SEKILAS
TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL
1.
Pengertian kecerdasan emosional
Goleman
dalam Tridhonanto (2010 : 8) mendefinisikan kecerdasan emosional adalah
kemampuan lebih yang dimiliki seseorang dalam memotivasi diri, ketahanan dalam
menghadapi kegagalan, mengendalikan emosi, dan menunda kepuasan serta mengatur
keadaan jiwa. Dengan kecerdasan emosional tersebut seseorang dapat menempatkan
emosinya pada porsi yang tepat, memilah kepuasan, dan mengatur suasana hati.
Cooper
dan Sawaf mengatakan bahwa kecerdasan emosional sebagai kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi sebagai sumber
energi, informasi, koneksi dan pengaruh yang manusiawi. Lebih lanjut
dijelaskan, bahwa kecerdasan emosi menuntut seseorang untuk belajar mengakui,
menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain serta menanggapinya dengan
tepat dan menerapkan secara efektif energi emosi dalam kehidupan sehari-hari
(Tridhonanto, 2010 : 8).
Howes
dan Herald menegaskan bahwa kecerdasan emosional sebagai komponen yang membuat
seseorang menjadi pintar menggunakan emosinya. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa
emosi manusia berada di wilayah dari perasaan lubuk hati, naluri yang
tersembunyi dan sensasi emosi yang apabila diakui dan dihormati, kecerdasan
emosional akan menyediakan pemahaman yang lebih mendalam dan lebih utuh tentang
diri sendiri dan orang lain (Tridhonanto, 2010 : 8-9).
Jadi,
kecerdasan emosional adalah kumpulan dari kemampuan emosional dan kemampuan
sosial yang dimiliki seseorang dalam menghadapi seluruh aspek kehidupan.
2.
Komponen kecerdasan emosional
Menurut
Tridhonanto (2010 : 9-12) pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan
emosional memiliki peran yang sangat penting untuk mencapai kesuksesan di
sekolah, tempat kerja, dan dalam berkomunikasi di lingkungan masyarakat. Oleh
karena itu, wilayah tersebut meliputi sekelompok kemampuan emosional atau
kemampuan sosial yang turut berperan dalam kecerdasan emosional, terbagi dalam
lima wilayah utama. Kelima wilayah kecerdasan emosional tersebut adalah sebagai
berikut:
a.
Kesadaran diri
Kesadaran
diri dalam mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi merupakan dasar
kecerdasan emosional. Pada wilayah ini diperlukan adanya pemantauan perasaan
dari waktu ke waktu agar timbul wawasan dan pemahaman tentang diri.
Ketidakmampuan untuk mencermati perasaan yang sesungguhnya membuat diri berada
dalam kekuasaan perasaan. Sehingga tidak peka akan perasaan yang sesungguhnya
yang berakibat buruk bagi pengambilan keputusan masalah.
b.
Mampu mengelola emosi
Kemampuan
dalam mengelola emosi sebagai landasan dalam mengenal diri sendiri atas emosi.
Emosi dikatakan berhasil jika dikelola. Adapun langkah yang dilakukan,
hendaknya mampu menghibur diri ketika ditimpa kesedihan, dapat melepas
kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan bangkit kembali dengan cepat
dari semua itu.
Sebaliknya
orang yang buruk kemampuannya dalam mengelola emosi akan terus-menerus
bertarung melawan perasaan, melarikan diri pada hal-hal negatif. Maka pada
dasarnya semua tersebut membawa akibat dalam kemampuan mengatasi emosi diri
sendiri agar bisa mengungkapkan secara tepat dalam mengatasi emosi yang
dialaminya.
c.
Memotivasi diri
Arti
dari memotivasi diri merupakan usaha yang dilakukan seseorang tergerak untuk
melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Kemampuan
seseorang dalam memotivasi diri dapat ditelusuri melalui berbagai hal, di
antaranya :
1)
Cara
mengendalikan dorongan hati
2)
Derajat
kecemasan yang berpengaruh terhadap unjuk kerja sekarang
3)
Kekuatan
berpikir positif dan
4)
Optimisme.
Maka
seseorang memiliki kemampuan memotivasi diri akan cenderung memiliki pandangan
yang positif dalam menilai segala sesuatu yang terajadi dalam dirinya. Selain
itu juga memiliki keinginan yang berbeda-beda antara satu orang dan orang lain.
d.
Mampu berempati
Kata
empati sendiri memiliki arti kemampuan alam perasaan seseorang untuk
menempatkan diri ke dalam alam perasaan orang lain sehingga bisa memahami
pikiran, perasaan, dan perilakunya. Manusia yang berempati merupakan seseorang
yang memiliki kemampuan menghangatkan suasana dalam menempatkan dirinya pada
situasi dan perasaan orang lain, tetapi dia tetap berada di luar perasaan orang
lain dan tetap mempertahankan perasaan dirinya.
e.
Mampu menjalin sosial dengan orang lain
Di
dalam menjalin sosial dengan orang lain sebagai sifat yang hakiki pada diri
manusia sebagai makhluk sosial. Kemampuan tersebut dibuktikan manusia dalam
pergaulan dengan orang lain dan penampilan yang selaras dengan alam perasaannya
sendiri. Selain itu dia juga bisa memimpin dan mengorganisir orang lain dan
mampu mengatasi permasalahannya yang muncul dalam pergaulan antar sesama
manusia.
3.
Aspek-aspek kecerdasan emosional
Menurut
Tridhonanto (2010 : 17-24) aspek-aspek yang mendukung terbentuknya kecerdasan emosional
adalah sebagai berikut:
a.
Persepsi emosi
Persepsi
emosi merupakan sikap manusia ketika ia mengenali berbagai jenis emosi dari
ekspresi, musik, warna, dan cerita. Pengertian emosi adalah suatu bentuk energi
batiniah yang muncul dari pusat alam perasaan seseorang yang merupakan daya
pendorong untuk menuju hidup yang lebih baik. Emosi dapat muncul setiap saat
selama manusia hidup, kemudian disalurkan untuk mewarnai bebagai kegiatan
manusia. Emosi dapat dibedakan menjadi dua jenis yakni emosi yang positif dan emosi
yang negatif. Emosi positif meliputi rasa senang, bahagia, lega, dan puas.
Emosi negatif meliputi rasa sedih, takut, gelisah, malu, dan marah. Namun
kemudian ada tambahan yakni ketiga merupakan kombinasi perasaan, yakni antara
emosi positif dan emosi negatif seperti bersalah, cemburu, frustasi, dan
binggung.
Jika
emosi yang diabaikan atau ditekankan akan makin kuat intensitasnya maka
sebaiknya segera disalurkan untuk membawa kelegaan hati. Adapun jalan untuk
mengenali atau menyadari jenis emosi yang muncul dapat melalui bagian tubuh
yang mengisyaratkan munculnya emosi tersebut. Seperti misalnya ketika rasa
sedih mendera yang terasa di dada kiri mengeras seperti terasa menjadi padat,
rasa tegang disekitar leher, atau jika rasa senang tiba sepertinya tubuh
seakan-akan terangkat ke langit, dan rasa lega seperti tidak terjadi apa-apa.
Tetapi sering kali individu terlambat dalam mengenali emosi yang timbul.
Biasanya
emosi dinyatakan ada perasaan yang tidak enak dan ada sesuatu yang tidak
seperti biasanya. Apabila individu dapat mengidentifikasi jenis emosi tersebut
lebih dini, maka ia dapat mengelola emosi tersebut lebih baik. Kesadaran atas
emosi sangat penting sebab memiliki keterkaitan antara perasaan yang muncul
dengan pemikiran dan perkataannya hal ini sangat mempengaruhi kegiatan dan
perilakunya.
b.
Pemahaman emosi
Sering
kali perasaan peka dan sadar secara emosional tidak selalu dapat digunakan
untuk memahami perasaan-perasaan anak. Sering kali anak remaja mengungkapkan
bisa secara tidak langsung dengan cara-cara yang cukup membingungkan.
Sebenarnya emosi yang bergejolak ini ditandai dengan berbagai isyarat dan
isyarat ini dikenal sebagai isyarat emosional. Memang diperlukan kecermatan
untuk memahami isyarat emosi yang muncul dari diri anak-anak remaja. Bila
perubahan perilaku itu mulai berlebihan maka itu merupakan isyarat emosi yang
buruk maka carilah penyebab terjadinya perubahan perilaku tersebut.
Pada
kasus yang terjadi biasanya orang tua terlambat dalam mengenali emosi yang
muncul. Kebiasaan emosi dinyatakan dengan adanya perasaan tidak enak dan ada
sesuatu yang tidak seperti biasanya. Seandainya orang tua dapat
mengidentifikasi jenis emosi tersebut lebih dini, maka orang tua akan mampu
mengelola emosi lebih baik. Sebab munculnya emosi intensitasnya belum tinggi
sehingga belum berlarut-larut.
c.
Pengelolaan emosi
Selain
mengenal akan berbagai jenis emosi dan memahami apa itu emosi, berikut proses
untuk dapat membantu memecahkan permasalahan atau kesulitan yang dialami oleh
anak remaja :
1)
Menetukan
batas-batas dengan melihat perilaku mana yang tidak tepat
2)
Menentukan
sasaran
Dalam
menentukan sasaran sebaiknya menanyakan pada anak remaja, apa yang ingin
dicapai berkaitan dengan masalah tersebut.
3.
Pemecahan masalah
Dalam
memecahkan masalah orang tua diharapkan bersedia untuk bekerjasama dengan anak
dalam memikirkan pilihan-pilihan yang memungkinkan bagi pemecahan masalah atau
kesulitan.
4.
Mengevaluasi pemecahan masalah
Pemecahan
masalah yang orang tua capai dengan anak, mencoba untuk menilainya kembali atas
setiap kemungkinan pilihan di atas.
5.
Memilih satu pilihan dalam pemecahan masalah
4.
Faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional
Menurut
Tridhonanto (2010:12) faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional
ketika perkembangan anak setelah dilahirkan, adalah:
a.
Faktor pengaruh lingkungan
Dalam
mengembangkan kecerdasan emosi, dukungan sosial juga berpengaruh yaitu dengan
pelatihan, penghargaan, pujian, nasehat, yang pada dasarnya memberi kekuatan
psikologi pada seseorang sehingga merasa dan membuatnya mampu menghadapi
situasi yang sulit, dapat juga berupa hubungan interpersonal yang didalamnya
terdapat satu atau lebih bantuan dalam bentuk fisik, informasi dan pujian.
b.
Faktor pengasuhan
Orang
tua memegang peranan penting terhadap perkembangan kecerdasan emosional anak,
karena lingkungan keluarga merupakan sekolah pertama bagi anak dalam
mempelajari emosi, pengalaman masa kanak–kanak dapat mempengaruhi perkembangan
otak. Oleh karena itu, jika anak–anak mendapatkan perhatian emosi yang tepat
maka kecerdasan emosionalnya akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Ada
beberapa prinsip dalam mendidik dan melatih emosi anak sebagai peluang
kedekatan dan mengajar, mendengarkan dengan penuh empati dan meneguhkan empati
anak, menentukan batas –batas emosi dan membantu anak dalam masalah yang
dihadapi anak.
c.
Faktor pendidikan
Sekolah
memegang peran penting dalam pengembangan potensi anak didik melalui tehnik
gaya kepemimpinan dan metode mengajar guru sehingga EQ dapat berkembang secara
maksimal. Jadi sistem pendidikan hendaknya tidak mengabaikan perkembangan emosi
dan konasi seseorang. Pemberdayaan pendidikan disekolah hendaknya mampu
memelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan psikologi anak
sehingga dapat berekspresi bebas tanpa perlu banyak diatur dan diawasi secara
ketat.
5.
Tingkatan kecerdasan emosional
Menurut
Gita (2011) berikut adalah jenis tingkatan dari kecerdasan emosional:
a.
Ciri-ciri orang yang mempunyai EQ tinggi, yaitu:
1)
Tutur
katanya sopan
2)
Menghargai
dan menghormati pendapat orang lain
3)
Empati
yang tinggi
4)
Menjalin
hubungan dengan orang lain secara harmonis
5)
Tegas
dan tidak sombong
6)
Mampu
mengahadapi berbagai persoalan
7)
Kehadirannya
sangat di dambakan.
b.
Ciri-ciri orang yang mempunyai EQ rendah, yaitu :
1)
Cerewet
2)
Sering
merendahkan, mempermalukan orang lain
3)
Berbicara
kasar
4)
Tegas
tapi sombong
5)
Tidak
punya jiwa kemandirian
6)
Suka
mengejek.
6.
Ciri-ciri anak remaja yang memiliki kecerdasan emosional
Menurut
Tridhonanto (2010: 42-43) ciri-ciri anak remaja yang memiliki kecerdasan
emosional adalah sebagai berikut :
1)
Pandai
mengendalikan diri, bisa dipercaya, mampu beradaptasi
2)
Memiliki
sikap empati, bisa menyelesaikan konflik, dan bisa bekerja sama dalam tim
3)
Mampu
bergaul dan membangun persahabatan
4)
Mampu
mempengaruhi orang lain
5)
Berani
mengungkapkan cita-cita, dengan dorongan untuk maju dan optimis
6)
Mampu
berkomunikasi
7)
Memiliki
sikap percaya diri
8)
Memiliki
motivasi diri untuk menyambut tantangan yang menghadang
9)
Mampu
berekspresi dengan kreatif dan inisiatif serta berbahasa lancar
10)
Menyukai
terhadap pengalaman yang baru
11)
Memiliki
sikap dan sifat perfeksionis dan teliti
12)
Memiliki
rasa ingin tahu yang besar
13)
Memiliki
rasa humor
14)
Menyenangi
kegiatan berorganisasi dengan aktivitasnya serta mampu mengatur diri sendiri.
7.
Cara meningkatkan kecerdasan emosional
Menurut
Tridhonanto (2010 : 48-58) cara mengasah kecerdasan emosional pada anak adalah
sebagai berikut :
a.
Membiasakan anak menentukan perasaan
Anak
mampu mengungkapkan segala kegundahan yang dialaminya baik suka maupun duka.
b.
Mengajak anak menyatakan kebutuhan emosinya
Emosi
yang tersalurkan dengan baik akan membawa energi yang positif. Ada yang
melampiaskan emosinya dengan cara bersenandung, bersiul, atau berteriak
sekuat-kuatnya dilapangan yang luas, tetapi semua bergantung kebiasaan yang
dialami tiap orang.
c.
Anak mampu mementingkan hubungan dengan orang lain
Dalam
pergaulannya dengan teman sebaya ataupun orang lain kadang anak mencari untung
sendiri. Anak akan bersemangat ketika dipahami ataupun dilayani daripada
memahami atau melayani orang lain.
Anak
diberikan kesadaran bahwa manusia adalah makhluk sosial hendaknya peduli kepada
sesama. Hidup manusia tidak bisa lepas dari orang lain, saling membutuhkan.
d.
Anak mampu menghormati perasaan orang lain
Anak
diperkenalkan untuk tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
e.
Mengajak anak menunjukkan empati
Adapun
pengertian dari kata empati adalah kemampuan alam perasaan seseorang untuk
menempatkan perasaan dirinya ke dalam alam perasaan orang lain, sehingga dapat
memahami pikiran, perasaan, dan perilakunya.
f.
Anak mampu memecahkan masalah yang terjadi
Seorang
anak remaja yang menemui permasalahan tentunya akan mencari solusi yang tepat
untuk dilakukan. Sebagai orang tua yang bijak sebaiknya memberikan ruang agar
anak remajanya mampu menetukan sendiri atas masalah yang dihadapinya.
g.
Anak mampu bersikap sportif
Sportifitas
ini akan selalu tertanam hingga nanti dewasa, karena tidak selamanya seseorang
itu berhasil meraih impian dan cita-cita. Kekalahan atau kegagalan itu hal yang
tidak bisa dihindari namun bila tidak ingin mengalaminya maka seseorang harus
berusaha mengoptimalkan potensi yang ada.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Alimul
Hidayat, A.Aziz, 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika : Jakarta.
2.
Arikunto,
Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta :
Jakarta.
3.
Benih
Nirwana, Ade, 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Nuha Medika : Yogyakarta.
4.
Damayanti,
Rita, 2012. Perilaku Berisiko Di Kalangan Orang Muda. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia : Jakarta.
5.
Dio
Martin, Anthony, 2011. Inspirasi Kecerdasan Emosional Anak Muda. Raih Asa
Sukses : Jakarta.
6.
Gita,
2011. Emotional Quotient (EQ). http://sman1kayuagung.sch.id/index.php?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=48, diakses 11 April 2012.
7.
Goleman,
Daniel, 1996. Emotional Intelegence. Gramedia Pustaka Utama : Jakarta.
8.
Hurlock,
Elizabeth B, 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga : Jakarta.
9.
Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2009. Masalah Kesehatan Mental Emosional Remaja.
http://www.idai.or.id/remaja.asp, diakses 20 maret 2012.
10. Koran Bogor, 2011.
Menkes : 11,6% Penduduk Indonesia Penderita Gangguan Jiwa.
http://koranbogor.com/nusantara/menkes-116-penduduk-indonesia-penderita-gangguan-jiwa.html,
diakses 11 April 2012.
11. Luk Lukaningsih,
Zuyina dan Siti Bandiyah, 2011. Psikologi Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
12. Mahmudah, Hakimatul,
2011. Hubungan Emotional Quotient (EQ) dengan Derajat Depresi pada Siswi kelas
XI Madrasah Aliyah Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo. Universitas Muhammadiyah
Surakarta : Semarang.
13. Monks, Knoers, 2006.
Psikologi Perkembangan. Gajamada
University Press : Yogyakarta.
14. Mutia, Evi dan Heru
Fahlevi, 2007. Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap Tekanan Kerja.
Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh.
15. Najmah, 2011.
Managemen dan Analisa Data Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
16. Nasir, Abdul dan
Abdul Muhith, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori. Salemba
Medika : Jakarta.
17. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta : Jakarta.
18. Nursalam, 2011.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
19. Nur Wulan Ningrum,
Dian, 2009. Hubungan Antara Urutan Kelahiran dalam Keluarga dengan Kecerdasan
Emosional pada Remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten. Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
20. Rachmi, Filia, 2010.
Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku Belajar
Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro
Semarang : Semarang.
21. Riyadi, Sujono dan
Teguh Purwanto, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu : Yogyakarta.
22. Riyanto, Agus, 2010.
Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
23. Rizki, Arini, 2011.
Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional.
http://id.shvoong.com/tags/faktor-yang-mempengaruhi-kecerdasan-emosional/,
diakses 11 April 2012.
24. Sarwono, Sarlito W,
2011. Psikologi Remaja. Rajawali Press : Jakarta.
25. Sriati, Aat, 2008.
Tinjauan Tentang Stress. Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu Keperawatan :
Bandung.
26. Supriyatna, Ena,
2010. Remaja, Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya. Universitas
Inderaprasta Fakultas Pendidikan Ekonomi : Jakarta.
27. Suyanto, 2011.
Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
28. Tridhonanto, Al. dan
Beranda Agency, 2010. Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. PT Elex Media
Komputindo : Jakarta.
29. Yosep, Iyus, 2010.
Keperawatan Jiwa. Refika Aditama : Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar