SEKILAS
TENTANG ANAK USIA SEKOLAH
1.
Pengertian
Usia
sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun, yang artinya sekolah menjadi
pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak-anak dianggap mulai bertanggung
jawab pada perilakunya sendiri dalam berhubungan dengan orang tua, teman
sebaya, dan orang lain. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar
pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan
memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009).
2.
Perkembangan Anak Usia Sekolah
1)
Perkembangan Biologis
Saat
umur 6-12 tahun, pertumbuhan serata 5 cm pertahun untuk tinggi badan dan
meningkat 2-3 kg pertahun untuk berat badan. Selama usia tersebut anak
laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan ukuran tubuh. Anak laki-laki
cenderung kurus dan tinggi, anak perempuan cenderung gemuk. Pada usia ini,
pembentukan jaringan lemak lebih cepat perkembangannya dari pada otot.
2)
Perubahan Proposional
Anak-anak
usia sekolah lebih anggun daripada saat mereka usia pra sekolah, dan mereka
dapat berdiri tegak diatas kaki mereka sendiri. Proporsi tubuh mereka tampak
lebih ramping dengan kaki yang lebih panjang, proporsi tubuh bervariasi dan
pusat gaya berat mereka lebih rendah, Postur lebih tinggi daripada usia pra
sekolah untuk menfasilitasi lokomotor dan efisiensi dalam menggunakan lengan
tubuh. Proporsi ini memudahkan anak untuk beraktifitas seperti memanjat,
mengendarai sepeda, dan aktifitas lainnya. Lemak berkurang secara bertahap dan
pola distribusi lemak berubah, menyebabkan penampakan tubuh anak yang lebih
rampping selama tahun-tahun pertengahan.
Perubahan
yang paling nyata dan dapat menjadi indikasi terbaik peningkatan kematangan
pada anak-anak adalah penurunan lingkar kepala dalam hubungannya terhadap
tinggi tubuh saat berdiri, penurunan lingkar pinggang dalam hubungannya dengan
tinggi badan dan peningkatan panjang tungkai
dalam hubungannya dengan tinggi badan. Obserasi ini sering memberikan
petunjuk terhadap tingkat kematangan fisik anak yang terbukti berguna dalam
memprediksi kesiapan anak untuk memenuhi tuntutan sekolah.
Perubahan
wajah, karakteristik dan anatomi tertentu adalah khas pada masa anak-anak
pertengahan. Proporsi wajah berubah pada saat wajah tumbuh lebih cepat terkait
dengan pertumbuhan tulang tengkorak yang tersisa. Tengkoran dan otak tumbuh
sangat lambat saat periode ini dan setelah itu, ukurannya bertambah sedikit.
3)
Kematangan Sistem
Sistem
gastrointestinal: Direfleksikan dengan masalah lambung yang lebih sedikit,
mempertahankan kadar glukosa darah dengan lebih baik, dan peningkatan kapasitas
lambung yang memungkinkan retensi makanan lebih lama. Kapasitas kandung kemih:
Umumnya lebih besar pada anak perempuan dibandingkan anak laki-laki. Denyut
jantung dan frekuensi: pernapasan akan terus-menerus menurun dan tekanan darah
menigkat selama 6-12 tahun. Sisten Imun menjadi lebih kompeten untuk
melokalisasi iinfeksi dan menghasilkan respon antigen dan antibody. Tulang
terus mengalami pengerasan selama kanak-kanak tetapi kurang dapat menahan dan
tarikan otot dibandingkan tulang yang sudah matur.
1).
Prapubertas
Pra
remaja adalah periode yang dimulai menjelang akhir masa kanak-kanak pertengahan
dan berakhir pada ulang tahun ke tiga belas. Tidak ada usia universal saat anak
mendapatkan karakteristik prapubertas tanda fisiologis pertama muncul kira-kira
saat berusia 9 tahun terutama pada anak perempuan) dan biasanya tampak jelas
pada umur 11-12 tahun.
2).
Perkembangan Psikososial
Masa
kanak-kanak pertengahan adalah periode perkembangan psikoseksual yang
dideskripsikan oleh Freud sebagai periode laten, yaitu waktu tenang antara fase
odipus pada masa kanak-kanak awal dan erotisme remaja. Selama waktu ini,
anak-anak hubungan dengan teman sebaya sesama jenis setelah pengabaian pada
tahun-tahun sebelumnya dan didahului ketertarikan pada lawan jenisnya yang
menyertai pubertas.
3).
Perkembangan Kognitif
Ketika
anak memasuki masa sekolah, mereka mulai memperoleh kemampuan untuk
menghubungkan serangkaian kejdian untuk menggambarkan mental anak yang dapat
diungkapkan secara verbal ataupun simbolik. Tahap ini diistilahkan sebagai
operasional konkret oleh piaget, ketika anak mampu menggunakan proses berpikir
untuk mengalami peristiwa dan tindakan.
4).
Perkembangan Moral
Pada
saat pola pikir anak sudah berubahdari egosentrisme ke pola pikir lebih logis,
mereka juga bergerak melalui tahap perkembangan kesadaran diri dan standar
moral. Walaupun anak usia 6-7 tahun mengetahui peraturan dan perilaku yang
diharapkan dari mereka, mereka tidak memahami alasannya. Penguatan dan hukuman
mengarahkan penilaian mereka: suatu tindakan yang buruk adalah yang melanggar
peraturan dan membahayakan. Oleh karena itu, anak usia 6-7 tahun kemungkinan
menginterprestasikan kecelakaan dan ketidakberuntungan sebagai hukuman atau
akibat tindakan “buruk” yang dilakukan anak. Anak usia sekolah yang lebih besar
lebih mampu menilai suatu tindakan berdasarkan niat dibandingkan akibat yang
dihasilkan.
5).
Perkembangan spiritual
Anak-anak
usia dini berpikir dalam batasan konkret tetapi merupakan pelajar yang baik dan
memiliki kemauan yang besar untuk mempelajari Tuhan. Mereka tertarik pada
konsep surga dan neraka, dan dengan perkembangan kesadaran diri dan perhatian
terhadap peraturan, anak takut akan masuk neraka karena kesalahandalam
berperilaku. Anak-anak usia sekolah ingin dan berharap dihukum jika berperilaku
yang salah dan, jika diberi pilihan, anak cenderung memilih hukuman yang sesuai
dengan kejahatannya. Oleh karenanya, konsep agama harus dijelaskan pada anak
dalam istilah yang konkret. Mereka merasa nyaman dengan berdoa atau melakukan
ritual agama dan jika aktifitas ini merupakan bagian dari kegiatan sehari-hari
anak, hal ini dapat membantu anak melakukan koping dalam menghadapi situasi
sehari-hari.
6).
Perkembangan Sosial
Salah
satu agen sosial penting dalam kehidupan anak usia sekolah adalah teman sebaya.
Selain orang tua dan sekolah, kelompok teman sebaya memberi sejumlah hal yang
penting kepada anggotanya. Anak-anak
memiliki budaya yang mereka sendiri, disertai rahasia, adat istiadat, dan kode
etik yang meningkatkan rasa solidaritas kelompok dan melepaskan diri dari orang
dewasa. Melalui hubungan dengan teman sebaya, anak belajar bagaimana menghadapi
dominasi dan permusuhan, berhubungan dengan pemimpin dan pemegang kekuasaan,
serta menggali ide-ide dari lingkungan fisik.
7).
Perkembangan Konsep Diri
Istilah
konsep diri merujuk pada pengetahauan yang disadari mengenai berbagai persepsi
diri, seperti karakteristik fisik, kemmpuan, nilai, ideal diri, dan penghargaan
serta ide-ide dirinya sendiri dalam hubungannya dengan orang lain, konsep diri
juga termasuk juga termasuk citra tubuh, seksualitas, dan harga diri seseorang.
Konsep diri yang positif membuat anak merasa senang, berharga dan mampu
memberikan kontribusi dengan baik. Perasaan seperti itu menyebabkan penghargaan
diri, keprecyaan diri, dan perasaan bahagia secara umum. Perasaan negatif
menyebabkan keraguan terhadap diri sendiri. Anak usia sekolah memiliki persepsi
yang cukup akurat dan positif tentang keadaan fisik mereka sendiri.
8).
Bermain dianggap sangat penting bagi untuk perkembangan fisik dan fisiologi
Karena
selama bermain anak mengembangkan berbagai keterampilan sosial memungkinkannya
untuk menikmati keanggotaan kelompok dalam masyarakat anak-anak.
Bentuk
permainan yang sering diamati pada usia ini:
1)
Bermain
konstruktif: membuat sesuatu hanya untuk bersenang-senang saja tanpa memikirkan
manfaatnya, seperti menggambar, melukis dan membentuk sesuatu.
2)
Menjelajah:
Ingin bermain jauh dari lingkungan rumah.
3)
Mengumpulkan:
benda-benda yang menarik perhatian dan minatnya, membawa benda ke rumah,
menyimpan dalam laci, dan tidak memperlihatkan koleksinya dalam laci.
4)
Permainan
dan olahraga: cenderung ingin memainkan permainan anak besar (bola basket dan
sepak bola), dan senag pada permainan yang bersaing.
5)
Hiburan:
anak ingin meluangkan waktu untuk membaca, mendengar radio, menonton atau
melamun.
3.
Masalah Anak Usia Sekolah
Masalah-masalah
yang sering terjadi pada anak usia sekolah meliputi bahaya fisik dan psikologi:
1.
Bahaya Fisik
a.
Penyakit
Penyakit
infeksi pada usia sekolah jarang sekali terjadi karena adanya kekebalan yang
didapat dari imunisasi yang pernah didapatkan semasa bayi dan di ulang pada
kelas satu atau kelas emam, tetapi yang berbahaya adalah penyakit palsu atau
khayal untuk menghindarkan tugas-tugas yang menjadi tanggung jawabnya. Penyakit
yang sering timbul adalah penyakit yang berhubungan dengan kebersihan diri
anak.
b.
Kegemukan
Kegemukan
terjadi bukan karena adanya perubahan pada kelenjar, tetapi karena banyaknya
karbohidrat yang dikonsumsi. Bahaya kegemukan yang mungkin dapat terjadi:
1)
Anak
kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk
mencapai keterampilan yang penting untuk keberhasilan soaial.
2)
Teman-temannya
sering mengganggu dan mengejek dengan sebutan-sebutan “Gendut” atau sebutan
lain sehingga anak merasa rendah diri.
c.
Kecelakaan
Kecelakaan
terjadi akibat keinginan anak untuk bermain yang menghaslkan bekas fisik,
kecelakaan yang dianggap sebagai kegagalan dan anak bersikap hati-hati akan
berbahaya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut terhadap kegiatan
fisik. Bila hal ini terjadi dapat berkembang menjadi rasa malu yang
mempengaruhi hubungan sosial.
d.
Kecanggungan
Pada
masa ini anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya. Bila muncul
rasa tidak mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri.
2.Bahaya
Psikologis
a.Bahaya
dalam berbicara.
Ada
empat bahaya yang umum terjadi pada anak usia sekolah:
1)
Kosakata
yang kurang dari rata-rata yang menghambat tugas-tugas di sekolah dan
menghambat komunikasi dengan orang lain.
2)
Kesehatan
dalam berbicara seperti salah ucap, dan kesalahan tata bahasa, cacat dalam
berbicara seperti gagap, akan membuat anak sadar diri sehingga anak hanya
bicara bila perlu.
3)
Anak
yang mempunyai kesulitan berbicara dalam
bahasa yang digunakan dalam lingkungan sekolah akan terhalang dalam usaha
berkomunikasi dan merasa bahwa ia berbeda.
4)
Pembicaraan
yang bersifat egosentris, yang mengkritik, dan merendahkan orang lain dan yang
bersifat membual akan ditentang oleh temannya.
b.
Bahaya Emosi.
Anak
akan dianggap tidak matang baik oleh teman sebaya maupun oleh orang dewasa,
bila ia masih menunjukkan pola-pola ekspresi emosi yang kurang menyenangkan,
seperti marah yang meledak-ledak sehingga kurang disenangi oleh orang lain.
c.
Bahaya Bermain.
Anak
yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainan dan olahraga yang penting untuk menjadi anggota kelompok.
Anak yang dilarang menghayal akan membuang waktu atau dilarang membuat kegiatan
kreatif dan berani akan mengembangkan kebiasaan yang penurut dan kaku.
d.
Bahaya dalam konsep diri.
Anak
yang mempunyai konsep diri yang ideal biasanya merasa tidak puas pada diri
sendiri dan puas pada perlakuan orang lain. Bila konsep sosialnya didasarkan pada
berbagai streotif, ia cenderung berprasangka dan bersikap diskriminatif dalam
memperlakukan orang lain. Karena konsepnya berbobot emosi maka itu cenderung
menetap dan terus memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak.
e.
Bahaya Moral.
1)
Perkembangan
kode moral sesuai konsep teman-teman atau berdasarkan konsep media massa
tentang benar dan salah yang tidak sesuai dengan kode etik orang dewasa.
2)
Tidak
berhasil mengembangkan suara hati sebagai pengawas dalam terhadap perilaku.
3)
Disiplin
yang tidak konsisiten membuat anak tidak yakin akan apa yang sebaiknya
dilakukan.
4)
Hukuman
Fisik merupakan contoh agretifitas anak.
5)
Menganggap
dukungan teman terhadap perilaku yang salah begitu memuaskan sehingga perilaku
menjadi kebiasaan.
6)
Tidak
sabar terhadap perbuatan orang lain yang salah.
f.
Bahaya yang menyangkut minat
1)
Tidak
berminat dalam hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya.
2)
Mengembangkan
sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, seperti
kesehatan dan sekolah.
g.
Bahaya dalam penggolongan peran seks
Ada
dua bahaya yang umum dalam penggolongan peran seks. Kegagalan untuk mempelajari
organ seks, peran seks yang dianggap pantas oleh teman sebaya, dan ketidakmauan
untuk melakukan peran seks yang disetujui. Bahaya yang pertama, Cenderung berkembang bila anak dibesarkan
oleh keluarga ketika orang tuanya melakukan peran seks yang berbeda dengan
orang tua teman-temannya. Bahaya yang kedua berkembang bilamana anak perempuan
dan laki-laki diharapkan melakukan peran-peran tradisional.
h.
Bahaya dalam perkembangan kepribadian
Ada
dua bahaya yang serius dalam perkembangan kepribadian periode ini. Pertama,
perkembangan konsep diri dan kedua egosentrisme yang merupakan lanjutan dari
awal masa kanak-kanak. Egosentrisme merupakan yang serius karena memberikan
rasa penting dari yang palsu.
i.
Bahaya hubungan keluarga
Pertentangan
dengan anggota-anggota keluarga mengakibatkan
dua hal: melemahkan ikatan keluarga dan menimbulkan kebiasaan pola
penyesuaian yang buruk, serta masalah-masalah yang dibawa keluar rumah
(Cahyaningsih, 2011).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Azwar,
S. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukuran. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
2.
Cahyaningsih
S.Dwi. 2011. Pertumbuhan Anak dan Remaja Dini. Trans info Media, Jakarta.
3.
Depkes
RI. 2009. Panduan Penyelenggaraan Hari Cuci Tangan Sedunia. diakses tanggal 14
Desember 2009 pukul 08:10:15 AM.
4.
Depkes.
2011. Profil Kesehatan Indonesia. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta.
5.
Dinkes.
2011. Selayang Pandang. Dinas Kesehatan, Provinsi Jawa Timur
6.
Hidayat
A, 2007. Riset keperawatan dan teknik penulisan ilmiah. Jakarta : Salemba
Medika.
7.
Samba,
Suharyati. 2005. Buku Praktek Kebidanan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
8.
Ratna
E. 2009. Keterampilan Dasar Praktek Klinik. Nuha Medika, Yogyakarta.
9.
Riyanto,
Agus. 2011. Aplikasi Metode Penelitian Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta.
10. Siswanto, Hadi. 2010.
Pendidikan Anak Usia Dini.Sawon,Bantul, Yogyakarta.
11. Maulana, Heri D.J.
2009. Promosi Kesehatan. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
12. Nazir, dkk. 2011.
Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
13. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta, Jakarta.
14. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. metodologi penelitian kesehatan. Rineka cipta, Jakarta.
15. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2010. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. PT Rineka Cipta,
Jakarta.
16. Nursalam. 2008.
konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan. Jakarta : Salemba
medika.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar