiran remaja sehingga pelanggaran
terhadap nilai-nilai agama dan moral dinikmati dengan tanpa rasa bersalah.
3)
Kurangnya
pengetahuan tentang kesehatan reproduksi
Kurangnya
pengetahuan atau mempunyai konsep yang salah tentang kesehatan tentang
reproduksi pada remaja dapat disebabkan karena masyarakat tempat remaja tumbuh
memberi gambaran sempit tentang kesehatan reproduksi sebagai hubungan seksual.
Biasanya topik terkait reproduksi tabu dibicarakan dengan anak (remaja).
Sehingga saluran informasi yang benar tentang kesehatan reproduksi menjadi
sangan kurang.
4)
Adanya
kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
Faktor
kesempatan melakukan hubungan seksual pra nikah sangat penting untuk
dipertimbangkan karena bila tidak ada kesempatan baik ruang maupun waktu, maka
hubungan seks pranikah tidak akan terjadi.
Terbukanya
kesempatan pada remaja untuk melakukan hubungan seksual didukung oleh hal-hal
sebagai berikut :
1)
Kesibukan
orang tua yang memyebabkan kurangnya perhatian pada remaja. Tuntutan kebutuhan
orang hidup sering menjadi alasan suami istri bekerja diluar rumah dan
menghabiskan hari-harinya dengan kesibukan masing-masing, sehingga perhatian
terhadap anak remajanya terabaikan.
2) Pemberian fasilitas
(termaksuk uang) pada remaja secara berlebihan. Adanya ruang yang berlebihan
membuka peluang bagi remaja untuk membeli fasilitas, misalnya menginap di hotel
atau motel atau ke night club sampai larut malam. Situasi ini sangat mendukung
terjadinya hubungan seksual pranikah.
3) Pergesaran
nilai-nilai moral dan etika dimasyarakat dapat membuka peluang yang mendukung
hubungan seksual pranikah pada remaja. Misalnya, dewasa ini pasangan remaja
yang menginap di hotel atau motel adalah hal biasa. Sehingga tidak ditanyakan
atau dipersyaratkan untuk menunjukkan akte nikah.
4)
Kemiskinan.
Kemiskinan mendorong terbukanya kesempatan bagi remaja khususnya wanita untuk
melakukan hubungan seks pranikah. Karena kemiskinan ini remaja putri terpaksa
bekerja. Namun sering kali mereka tereksploitasi. Bekerja lebih dari 12 jam
sehari atau bekerja diperumahan tanpa dibayar hanya diberi makan dan pakaian
bahkan beberapa mengalami kekerasan seksual. (Poltekkes, 2010:58)
Menurut
Sarlito W. Sarwono (1994), faktor-faktor yang dianggap berperan dalam munculnya
permasalahan seksual pada remaja adalah sebagai berikut.
1)
Perubahan-perubahan
hormonal yang meningkatkan hasrat seksual remaja. Peningkatan hasyrat seksual
ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.
2) Penyaluran itu tidak
dapat segera dilakukan karena adanya penundaan usia perkawinan. maupun karena
norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang makin meningkat
untuk perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain).
3) Sementara usia kawin
ditunda, norma-norma agama yang berlaku di mana seseorang dilarang untuk
melakukan hubungan seks sebelum menikah. Remaja yang tidak dapat menahan diri
akan terdapat kecenderungan untuk melakukan hal tersebut.
4) Kecenderungan
pelanggaran makin meningkat karena adanya penyebaran informasi dan rangsangan
melalui media massa yang dengan tekhnologi yang canggih (contoh: VCD, buku
pornogravi, foto, majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung
lagi. Remaja yang sedang dalam priode ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru
apa yang dilihat atau didengar dari media massa, karena pada umumnya mereka
belum pernah mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5) Orang tua, baik
karena ketidaktahuan maupun sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai
seks dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak. Bahkan cenderung
membuat jarak dengan anak dalam masalah ini.
6)
Adanya
kecenderungan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat, sebagai
akibat dari berkembangnya peran dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan
wanita semakin sejajar dengan pria.
(poltekkes, 2010.87)
Hubungan
seksual yang pertama dialami oleh remaja dipengarui oleh berbagai faktor yaitu:
1)
Waktu/saat
mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang akan
dialaminya.
2) Kontrol sosial kurang
tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.
3) Frekuensi pertemuan
dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan pertemuan yang
makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.
4) Hubungan antar mereka
makin romantis.
5) Kondisi keluarga yang
tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan
baik.
6) Kurangnya kontrol
dari orang tua. Orang tua terlalu sibuk sehingga perhatian terhadap anak kurang
baik.
7) Status ekonomi.
Mereka yang hidup dengan fasilitas berkecukupan akan mudah melakukan pesiar ke
tempat-tempat rawan yang memungkinkan adanya kesempatan melakukan hubungan
seksual. Sebaliknya yang ekonomin lemah tetapi banyak kebutuhan atau tuntunan,
mereka mencari kesempatan untuk memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan
sesuatu.
8) Korban pelecehan
seksual yang berhubungan dengan fasilitas antara lain sering menggunakan
kesempatan yang rawan misalnya pergi ke tempat-tempat sepi.
9) Tekanan dari teman
sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ngin menunjukkan penampilan diri
yang salah untuk menunjukkan kemantapannya, misal mereka ingin menunjkkan bahwa
mereka sudah mampu seorang perempuan untuk melayani kepuasan seksnya.
10) Penggunaan
obat-obatan terlarang dan alkohol. Peningkatan penggunaan obat terlarang dan
alkohol makin lama makin meningkat.
11) Mereka kehilangan
kontrol sebab tidak tahu batas-batasnya mana yang boleh dan mana tidak boleh.
12) Mereka merasa sudah
saatnya untuk melakukan aktifitas seksual sebab sudah merasa matang secara
fisik.
13) Adanya keinginan
untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.
14) Penerimaan aktifitas
seksual pacarnya.
15) Sekedar menunjukkan
kegagahan dan kemampuan fisiknya.
16)
Terjadi
peningkatan rangsangan pada seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi
atau seksual (Soetjiningsih, 2010:136).
Banyaknya
variable yang memberikan kontribusi remaja melakukan hubungan seksual
mengindikasikan bahwa upaya untuk mencegah hal tersebut tidak terjadi memerlukan
kerja sama dari berbagai pihak.
Berikut
ini adalah beberapa alternatifnya.
1)
Mengurangi
besarnya dorongan biologis
a.
Menghindari
membaca buku atau melihat film/majalah yang menampilkan gambar yang merangsang
nafsu birahi
b.
Membiasakan
mengenakan pakaian sopan dan tidak merangsang
c.
Membuat
kelompok kegiatan yang positif dan bermanfaat untuk mengembangkan diri.
2) Meningkatkan
kemampuan mengendalikan dorongan biologis
a.
Pendidikan
agama dan budi pekerti
b.
Penerapan
hukum-hukum agama dalam kegiatan sehari-hari
c.
Menghindari
penggunaan narkoba
d.
Orang
tua dan guru menjadi model dalam kehidupan sehari-hari
3) Membuka informasi
kesehatan reproduksi bagi remaja
4) Menghilangkan
kesempatan melakukan hubungan seksual pranikah
a.
Orang
tua memberikan perhatian pada remaja dalam arti tidak mengekang remaja, namun
memberikan kebebasan yang terkendali.
b.
Orang
tua tidak memberikan fasilitas (termaksuk uang saku) yang berlebihan
c.
Dukungan
dari pemerintah juga diperlukan misalnya dengan melalui pengawasan
pasangan-pasangan remaja di tempat wisata.
Bila
setiap orang tua, keluarga, dan pemerintah masing-masing memberikan perhatian
yang cukup pada remaja dan turut serta mendukung terpeliharanya nilai-nilai
moral dan etika, maka akan tercipta suasana sehat bagi kehidupan remaja.
(Poltekkes, 2010.59)
Seperti
yang telah kita bahas di atas bahwa sesungguhnya memang kurang kesadaran baik
dari remaja itu sendiri maupun orang tua. Hendaklah orang tua memperhatikan
anak-anaknya tetapi orang tua jangan terlalu mamanjakan anak mereka, karena
bisa mengakibatkan dampak buruk baginya karena dia sudah terbiasa dengan
hal-hal yang enak-enak. Tetapi orang tua juga harus memperhatikan anak-anaknya
dengan mengarahkan ke hal-hal yang positif dengan cara mendukung bakat yang
dimiliki oleh anak tersebut, agar dapat berguna dan berkembang. Tetapi seorang
anak juga jangan terlalu egois dalam memaksakan kehendak.
Bagi
para lembaga sosial harus bisa merangkul para remaja untuk masuk dalam suatu
organisasi dengan mengikuti berbagai kegiatan seorang remaja akan terarah
pikirannya dengan baik. Bagi lembaga keagamaan harus selalu mengarah keimanan
dan ketaqwaan mereka terbina. Mendukung segala bakat-bakat anak remaja agar
mereka tidak melakukan hal-hal yang menyimpang. Tidak terlalu memaksakan
seorang dalam berbagai tindakan karena akan membuat tempramen seorang anak suka
emosional.
Didiklah
anak-anak dengan cara yang lambat agar mereka tidak selalu membangkang segala
suruhan atau perintah para orang tua
(http://www.acehforum.or.id/mengatasi-perilaku-seks
t2444p2.html)
1)
Pencegahan
Menurut Agama
a.
Memisahkan
tempat tidur anak.
b.
Meminta
izin ketika memasuki kamar tidur orang tua.
c.
Mengajarkan
adab memandang lawan jenis.
d.
Larangan
menyebarkan rahasia suami-istri
2)
Pencegahan
Seks Bebas dalam Keluarga
Faktor keluarga
sangat menentukan dalam masalah pendidikan seks sehingga prilaku seks bebas
dapat dihindari. Waktu pemberian materi pendidikan seks dimulai pada saat anak
sadar mulai seks. Bahkan bila seorang bayi mulai dapat diberikan pendidikan
seks, agar ia mulai dapat memberikan mana cirri-laki-laki dan mana ciri
perempuan. Bisa juga diberikan saat anak mulai bertanya-tanya pada orang tuanya
tentang bagaimana bayi lahir. Peran orang tua sangat penting untuk memberikan
pendidikan seks pada usia dini.
a.
Keluarga
harus mengerti tentang permasalahan seks, sebelum menjelaskan kepada anak-anak
mereka.
b.
Seorang
ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu mengarahkan anak perempuan
dalam menjelaskan masalah seks.
c.
Jangan
menjelaskan masalah seks kepada anak laki-laki dan perempuan di ruang yang
sama.
d.
Hindari
hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah seks, gunakan kata-kata yang
sopan.
e.
Meyakinkan
kepada anak-anak bahnwa teman-teman mereka adalah teman yang baik.
f.
Memberikan
perhatian kemampuan anak di bidang olahraga dan menyibukkan mereka dengan
berbagai aktivitas.
g.
Tanamkan
etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan maksiat karena itu merupakan
sesuatu yang paling berharga.
h.
Membangun
sikap saling percaya antara orang tua dan anak.
Digunakan
upaya pencegahan atau penangkalan perilaku menyimpang dan upaya kuratif yaitu
pengobatan dan penyembuhan. Agar perilaku seks bebas pada remaja dapat ditekan
seminim mungkin, perlu dilakukan pencegahan yang baik dari lingkup keluarga,
pemerintah dan masyarakat. Adanya komunikasi yang efektif di dalam keluarga
antara orang tua dan anak mengenai pemahaman nilai-nilai moral dan etika
sekaligus memberikan pengertian mangenai pendidikan seks kepada anak-anaknya
sesuai dengan tingkat umurnya.
DAFTAR
PUSTAKA
- Alimul hidayat, Aziz. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Salemba Medika: Jakarta
- Chrisna. 2010. kenakalan remaja di era reformatika, Seks Bebas di Kalangan Remaja (Pelajar dan Mahasiswa), Penyimpangan. (online). http://blabla. student.umm.ac.id/2010/08/12/seks-bebas-di-kalangan-remaja-pelajar-dan-mahasiswa-penyimpangan-kenakalan-atau-gaya-hidup/. Diakses 19 maret 2012.
- Efendi, Ferry. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika: Jakarta
- Depkes, Poltekkes. 2010. Kesehatan Remaja Problem dan Solusinya. Salemba Medika: Jakarta
- http://forum.kompas.com/nasional/67231-hari-valentine-sejumlah-abg-di-kamar-hotel-terjaring-razia.html (online). diakses 28-1-2012
- http://lakpesdamjombang.org/home/index.php?option=com_content&view=article&id=438:jumlah-penderita-hiv-aids-capai-197-orang&catid=7:hot-news. (online). diakses 12-3-2012
- http://www.pdf.kq5.org/doc/potensi-seks-bebas-di-kalangan-remaja (online). diakses 12-3-2012
- http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian/detail/182. (online). diakses 12-1-2012
- http://www.acehforum.or.id/mengatasi-perilaku-seks t2444p2.html (online). diakses 13-1-2012
- Juliastuti. 2009. Pengaruh karakteristik siswa dan sumber informasi terhadap kecenderungan melakukan hubungan seksual pranikah pada siswa di SMA NEGERI di Banda Aceh tahun 2008. (online) . http://www.pdf.kq5.org/ doc/potensi-seks-bebas-di kalangan-remaja. diakses 9 maret 2012
- Kartono, Kartini. 2008. Patologi Sosial. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
- Muhammad, Naufal. 2009. Bahaya Seks Bebas dan Pengertian Seks Bebas. (online) http://info.g-excess.com/id/online.info, diakses 4 Desember 2009.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2007.Ilmu Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta: Jakarta
- Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta
- Pratiwi. 2004. Pendidikan seks untuk remaja. Tugu Publisher. Jakarta
- Siswanto. 2007. Kesehatan Mental: Konsep, Cakupan dan Perkembanganya. ANDI: Yogyakarta
- Soetjiningsih. 2010. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahanya. Sagung Seto: Jakarta
- Sugiono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Alfabeta: Bandung
- Sarwono, W Sarlito. 2011. Psikologi Remaja. PT Rajagravindo Persada: Jakarta
- Yusuf, syamsu. 2005. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. PT Remaja Rosdakarya: Bandung
- Zen. 2009. Definisi Seks. (online), http://www.dhammacitta.org/pustaka/Ebook /Dharma-Prabha/Dharma-Prabha-48.Pdf, diakses 10 maret 2012.
- 2011. Kecenderungan Perilaku Seks Bebas Remaja Perkotaan. (online) http://ceria.bkkbn.go.id/ceria/penelitian /detail/182. diakses 9 maret 2012.
numpang nyimak tenks infonya.
BalasHapusartikel bagus
BalasHapuskunjungi balik ya
Referensi Bebas