FAKTOR
MENURUNNYA KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) SELAYANG PANDANG
KONSEP
DASAR KONTRASEPSI
1.Pengertian
Kontrasepsi
Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat
sementara, dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2005).
Kontrasepsi
adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara
maupun permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat
atau obat - obatan (Proverawati dkk, 2010).
Kontrasepsi
adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui
pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan
keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera
(Sujiyatini dkk,2011).
2.Tujuan
Kontrasepsi
Tujuan
umum
Membangun
kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program KB Nasional yang kuat di masa mendatang,
sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas dapat tercapai.
Tujuan
utama
Untuk
memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang
berkualitas, menurunkan tingkat / angka kematian ibu bayi, dan anak serta
penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga
kecil berkualitas (Sujiyatini dkk, 2011).
3.
Macam- macam metode kontrasepsi
a.
Metode sederhana
1)
Tanpa
alat atau obat: Metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks,
metode simpto - termal, coitus interruptus.
2)
Dengan
alat: Kondom pria, diafragma atau kap, tablet berbusa (vaginal tablet), jelli
dan cairan berbusa.
b.
Metode modern
1)
Pil
2)
Suntikan
3)
Implant
4)
AKDR
(alat kontasepsi dalam rahim)
c.
Metode mantap dengan cara operasi (Kontrasepsi Mantap)
1)
Pada
wanita: metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi.
2)
Pada
pria: metode operasi pria (MOP) / vasektomi (Hanafi, 2004).
d.
Ciri - ciri kontrasepsi yang ideal :
1)
Berdaya
guna
2)
Aman
3)
Murah
4)
Mudah
didapatkan
5)
Efek
samping minimal
e.
Syarat- syarat alat kontrasepsi :
1)
Aman
pemakaiannya dan dipercaya.
2)
Tidak
ada efek samping yang merugikan.
3)
Lama
kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4)
Tidak
menganggu hubungan persetubuhan.
5)
Tidak
memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.
6)
Cara
penggunaannya sederhana dan tidak rumit.
7)
Harga
murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8)
Dapat
diterima oleh pasangan suami istri (Proverawati dkk, 2010).
f.
Faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan kontrasepsi:
a).
Faktor sosial – budaya
Tren
saat ini tentang jumlah keluarga, dampak jumlah keluarga tempat individu tumbuh
dan berkembang terhadap individu tersebut, pentingnya memiliki anak laki - laki
dimata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga, apakah masyarakat
menghubungkan secara langsung antara jumlah anak yang dimiliki seorang laki -
laki dan kejantanannya, nilai dalam masyarakat tentang menjadi seorang "wanita"
hanya bila ia dapat "memberi" anak kepada pasangannya.
b).
Faktor pekerjaan dan ekonomi
Kemungkinan
perpisahan yang lama karena melakukan wajib militer, kebutuhan untuk
mengalokasi sumber - sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu
pekerjaan atau bidang usaha, kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon
anak-anaknya dengan makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dimasa
depan.
c).
Faktor keagamaan
Pembenaran
terhadap prinsip - prinsip pembatasan keluaraga dan konsep dasar tentang keluarga
berencana oleh semua agama.
d).
Faktor hukum
Peniadaan
semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluaraga berencana sejak
diberlakukannya undang - undang negara Connecticut tentang pembatasan
penggunaan alat kontrasepsi, yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak
sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965.
e).
Faktor fisik
Kondisi
- kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan, usia
dan waktu "jam biologis" yang akan habis, gaya hidup tidak sehat,
penggunaan obat teratogenik.
f).
Faktor hubungan
Stabilitas
hubungan, masa krisis, dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya anak.
g).
Faktor psikologis
Kebutuhan
untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orang tuanya, pemikiran bahwa
kehamilan dianggap bukti bahwa kita dicintai, keyakinan yang salah bahwa anak
akan menyatukan kembali hubungan yang retak, rasa takut untuk mengasuh dan
membesarkan anak, ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani jika menjadi orang
tua.
h).
Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik
Adanya
keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan
terhadap bayi misalnya HIV, AIDS (Varney, 2006).
g.
Faktor - faktor yang mempengaruhi penilaian individu atau pasangan terhadap
pemilihan metode kontrasepsi :
1)
Keinginan
untuk mengendalikan kehamilan secara permanen atau sementara.
2)
Efektivitas
metode yang digunakan, keefektifan metode kontrasepsi sangat beragam. Jumlah
wanita yang tidak menginginkan kehamilannya kemudian mengalami kehamilan selama
bulan pertama penggunaan metode kontrasepsi adalah 53%.
3)
Pengaruh
media (penekanan pada aspek positif dan negatif atau efek samping metode
kontrasepsi).
4)
Efek
samping dan pertanyaan yang mungkin muncul tentang keamanan suatu metode.
5)
Kemungkinan
manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap metode.
6)
Kemampuan
suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, penyakit menular seksual, kanker).
7)
Perkiraan
lamanya penggunaan metode kontrasepsi.
8)
Biaya.
9)
Frekuensi
hubungan seksual
10)
Jumlah
pasangan seksual.
11)
Faktor
sosial (tren sosial saat ini terkait penggunaan berbagai metode).
12)
Faktor
keagamaan (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh badan - badan keagamaan
yang dianut individu atau pasangan) (Varney, 2006).
KONSEP
DASAR IUD ( INTRA UTERI DEVICE)
Adalah
cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita
tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan
(Pendit, 2007).
Intra
Uteri Device (IUD) adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan
ke uterus melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak
diketahui, di hipotesisikan bahwa IUD (Intra Uteri Device) menggangu motilitas
sperma dan perjalanan ovum. Riset terakhir menunjukkan bahwa cara kerja utama
IUD (Intra Uteri Device) adalah mencegah pembuahan, bertolak belakang dengan
kepercayaan yang luas dianut bahwa IUD (Intra Uetri Device) berfungsi sebagai
penginduksi abortus.
1.
Jenis-jenis IUD
a.
Copper T
AKDR
berbentuk T, terbuat dari bahan polythelen di mana pada bagian vertikalnya diberi
lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek
antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.
b.
Copper 7
AKDR
ini berbentuk 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai
ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan gulungan kawat
tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti
halnya lilitan tembaga halus pada jenis copper T.
c.
Multi Load
AKDR
ini terbuat dari plastik (polyethelen) dengan dua tangan kiri dan kanan
berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas kebawah 3,6cm.
Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250mm atau 375mm
untuk menambah efektifitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standart, small
(kecil), dan mini.
d.
Lippes Loop
AKDR
ini terbuat dari bahan polyethelen, bentuknya seperti spiral atau huruf S
bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop
terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A
berukuran 25mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran
30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D
(Proverawati dkk, 2010).
2.
Cara Kerja IUD
1)
Endometrium
mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga menggangu
implantasi.
2)
Mencegah
terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.
3)
Mengurangi
jumlah sperma yang mencapai tuba falopi
4)
Menginaktifkan
sperma.
3.
Efektifitasnya
Sangat
efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama
penggunaan (Sujiyatini dkk, 2011).
4.
Keuntungan IUD
Keuntungan
dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:
1)
Sebagai
alat kontrasepsi efektifitasnya tinggi.
2)
IUD
(AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
3)
Metode
jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380A dan tidak perlu diganti)
4)
Sangat
efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.
5)
Tidak
mempengaruhi hubungan seksual
6)
Meningkatkan
kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7)
Tidak
ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu 380A)
8)
Tidak
mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9)
Dapat
dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah sbortus (apabila tidak terjadi
infeksi) (Proverawati dkk, 2010).
5.
Kerugian IUD
a.
Efek samping yang umumnya terjadi pada IUD:
1)
Perubahan
siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3
bulan)
2)
Saat
haid lebih sakit
3)
Haid
lebih lama dan banyak
4)
Perdarahan
atau spotting antar menstruasi
b.
Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
1)
Tidak
baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti
pasangan
2)
Penyakit
radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit
radang panggul memicu infertilitas.
3)
Prosedur
medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali
perempuan takut selama pemasangan
4)
Sedikit
nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya
menghilang dalam waktu 1-2 hari.
5)
Klien
tidak melepas AKDR sendiri.
6)
Tidak
mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencagah
kehamilan normal.
7)
Perempuan
harus memeriksa posisi benang AKDR sewaktu-waktu. Untuk melakukan ini perempuan
harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan
ini (Proverawati, 2010).
6.Yang
dapat menggunakan IUD:
1)
Usia
produktif. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
2)
Menyusui
yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
3)
Setelah
melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
4)
Setelah
mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
5)
Resiko
rendah dari IMS.
6)
Tidak
menghendaki metode hormonal.
7)
Tidak
menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
8)
Perokok.
9)
Gemuk
ataupun yang kurus.
10)
Sedang
menyusui.
7.
Yang tidak diperkenankan memakai IUD.
Ada
beberapa ibu yang dianggap tidak cocok memakai kontrasepsi jenis IUD. Ibu-ibu
yang tidak cocok itu adalah mereka yang menderita atau mengalami beberapa
keadaan berikut ini:
1)
Kehamilan.
2)
Penyakit
kelamin (gonorrhe, sipilis, AIDS, dan sebagainya).
3)
Perdarahan
dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya.
4)
Tumor
jinak atau ganas dalam rahim.
5)
Kelainan
bawaan dalam rahim
FAKTOR-FAKTOR
PENYEBAB YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA IBU DALAM MEMILIH KONTRASEPSI IUD.
1.
Pengetahuan / pemahaman yang salah tentang IUD
Kurangnya
pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian
kontrasepsi IUD.
2.
Pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS) yang rendah
Pendidikan
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
3.
Sikap dan pandangan negatif masyarakat
Sikap
ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos
tentang IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan suami istri, mudah
terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan lain
sebagainya.
4.
Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat
ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena
untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus
menyediakan dana yang diperlukan (Proverawati dkk, 2010).
KONSEP
DASAR PERILAKU
Suatu
kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun tidak
langsung yang diamati oleh pihak luar.
Menurut
Notoatmodjo(2007) perilaku adalah keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya
kesempatan dan sumber yang diperlukan.
Menurut
ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi
Organisasi yang bersangkutan.
Menurut
Benjamin Bloom perilaku ada 3 domain : perilaku, sikap dan tindakan.
Menurut
Roger menjelaskan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru dalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan
1)
Awareness
(kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih
dahulu terhadap struktur atau obyek).
2)
Interest
(dimana orang tersebut adanya ketertarikan).
3)
Evaluation
(menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut).
4)
Trial
(dimana orang telah mencoba perilaku baru).
5)
Adoption
(dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan terhadap
stimulus) (Notoatmodjo, 2007)
1.
Teori Determinan Terbentuknya Perilaku
a.
Teori Lawrence Green
Menurut
Lawrence Green bahwa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan dimana
kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior
causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes), selanjutnya perilaku
itu sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu:
1)
Faktor
predisposisi : yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan
dan nilai-nilai.
2)
Faktor
pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak bersedianya
fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : Puskesmas,
obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.
3)
Faktor
pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau
petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat.
b.
Teori Snehandu B. Kar
Kar
mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan
fungsi dari :
1)
Niat
seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan
kesehatannya (behavior itention)
2)
Dukungan
sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
3)
Adanya
atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan
(accesebility of information)
4)
Otonomi
pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan
(personal autonomy)
5)
Situasi
yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)
c.
Teori WHO
WHO
menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah:
a).
Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan,
persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek
kesehatan).
1)
Pengetahuan
diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain
2)
Kepercayaan
sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima
kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu
3)
Sikap
menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering
diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap
membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap
positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam
suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh
tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti
oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang
b).
Tokoh penting sebagai panutan, apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh
c).
Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya
d).
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan
selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia
(Notoatmodjo, 2007)
2.Faktor
yang mempengaruhi Perilaku
a.
Faktor Genetik
Perilaku
terbentuk dari dalam individu itu sendiri sejak ia dilahirkan.
b.
Faktor Eksogen
Meliputi
faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial, faktor-faktor yang lain yaitu
susunan saraf pusat persepsi emosi.
c.
Proses Belajar
Bentuk
mekanisme sinergi antara faktor heriditas dan lingkungan dalam rangkat terbentuknya
perilaku.
3.BentukPerilaku
a.
Perilaku Pasif
Perilaku
yang sifatnya tertentu, terjadi dalam diri individu dan tidak bisa diamati. Contoh:
berfikir dan bernafas.
b.
Perilaku Aktif
Perilaku
yang sifatnya terbuka berupa tindakan yang nyata dan dapat diamati secara
langsung.
4.
Domain Perilaku
Pembagian
perilaku ke dalam 3 domain (kewarasan)
a.
Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan
merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan
terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga.
Pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan
seseorang over (over behavior)
b.
Sikap (Attitude)
Sikap
merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek.
New
Comb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan
kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu.
Sikap
belum merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
sikap perilaku.
c.
Praktik/practice
Setelah
seseorang mengetahui stimulasi atau objek kesehatan, kemudian mengadakan
penilaian atau pendapatan terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya
diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahuinya.
5.
Beberapa Teori Perubahan Perilaku
a.
Teori Stimulus Organisme (S-C-R)
Teori
ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku
tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan
organisme. Sehingga perilaku dapat berubah bila stimulus yang diberikan
benar-benar melebihi dari stimulus semula.
b.Teori
Testinger (Disconance Theory)
Teori
ini didasarkan karena ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh
ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai.keseimbangan kembali. Karena dalam
diri individu terdapat 2 elemen kogrisi yang saling bertentangan. Sehingga
ketidakseimbangan dalam diri seseorang akan menyebabkan perubahan perilaku
karena adanya perbedaan 2 elemen dan sama-sama penting.
c.Teori
Fungsi.
Teori
ini berdasarkan anggapan perubahan perilaku individu tergantung kepada
kebutuhan. Sehingga teori fungsi berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi
untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan
lingkungannya menurut kebutuhannya.
d.Teori
Kurt Lewin
Berpendapat
bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan untuk seimbang antara
kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan Perilaku itu dapat diubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang
sehingga ada 3 kemungkinan perubahan perilaku pada diri seseorang :
kekuatan-kekuatan pendorong meningkat kekuatan-kekuatan penahan menurun dan
gabungan (Azwar, 2010).
6.
Bentuk Perubahan Perilaku
a.
Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku
manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan
fisik atau sosial.budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya
yang akan mengalami perubahan.
b.
Perubahan Rencana (Planed Change)
Perubahan
perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c.
Kesediaan Untuk Berubah (Readiness To Change)
Apabila
terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat.maka
yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi
atau perubahan tersebut dan sebagian lagi sangat lambat untuk menerima
perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk
berubah yang berbeda-beda.
7.
Strategi Perubahan Perilaku
a.
Menggunakan Kekuatan / Kekuasaan
Perubahan
perilaku dipaksakan kepada sasaran/masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti
yang diharapkan. Contoh ini dapat dilakukan pada penerapan Undang- Undang.
b.
Pemberian Informasi
Dengan
memberikan informasi-informasi.penyuluhan dan sebagainya akan meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya di
pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan
menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.
c.
Diskusi Partisipasi
Dalam
memberikan informasi tentang kesehatan tidak searah tetapi dua arah. Hal ini
masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif
berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimannya.
Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan
informasi dan pesan-pesan kesehatan.
Cara
mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang
indikator-indikator perilaku tersebut untuk pengetahuan sikap dan praktik agak
berbeda (Notoadmodjo, 2007).
DAFTAR
PUSTAKA
- Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
- Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
- Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
- BKKBN.2011. Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi. http://prov.static.bkkbn.go.id/bali.bkkbn.go.id/program/Resume%20Laporan%20Final%20(Hasil%20Penelitian%20KTD).pdf. di akses pada tanggal 16 Januari 2013.
- BKKBN.2005. PENCAPAIAN 2010 02 PER KABKOTA. http://jatim.bkkbn.go.id/cms_bkkbn/files/PENCAPAIAN-2010_02-PER_KABKOTA.pdf. diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
- BKKBN.2006. Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi. http:// jatim.bkkbn.go.id/2009/05/kb-kontrasepsi/. Diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
- Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
- Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
- Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
- Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
- Pendit, B. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : ECG.
- Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP.
- Proverawati, Atikah, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
- Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP - SP.
- Sujiyatini, dkk. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta : Nuha Medika.
- Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar