Dr. Suparyanto, M.Kes
SENAM
IBU NIFAS
A. Konsep Senam Nifas
1. Pengertian senam
nifas
Senam nifas adalah latihan jasmani yang
dilakukan oleh ibu-ibu setelah melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih dimana
fungsinya adalah untuk mengembalikan kondisi kesehatan, untuk mempercepat
penyembuhan, mencegah timbulnya komplikasi, memulihkan dan memperbaiki regangan
pada otot-otot setelah kehamilan, terutama pada otot-otot bagian punggung,
dasar panggul dan perut (Anggriyana, 2010).
2. Tujuan senam nifas
Senam nifas dapat dilakukan oleh ibu-ibu
pasca persalinan, dimana senam nifas mempunyai tujuan untuk :
A)
Membantu
mencegah pembentukan bekuan (thrombosis) pada pembuluh tungkai dan membantu
kemajuan ibu dari ketergantungan peran sakit menjadi sehat dan tidak
bergantung.
B)
Mengencangkan
otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar vagina maupun otot-otot dasar
panggul.
C)
Memperbaiki
regangan otot perut.
D)
Untuk
relaksasi dasar panggul.
E)
Memperbaiki
tonus otot pinggul.
F)
Memperbaiki sirkulasi darah.
G)
Memperbaiki
regangan otot tungkai.
H)
Memperbaiki
sikap tubuh dan punggung setelah melahirkan (Anggriyana, 2010).
3. Kontra indikasi
Senam nifas
seyogyanya tidak dilakukan oleh ibu yang menderita anemia atau yang mempunyai
riwayat penyakit jantung dan paru-paru (Anggriyana, 2010).
4. Pelaksanaan senam
nifas
Sebelum melakukan senam nifas, sebaiknya tenaga kesehatan mengajarkan
kepada ibu untuk melakukan pemanasan
terlebih dahulu. Pemanasan dapat dilakukan dengan melakukan latihan pernapasan
dan dengan cara menggerak-gerakkan kaki dan tangan secara santai. Hal ini
bertujuan untuk menghindari kekejangan otot selama melakukan gerakan senam
nifas (Anggriyana, 2010).
Senam nifas sebaiknya dilakukan dalam
waktu 24 jam setelah melahirkan, kemudian dilakukan secara teratur setiap hari.
Namun, pada umumnya para ibu sering merasa takut melakukan gerakan demi gerakan
setelah persalinan. Padahal 6 jam setelah persalinan normal atau 8 jam setelah
operasi sesar, ibu sudah boleh melakukan mobilisasi dini, termasuk senam nifas.(Anggriyana,
2010).
Bentuk latihan senam antara ibu
pasca melahirkan normal dengan yang melahirkan dengan cara sesar tidak sama.
Pada ibu yang melahirkan dengan cara sesar, beberapa jam setelah keluar dari
kamar operasi, latihan pernapasan dilakukan untuk memepercepat penyembuhan
luka. Sementara latihan untuk mengencangkan otot perut dan memperlancar
sirkulasi darah dibagian tungkai dapat dilakukan 2-3 hari setelah ibu dapat
bangun dari tempat tidur. Sedangkan pada persalinan normal, bila keadaan ibu
cukup baik, maka gerakan senam dapat dilakukan.(Anggriyana, 2010).
5.
Macam-macam Senam Nifas
Menurut Brayshaw (2008) macam senam nifas dapat dibedakan menjadi
berikut:
A)
Senam
pascanatal setelah persalinan normal
1)
Senam
sirkulasi
Jenis senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah persalinan.
Senam ini bertujuan untuk mempertahankan dan/atau meningkatkan sirkulasi ibu
pada masa pascapartus segera ketika ia mungkin berisiko mengalami trombosis
vena atau komplikasi sirkulasi ini. Senam ini dapat dilakukan di tempat tidur
beberapa kali setelah bangun tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu mampu
mobilisasi total dan tidak ada edema pergelangan kaki (Brayshaw, 2008).
a)
Senam kaki (Gambar 2.1)
Sumber: Brayshaw,
2008.
Duduk atau berbaring dengan posisi
lutut lurus. Tekuk lalu regangkan scara perlahan sedikitnya 12 kali, ingat
untuk lebih memilih gerakan dorsifleksi bukan plantarfleksi untuk mencegah
kram. Pertahankan posisi lutut dan paha, putar kedua pergelangan sebesar
mungkin putaranya, sedikitnya 12 kali untuk satu arah.
b)
Mengencangkan
kaki
Duduk atau berbaring dengan kaki lurus. Tarik
kedua kaki ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan bagian belakang lutut ke
tempat tidur. Tahan posisi ini dalam hitungan 5, bernapaslah secara normal,
lalu relaks. Ulangi gerakan sebanyak 10 kali (Brayshaw, 2008).
c)
Napas
dalam
Pernafasan diafragma membantu
mengembalikan aliran vena melalui kerja pemompaan diafragma pada vena kava
inferior dan harus diulangi beberapa kali sehari sampai ibu dapat mobilisasi
(Brayshaw, 2008).
Dalam posisi apa pun,
tarik napas dalam sebanyak 3 atau 4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan
ventilasi penuh paru-paru.
2)
Dasar
panggul
Senam dasar panggul menguatkan otot dasar panggul pascapartus, tujuannya
mengembalikan fungsi penuhnya sesegera mungkin dan membantu mencegah masalah
atau prolaps urine jangka panjang. Namun, kontraksi dan relaksasi otot-otot ini
juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perineum, rasa ini mungkin timbul
akibat persalinan, dan tujuan pemulihan dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan
mengurangi edema. (Brayshaw, 2008).
a)
Latihan
dasar panggul
Kencangkan anus seprti menhakan defekasi,
kerutkan uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian lepaskan
ketiganya. Tahan dengan kuat selama mungkin sampai 10 detik, bernapas secara
normal. Relaks dan istirahat selama 3 detik. Ulangi dengan perlahan
sebanyakmungkin sampai maksimum 10 kali.
Ulangi senam dengan mengencangkan dan
mengendurkan, gerakanlebih cepat sampai 10 kali tanpa menahan kontraksi. Jumlah
pengulangan akan bertambah secara bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa
kali melakukan senam ini pada awalnya, namun ibu perlu diberi tahu bahwa hal
ini normal (Brayshaw, 2008).
3)
Senam
abdomen
Selama kehamilan, korset abdomen mengalami
peregangan mencapai kira-kira dua kali lipat dari panang semula pada akhir
minggu masa kehamilan. Seluruh otot abdomen memerlukan latihan untuk mencapai
panjang dan kekuatan semula, namun otot yang terpenting karena perannya dalam
menjaga kestabilan panggul ialah otot transversus. Latihan transversus dapat
dimulai kapan pun ibu merasa mampu dan harus dilakukan sering sambil ibu
melakukan aktivitasnya bersama bayi (Brayshaw, 2008).
a)
Senam transversus (Gambar 2.2)
Sumber: Brayshaw,
2008.
Berbaring
dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar menapak di tempat tidur. Letakkan kedua
tangan di abdomen bawah di depan paha. Tarik napas dan pada saat akhir
hembuskan napas, Kencangkan bagian bawah abdomen di bawah umbilicus dan tahan
dalam hitungan 10, lanjutkan dengan bernapas normal. Ulangi sampai 10 kali.
b)
Senam
dasar panggul dan transversus
Kerja otot dasar panggul dan transversus akan bertambah dengan
mengombinasikan kedua latihan tersebut (Sapsford et al, 2001). Aktivitas
bersama ini terutama bermanfaat pada masa pascanatal, khusunya bila gerakan
otot dasar panggul sulit dimulai. Caranya ibu dapat mengontraksikan transversus
terlebih dahulu lalu otot dasar panggul atau sebaliknya. Penting untuk
menggunakan kontraksi kombinasi ini secara fungsional selama melakukan
aktivitas untuk melindungi sendi panggul dan tulang belakang. Seorang ibu baru
melakukan banyak tugas yang melibatkan gerakan mengangkat, misalnya, ketika
sedang mengganti popok bayi, meletakkan bayi ke tempat tidur, menyusui. Ibu juga
perlu diingatkan untuk menggunakan otot dasar panggul dan transversus sebelum
mulai melakukan tugas apa pun (Brayshaw, 2008).
c)
Mengangkat
panggul (Gambar 2.3)
Senam mengangkat panggul dapat dilakukan pada awal pascapartum, dan
khususnya bermanfaat bila ibu memiliki riwayat nyeri punggung postural.
Berbaring telentang dan kedua lutut ditekuk
dan kaki ditapakkan ke lantai, kencangkan otot-otot abdomen, kencangkan juga
otot panggul dan tekan sedikit area belakang lantai. Tahan posisi ini sampai hitungan
lima. Ulangi gerakan ini gerakan ini 5 kali, tingkatkan hingga pengulangan
mencapai hitungan 10 kali atau lebih pada minggu-minggu selanjutnya. Ulangi
latihan ini dengan lebih berirama (pelvic
rocking), untuk membantu meredakan kekauan yang timbul akibat pengaruh
postural atau nyeri punggung yang mungkin timbul setelah persalinan.
Sumber: Brayshaw,
2008.
Sumber: Brayshaw, 2008.
Latihan ini dapat dilakukan dengan berbagai
posisi, misanlya, posisi duduk dan berdiri lebih nyaman dibandingkan berbaring
apabila ibu tinggal di rumah dan sibuk (Brayshaw, 2008).
d)
Pemeriksaan
rektus
Kira-kira pada hari ketiga, otot rektus harus
diperiksa untuk mengetahui kemungkinan diastasis yang berlebihan. Bidan adalah
sosok yang tepat untuk mengkaji diastasis ketika sedang mempalpasi fundus.
ibu dalam posisi berbaring telentang dengan
satu bantal di bawak kepala, tekuk lutut, dan kaki datar di tempat tidur.
Dengan jari tangan bidan menekan ke abdomen
yakni di bawah atau di atas umbilikus, ibu diminta untuk mengangkat kepala dan
bahunya dari bantal dan mengarahkannya ke lutut. Bila tidak terdapat diastasis,
otot rektus akan terasa mengencang pada kedua sisi jari. Bila otot rektus tidak
teraba walaupun dengan dua atau lebih jari dimasukkan dan otot rekti yang
mencuat, hanya senam transversus dan mengangkat panggul yang boleh dilakukan
dan dapat dilatih beberapa kali sehari. Setelah beberapa hari, pengkajian area
rektus dapat diulangi. Bila celah masih menunjukkan lebar yang bermakna dan
tidak juga berkurang, ibu harus dirujuk ke ahli fisioterapi kesehatan wanita
(Brayshaw, 2008).
4)
Senam stabilitas batang tubuh
(Gambar 2.4)
Sumber: Brayshaw,
2008.
a)
Dengan posisi duduk dan kaki datar
diatas lantai serta tangan diatas otot abdomen bawah, tarik otot dasar panggul
dan tranversus serta naik kan satu lutut sehingga kaki beberapa inci di atas
lantai. Tahan selama lima detik. Ulangi sebanyak lima kali gerakan (Gambar 2.5)
Sumber: Brayshaw,
2008.
b)
Dengan posisi berbaring miring,
tekuk kedua lutut kearah atas depan, tarik otot tranversus serta angkat lutut
atas, dengan cara memutar paha ke arah luar sementara tumit saling berdekatan.
c)
Sumber: Brayshaw,
2008.
Dengan
posisi berbaring miring dan lutut kaki yang bawah di tekuk ke arah belakang,
tarik abdomen bagian bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar
dengan tubuh. Tahan gerak kan selama 5 detik (Gambar 2.6)
d)
Sumber: Brayshaw,
2008.
Dengan
posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar di atas
lantai. Letak kan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan
biarkan lutut kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit mengendalikan untuk
memastikan bahwa pelvis tetap pada posisi nya dan punggung tetap datar (Gambar
2.7)
e)
Sumber: Brayshaw,
2008.
Dengan
posisi berbaring telentang, tekuk kedua lutut ke atas dan kaki datar di atas
lantai. Letak kan tangan di atas abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan
secara perlahan luruskan tumit salah satu kaki dengan tetap mempertahankan
punggung datar setinggi panggul. Hentikan bila panggul mulai bergerak (Gambar
2.8)
B)
Senam
pascanatal setelah persalinan dengan bantuan
Ibu yang baru menjalani persalinan dengan forcep atau ekstraksi vakum
akan mengalami penjahitan dan kemungkinan memar serta edema. Ibu ini akan
ragu-ragu melakukan senam, namun harus diharuskan untuk melakukan senam
sirkulasi (khususnya bila mereka pernah mengalami anestesi epidural) dan senam
dasar panggul ringan yang akan membantu penyembuhan perineum. Senam transversus
harus diperkenalkan kapan pun ibu siap (Brayshaw, 2008).
Posisi istirahat yang nyaman adalah berbaring miring dengan bantal
diletakkan di antara kedua kaki (Gambar 2.9) dan posisi berbaring telungkup
(banyak ibu lupa bahwa ia sudah bisa telungkup lagi), dengan satu buah bantal
diletakkan di bawah pinggang dan lainnya di bawah kepala dan bahu (Gambar
2.10). Menyusui akan lebih nyaman dengan posisi miring daripada duduk
(Brayshaw, 2008).
Sumber:
Brayshaw, 2008.
Sumber:
Brayshaw, 2008.
C)
Senam
pascanatal dan saran setelah seksio sesarea
Ibu harus diajarkan bagaimana naik turun
tempat tidur dengan menekuk kedua lutut terlebih dahulu, tarik otot abdomennya
dan berguling ke depan, dengan dorongan tangan dan kaki. Ia akan mampu
berpindah ke arah atas atau bawah. Ibu tidak diperkenankan langsung duduk dari
posisi berbaring, namun tetap berguling ke samping. Gerakan ini juga cara
termudah untuk bangun dari tempat tidur - kencangkan bagian transversus dan
dorong ke posisi duduk di samping tempat tidur (Brayshaw, 2008).
Napas dalam diikuti dengan huffing
(ekspirasi paksa singkat), akan membantu mengeluarkan sekresi di paru-paru
yang mungkin dapat terjadi setelah pemberian anestesi umum. Bila ibu perlu
batuk, ia harus menekuk lututnya dan menahan lukanya dengan tekanan tangan atau
bantal, sementara ibu bersandar atau duduk di tepi tempat tidur (Gambar 2.11).
posisi ini mencegah regangan berlebihan pada sutura, meningkatkan rasa percaya
diri, mengurangi rasa nyeri (Brayshaw, 2008).
Sumber:
Brayshaw, 2008.
D)
Senam
pascanatal setelah bayi lahir mati atau kematian neonatus
Ibu yang baru mengalami kesedihan karena bayi lahir mati atau kematian
neonatus, atau mereka yang bayinya menderita sakit parah, mungkin dirawat di
ruang khusu dan cenderung tidak mengikuti senam pascanatal. Dukungan yang
khusus perlu diberikan agar ibu mau melakukan senam ini serta saran tentang
aktivitas normalnya sehari-hari. Mereka biasanya cenderung ingin mempraktekan
dalam sesi tunggal. Sediakan leaflet
yang tidak menyinggung tentang bayi, misalnya tentang menyusui, mengganti
popok. Ibu ini, biasanya kembali bekerja lebih awal dari perencanaan semula dan
memerlukan redukasi senam otot dasar panggul dan abdomen, khususnya ketika
harus melakukan aktivitas fungsional. Mereka menginginkan pertemuan tindak
lanjut dengan ahli fisioterapi setelah beberapa minggu kemudian, karena sangat
tidak tepat baginya mengikuti kelas pascanatal (Brayshaw, 2008).
E)
Senam
yang harus dihindari
Dua latihan yang lazim “senam abdomen”, yaitu menaikkan kedua kaki
bersamaan dan sit-up dengan kaki
lurus. Latihan ini berisiko tinggi untuk siapa pun dan mungkin dapat
mengakibatkan cedera kompresi terhadap diskus vertebralis atau kerusakan otot
dan ligamen (Donovan et al, 1988). Terdapat risiko tambahan bagi ibu pascanatal
karena terdapat peregangan otot kelenturan ligamen (Brayshaw, 2008).
(Gambar 2.12)
Sumber: Brayshaw,
2008.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Alimul.
A. 2009. Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data. Salemba
medika. Jakarta.
2.
Azwar.
S. 2011. Sikap manusia. Pustaka belajar. Yogyakarta.
3.
Brayshaw.
E. 2007. Senam hamil dan nifas. EGC. Jakarta.
4.
Budiarto.
2002. Biostatistik untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. EGC. Jakarta.
5.
Dewi.
M, Wawan. A. 2010. Pengetahuan, sikap dan perilaku manusia. Nuha medika.
Yogyakarta.
6.
Mellyana.
H. 2003. Perawatan ibu pasca melahirkan. Puspa suara. Jakarta.
7.
Soekidjo.
N. 2010. Metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta. Yogyakarta.
8.
Nursalam.
2011. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Salemba
medika. Jakarta.
9.
Ambarwati.
R. 2010. Asuhan kebidanan nifas. Nuha
medika. Yogyakarta.
10.
Saleha,
S. 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Salemba medika. Jakarta.
11.
Saryono.
2010. Metodologi penelitian kebidanan. Nuha medika. Yogyakarta.
12.
Solita.
S. 2007. Sosiologi kesehatan. Gadjah
mada university press. Yogyakarta.
13.
Sugiyono.
2009. Statistika untuk penelitian. Alfabeta. Bandung.
14.
Suparyanto.
2012. Sikap masyarakat terhadap odha. http://dr-suparyanto.blogspot.com/ di
akses tanggal 24 April 2012.
15.
Widianti,
A. 2010. Senam kesehatan. Nuha medika. Yogyakarta.
salam kenal..
BalasHapusArtikelnya sangat jelas dan mudah untuk dipahami...
dan untuk trend baju senam crystal saat ini seperti apa ya untuk kota jakarta?...
Trimss atas infonya..