SEKILAS
TENTANG DEMAM BERDARAH
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit endemis di Indonesia dan sampai
saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Penyakit Demam
Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan ditandai dengan
panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan
manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah
darah, berak darah, kesadaran menurun, dan syock.
Penyakit
Demam Berdarah atau Dengue Hemorragik Fever (DHF) ialah penyakit yang
disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes
Aegypti dan Aedes Albopictus.Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir di seluruh
pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 meter di
atas permukaan air laut.Merebaknya kasus DBD ini menimbulkan reaksi dari
berbagai kalangan. Sebagian menganggap hal ini terjadi karena kurangnya
kesadaran akan kebersihan lingkungan. Pemerintah lambat dalam mengantisipasi
dan merespon kasus ini.
2.
Rumusan Masalah
Dalam
pembahasan ini, adapun rumusan masalah yang didapat adalah:
1.
Penyebab
dan ciri-ciri nyamuk DBD
2.
Gejala
DBD
3.
Pencegahan
DBD
4.
Pemberantasaan
DBD
5.
Cara
pengobatan DBD
3.
Tujuan
Pada
materi tentang DBD ini dapat diperoleh tujuan yaitu sebagai berikut:
1.
Mengetahui
penyebab dan ciri-ciri nyamuk DBD
2.
Mengetahui
gejala DBD
3.
Mengetahui
pencegahan DBD
4.
Mengetahui
cara pemberantasan DBD
5.
Mengetahui
cara pengobatan pada DBD
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
Lingkungan
merupakan agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar yang
mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi.Salah satu peran
lingkungan adalah sebagai reservoir.Secara umum lingkungan dibedakan atas
lingkungan fisik dan lingkungan non fisik.Lingkungan fisik adalah lingkungan
alamiah yang terdapat di sekitar manusia, sedangkan lingkungan non fisik ialah
lingkungan yang muncul akibat adanya interaksi antar manusia.
Hubungan
antara host, agent dan lingkungan dalam menimbulkan penyakit sangat kompleks
dan majemuk.Ketiga faktor ini saling berhubungan dan saling berkompetisi
menarik keuntungan dari lingkungan. Dalam proses timbulnya penyakit,
unsur-unsur yang terdapat pada setiap faktor memegang peranan yang amat
penting. Pengaruh unsur tersebut adalah sebagai penyebab timbulnya penyakit
yang dalam kenyataan sehari-hari tidak hanya berasal dari satu unsur saja,
melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur.Pengaruh dari beberapa unsur
inilah yang menyebabkan timbulnya suatu penyakit tidak bersifat tunggal
melainkan bersifat majemuk yang dikenal dengan istilah multiple causation of
disease.
Faktor
lingkungan fisik yang berperan terhadap timbulnya penyakit DBD meliputi
kelembaban nisbi, cuaca, kepadatan larva dan nyamuk dewasa, lingkungan di dalam
rumah, lingkungan di luar rumah dan ketinggian tempat tinggal.Unsur-unsur
tersebut saling berperan dan terkait pada kejadian infeksi Virus Dengue. Depkes
(2004) menyatakan bahwa faktor lingkungan yang berperan terhadap timbulnya
penyakit DBD diantaranya lingkungan pekarangan yang tidak bersih, seperti bak
mandi yang jarang dikuras, pot bunga, genangan air di berbagai tempat, ban
bekas, batok kelapa, potongan bambu, drum, kaleng-kaleng bekas serta
botol-botol yang dapat menampung air dalam jangka waktu yang lama. Lingkungan
non fisik yang berperan dalam penyebaran DBD adalah kebiasaan menyimpan air
serta mobilitas masyarakat yang semakin meningkat.
Rantai
penularan penyakit adalah rangkaian sejumlah faktor yang memungkinkan proses
penularan suatu penyakit dapat berlangsung. Faktor yang merupakan mata rantai
itu ada 6, yaitu:
1.
Adanya
sumber penularan
2.
Adanya
hama penyakit
3.
Adanya
pintu keluar
4.
Adanya
cara penularan
5.
Adanya
pintu masuk
6.
Adanya
kerentanan
1.
SUMBER PENULARAN
Sumber
penularan atau sumber infeksi adalah tempat dimana hama penyakit hidup dan
berkembang biak secara alamiah. Dari sumber infeksi inilah kemudian penyakit
itu menular kepada orang lain.
Sumber
penularan penyakit dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a.
Manusia (Human Reservoir)
Human
reservoir dapat berupa:
-
orang sakit dengan gejala-gejala yang jelas (kasus klinis)
-
orang sakit dengan gejala-gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis)
-
Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan
mengeluarkan hama penyakit.
Sumber
penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian tubuhnya, misalnya
dalam darah, paru-paru, hati, dan sebagainya. Juga dalam berbagai produk yang
dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum), urine, faeces, nanah,
cairan luka, dan lain-lain, yang sewaktu-waktu dengan cara tertentu dapat
menular kepada orang lain.
b.
Hewan (Animal Reservoir)
Beberapa
jenis hewan dapat menjadi sumber penularan beberapa macam penyakit, seperti
misalnya lembu dan biri-biri (penyakit anthrax), anjing (penyakit rabies),
tikus (penyakit pes), dan babi (cacing pita).
c.
Lain-lain sumber penularan
Sumber
penularan lain misalnya tanah dan udara. Di tanah terdapat berbagai bibit
penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium tetani), telur
dari cacing-cacing (cacing ankylostoma, ascaris, dan lain-lain), yang dapat
menimbulkan penyakit pada manusia. Di udara bebas beterbangan bermacam-macam
mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakit-penyakit seperti
streptococcus, staphylococcus, dan lain-lain.
2.
HAMA PENYAKIT
Yang
dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang merupakan penyebab
penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan atas 4 golongan sebagai
berikut, yaitu:
a.
Golongan hewan
1.
Protozoa,
contohnya Amoeba dysentri, Trypanosoma gambiense, Plasmodium malariae.
2.
Cacing-cacing,
misalnya Filaria bancrofti, Ancylostoma duodenale, Taenia solium.
3.
Serangga,
contohnya Saarcoptes scabii penyebab penyaki scabies.
b.
Golongan tumbuh-tumbuhan
1.
Bakteri,
misalnya bermacam-macam coccus, basil, dan spirillium.
2.
Jamur,
contohnya Ptyriasis versicolor penyebab penyakit panu.
c.
Golongan virus, misalnya virus DHF, AIDS, dan campak.
d.
Golongan Rickettsia, misalnya Rickettsia rickettsi penyebab penyakit thypus
bercak wabah.
Hama
penyakit ini hidup dalam tubuh tuan rumahnya sebagai parasit, mereka
menimbulkan kerusakan pada sel-sel jaringan tubuh yang ditempatinya, baik
secara langsung maupun melalui toksin (racun) yang dihasilkannya. Di samping
yang bersifat patogen sejati (obligat parasit), terdapat juga hama penyakit
yang bersifat patogen fakultatif (fakultatif parasit oprtunis) seperti misalnya
Clostridium tetani dan Staphylococcus aureus. Clostridium tetani yang sporanya
banyak terdapat di tanah, debu, dan benda-benda yang kotor hanya akan menimbulkan
penyakit tetanus apabila secara kebetulan masuk ke dalam luka pada kulit.
Staphylococcus aureus yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan
menimbulkan penyakit (radang) apabila secara kebetulan sampai pada luka kulit.
4.
CARA PENULARAN
Yang
dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses-proses yang dialami oleh
hama penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon penderita.
Masing-masing penyakit menular mempunyai cara penularan yang khas, yang satu
berbeda dengan yang lain.
Cara-cara
penularan tersebut adalah sebagai berikut:
Melalui
Serangga (Insect Borne Infection=Arthropod Borne Infection).
Beberapa
jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit
5.
PINTU MASUK
Yang
dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian-bagian badan yang dilalui oleh hama
penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Pintu masuk itu disebut
juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan pintu keluar, yaitu:
1.
Alat
pernafasan, yaitu idung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru, influenza
dan difteria.
2.
Alat
Pencernaan Makanan, yaitu mulut misalnya pada penyakit kolera, dysentri, dan
thypus perut.
3.
Alat
kencing dan kelamin, misalnya pada penularan penyakit gonorhoea, syphilis, dan
AIDS.
4.
Luka
pada kulit, dapat berupa luka pada gigitan hewan/serangga, misalnya pada
penularan penyakit malaria, DHF, dan pes. Atau luka buatan misalnya bekas
suntikan, pada pennularan penyakit Hepatitis infectiosa dan AIDS.
6.
KERENTANAN
Kerentanan
adalah kesediaan dari tubuh calon tuan rumah untuk mejadi sakit. Tanpa adanya
kerentanan maka calon tuan rumah tersebut akan tetap sehat meskipun mendapat
penularan hama penyakit.Dalam kenyataan hidup sehari-hari meskipun kita
dikelilingi dan diserang oleh hama peyakit yang tidak terhitung jumlahnya, kita
tidak selalu jatuh sakit.
BAB
III PEMBAHASAN
1.
Penyebab dan Ciri-Ciri DBD
Penyebab
DBD :
Penyakit
Demam Berdarah Dengue (DBD) {bahasa medisnya disebut Dengue Hemorrhagic Fever
(DHF)} adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang menyebabkan gangguan
pada pembuluh darah kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga
mengakibatkan perdarahan-perdarahan.
Vektor
yang berperan dalam penularan penyakit ini adalah nyamuk Aedes aegypti dan
Aedes albopictus.
Ciri-Ciri Nyamuk DBD :
1.
Hidup
di dalam ruangan, tempat genangan air dan kumuh
2.
Sulit
untuk ditangkap karena mereka bergerak sangat cepat, melesat maju mundur.
3.
Mereka
menggigit pada pagi atau siang hari
4.
Bersembunyi
di bawah perabot dan sering menggigit orang di sekitar kaki atau pergelangan
kaki
5.
Gigitan
relatif tidak sakit, sehingga orang mungkin tidak melihat mereka sedang
tergigit.
Nyamuk
demam berdarah dewasa lebih memilih untuk beristirahat di daerah gelap.Tempat
beristirahat favorit berada di bawah tempat tidur, meja dan kursi, di lemari pakaian
atau lemari, di tumpukan cucian kotor dan sepatu; dalam wadah terbuka, di ruang
yang gelap dan tenang, dan bahkan pada objek gelap seperti pakaian atau
perabot.
Nyamuk
demam berdarah lebih suka menggigit manusia pada siang hari. Sebuah cara yang
efektif untuk membunuh nyamuk dewasa adalah untuk menerapkan sisa insektisida
ke daerah di mana mereka lebih suka untuk beristirahat.
Nyamuk
demam berdarah terkadang dijuluki ‘kecoa nyamuk’ karena benar-benar dijinakkan
dan lebih memilih untuk tinggal di sekitar rumah-rumah penduduk. Mereka
berkembang biak bukan di rawa-rawa atau saluran, dan sangat jarang menggigit
pada malam hari.
2.
Gejala DBD
Masa
tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang virus dengue,
Selanjutnya penderita akan menampakkan berbagai tanda dan gejala demam berdarah
sebagai berikut :
1.
Demam
tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius).
2.
Pada
pemeriksaan uji torniquet, tampak adanya jentik (puspura) perdarahan.
3.
Adanya
bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan
(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur
darah (Melena), dan lain-lainnya.
4.
Terjadi
pembesaran hati (Hepatomegali).
5.
Tekanan
darah menurun sehingga menyebabkan syok.
6.
Pada
pemeriksaan laboratorium (darah) hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit
dibawah 100.000 /mm3 (Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit
diatas 20% dari nilai normal (Hemokonsentrasi).
7.
Timbulnya
beberapa gejala klinik yang menyertai seperti mual, muntah, penurunan nafsu
makan (anoreksia), sakit perut, diare, menggigil, kejang dan sakit kepala.
8.
Mengalami
perdarahan pada hidung (mimisan) dan gusi.
9.
Demam
yang dirasakan penderita menyebabkan keluhan pegal/sakit pada persendian.
10. Munculnya
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.
3.
Pencegahan DBD
Tidak
ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam
berdarah.Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau
mengurangi vektor nyamuk demam berdarah.Insiatif untuk menghapus kolam-kolam
air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk
mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu
sekali, dan membuang hal - hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam
berdarah Aedes Aegypti.
Hal-hal
yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam
berdarah, sebagai berikut:
1.
Melakukan
kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat
yang cukup.
2.
Memasuki
masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan
3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan
mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan
jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barang-barang bekas tidak
baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang
bekas tersebut didaur-ulang.
3.
Fogging
atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan
mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai
perkembangbiakan nyamuk;
4.
Segera
berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau
panas tinggi.
4.
Pengendalian dan Pemberantasan DBD
Pemberantasan
nyamuk aedes aegypti dapat dilakukan terhadap nyamuk dewasa dan
jentiknya.Pengendalian vektor bertujuan untuk menurunkan kepadatan populasi
vektor pada tingkat yang tidak membahayakan lagi bagi kesehatan
masyarakat.Untuk melakukan pengendalian vektor perlu diketahui data kuantitatif
vektor diantaranya indek vektor. Kegiatan pemberantasan nyamuk aedes yang
dilaksanakan sekarang ada dua cara yaitu (Chahaya, 2003) sebagai berikut.
a.
Dengan cara kimia
Cara
ini dapat dilakukan untuk nyamuk dewasa maupun larva. Untuk nyamuk dewasa saat
ini dilakukan dengan cara pengasapan (thermal fogging) atau pengagutan (cold
fogging = ultra low volume). Pemberantasan nyamuk dewasa tidak dengan
menggunakan cara penyemprotan pada dinding (resisual spraying), sebab nyamuk
aedes aegypti tidak suka hinggap pada dinding, melainkan pada benda-benda yang
tergantung seperti kelambu dan pakaian yang tergantung. Pemakaian di rumah
tangga dipergunakan berbagai jenis insektisida yang disemprotkan kedalam kamar
atau ruangan misalnya, golongan organophospat atau pyrethroid synthetic. Pemberantasan
larva dapat digunakan abate (larvasida temefos) yang ditaburkan ke dalam bejana
tempat penampungan air dengan dosis 1 gram abate untuk 10 liter air. Tempayan
dengan volume 100 liter diperlukan abate100/10 x 1 gram = 10 gram (1 sendok
makan berisi 10 gram abate). Abatisasi pada tempat penampungan air mempunyai
efek residu selam 2─3 bulan (Sungkar, 2005).
b.
Pengelolaan lingkungan dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Cara
ini dilakukan dengan menghilangkan atau mengurangi tempat-tempat perindukan,
dikenal sebagai PSN, yang pada dasarnya ialah pemberantasan jentik atau
mencegah agar nyamuk tidak dapat berkembang biak.
1.
PSN
ini dapat dilakukan dengan cara:
1.Menguras bak mandi dan tempat-tempat
penampungan air sekurangkurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan dengan
pertimbangan bahwa perkembangan telur menjadi nyamuk selama 7─10 hari, secara
teratur menggososk dinding bagian dalam dari bak mandi dan semua tempat
penyimpanan air untuk menyingkirkan telur nyamuk.
2.
Menutup
rapat tempat penampungan air seperti tempayan, drum dan tempat air lain, sehingga
nyamuk tidak dapat masuk. Tempat penampungan air yang tertutup tetapi tidak
terpasang dengan baik, akan berpotensi menjadi tempat perindukan nyamuk karena
ruangannya lebih gelap dari pada yang tidak tertutup sama sekali.
3.
Mengganti
air pada vas bunga dan tempat minum burung sekurang-kurangnya seminggu sekali.
4.
Membersihkan
pekarangan dan halaman rumah dari barang-barang bekas seperti kaleng bekas dan
botol pecah sehingga tidak menjadi sarang nyamuk.
5.
Menutup
lubang-lubang pada bambu pagar dan lubang pohon dengan tanah agar tidak
menampung air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
6.
Membersihkan
air yang tergenang diatap rumah karena saluran air yang tersumbat dengan cara
dikeringkan agar tidak menjadi tempat perindukan nyamuk.
7.
Setiap
dua atau tiga bulan sekali, menaburi dengan bubuk abate tempat-tempat yang
menampung air dan sulit dikuras.
8.
Memelihara
ikan mujair ataupun ikan kepala timah yang suka makan jentik-jentik nyamuk.
B.
Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan
Kesehatan
masyarakat didefinisikan oleh Winslow pada tahun 1920 sebagai ilmu dan kiat
(art) untuk mencegah penyakit, memperpanjang harapan hidup, dan meningkatkan
kesehatan dan efisiensi masyarakat melalui usaha masyarakat yang terorganisir
untuk sanitasi lingkungan, pengendalian penyakit menular, pendidikan higiene
perseorangan, mengorganisir pelayanan medis, dan perawatan, agar dapat
dilakukan diagnosis dini dan pengobatan pencegahan, serta membangun mekanisme
sosial, sehingga setiap insan dapat menikmati standar kehidupan yang cukup baik
untuk dapat memelihara kesehatan (Slamet, 2004).
Berdasarkan
definisi kesehatan masyarakat di atas, maka masyarakat hanya akan sehat,
apabila setiap insan ikut serta menyehatkan dirinya sendiri serta
lingkungannya. Tanpa partisipasi masyarakat (termasuk para ahli), kesehatan
tidak akan tercapai (Slamet, 2004). Filosofi inilah yang selalu dipegang oleh
ahli kesehatan dalam menyelesaikan masalah-masalah kesehatan masyarakat.
DBD
merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sampai saat ini masih menjadi permaslahan
yang sangat sulit untuk diberantas. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
DBD merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah baik lintas sektor
maupun lintas program dan masyarakat termasuk sektor swasta. Tugas dan tanggung
jawab pemerintah dalam upaya pemberantasan penyakit DBD antara lain membuat
kebijakan dan rencana strategis penanggulangan penyakit DBD, mengembangkan
teknologi pemberantasan, mengembangkan pedoman pemberantasan, memberikan
pelatihan dan bantuan teknis, melakukan penyuluhan dan promosi kesehatan serta
penggerakan masyarakat
Menurut
H.L Blum yang dikutip oleh Bustan (2002) menegaskan bahwa faktor yang
menyebabkan terjadinya suatu penyakit adalah lingkungan, perilaku, pelayanan
kesehatan dan hereditas. Banyak hal yang mendasari sulitnya pemberantasan DBD
di Indonesia, diantaranya kurang pengetahuan dan kesadaran masyarakat untuk
berprilaku hidup sehat dan memperhatikan keadaan lingkungan sekitar tempat
tinggal sehingga banyak tempat perindukan nyamuk. Hal ini dikarenakan kurangnya
keterlibatan masyarakat dalam penanggulangan persoalan DBD dan sosialisasi
pemerintah terhadap masyarakat tentang cara pemberantasan DBD serta
pencegahannya yang tepat dan sesuai dengan keadaan lingkungan sekitarnya.
5.
Cara Pengobatan DBD
Demam
berdarah biasanya merupakan penyakit yang hanya perawatan suportif jika tepat
sasaran dapat disembuhkan.Acetaminophen dapat digunakan untuk pengobatan demam
berdarah.Untuk beberapa jenis obat seperti aspirin, obat anti-inflammatory
drugs (NSAID), dan kortikosteroid harus dihindari sebagai antisipasi pengobatan
demam berdarah.
Pasien
dengan demam berdarah diketahui atau dicurigai harus memiliki jumlah trombosit
dan hematokrit diukur setiap hari dari hari ketiga penyakit sampai 1-2 hari
setelah penurunan suhu badan normal.Pasien dengan tingkat hematokrit yang
meningkat atau jumlah trombosit menurun harus memiliki penggantian defisit
volume intravaskular.
Untuk
pengobatan demam berdarah lebih lanjut, pasien yang memiliki tanda-tanda
dehidrasi, seperti takikardia, kapiler terisi semakin lama, dingin atau kulit
berbintik-bintik, status mental berubah, penurunan output urine, kenaikan
tingkat hematokrit, tekanan nadi menyempit, atau hipotensi, memerlukan cairan
infus.
Keberhasilan
pengobatan demam berdarah yang parah memerlukan perhatian khusus, seperti
cairan dan perawatan proaktif.Defisit volume Intravaskular harus diperbaiki
dengan cairan isotonik seperti larutan Ringer laktat.Bolus dari 10-20 kg mL /
harus diberikan lebih dari 20 menit dan dapat diulang.Jika ini gagal untuk
mengoreksi defisit, nilai hematokrit harus ditentukan dan jika naik informasi
klinis yang terbatas menunjukkan bahwa plasma expander dapat diberikan.
Dekstran 40, atau albumin 5% pada dosis 10-20 kg mL juga dapat digunakan. Jika
pasien tidak membaik setelah ini, kehilangan darah harus dipertimbangkan.Pasien
dengan perdarahan internal atau pencernaan mungkin memerlukan transfusi. Pasien
dengan koagulopati mungkin memerlukan plasma beku segar.
Setelah
pasien dengan dehidrasi yang stabil, mereka biasanya membutuhkan cairan infus
tidak lebih dari 24-48 jam.cairan intravena harus dihentikan ketika tingkat
hematokrit turun dibawah 40% dan volume intravaskuler cukup.
Transfusi
plasma platelet segar beku mungkin diperlukan untuk mengontrol pendarahan
parah. Sebuah laporan kasus baru-baru ini menunjukkan perkembangan yang baik
setelah pemberian globulin intravena anti-D di dua pasien. Sebelum mengakhiri,
sebelum pengobatan demam berdarah dilakukan, khendaknya pemeriksaan atau
konsultasi kepada dokter adalah jalan yang terbaik, pastikan penderita berada
pada kondisi yang stabil karena jika dibiarkan akan menjadi semakin parah
sehingga menyebabkan kematian.
BAB
IV PENUTUP
1.
Kesimpulan
Penyebaran
penyakit DBD ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus, sehingga pada wilayah yang sudah diketahui adanya serangan penyakit
DBD akan mungkin ada penderita lainnya bahkan akan dapat menyebabkan wabah yang
luar biasa bagi penduduk disekitarnya.
Pencegahan
dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk diwaktu pagi sampai sore, karena
nyamuk aedes aktif di siang hari (bukan malam hari).Misalnya hindarkan berada
di lokasi yang banyak nyamuknya di siang hari, terutama di daerah yang ada
penderita DBD nya.
Fokus
pengobatan pada penderita penyakit DBD adalah mengatasi perdarahan, mencegah
atau mengatasi keadaan syok atau presyok, yaitu dengan mengusahakan agar
penderita banyak minum sekitar 1,5 sampai 2 liter air dalam 24 jam (air teh dan
gula sirup atau susu).
2.
Saran
Beberapa
ada cara yang paling efektif dalam mencegah penyakit DBD melalui metode
pengontrolan atau pengendalian vektornya adalah:
1.
Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN), pengelolaan sampah padat, modifikasi tempat perkembangbiakan
nyamuk hasil samping kegiatan manusia, dan perbaikan desain rumah.
2.
Pemeliharaan
ikan pemakan jentik (ikan adu/ikan cupang) pada tempat air kolam, dan bakteri
(Bt.H-14).
3.
Pengasapan
atau fogging (dengan menggunakan malathion dan fenthion).
4.
Memberikan
bubuk abate (temephos) pada tempat-tempat penampungan air seperti, gentong air,
vas bunga, kolam, dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar