SEKILAS
TENTANG REMAJA
1.
Pengertian remaja
Remaja
adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statement ini sudah dikemukakan
jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu
Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja
merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih
banyak dikutip orang (Supriyatna, 2010).
Anak
remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan
anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua.
Remaja ada di antara anak dan orang dewasa. Remaja masih belum mampu untuk
menguasai fungsi-fungsi fisik maupun psikisnya. Ditinjau dari segi tersebut
mereka masih termasuk golongan kanak-kanak, mereka masih harus menemukan tempat
dalam masyarakat (Monks, 2006: 259).
Dikatakan
bahwa masa remaja dikenal dengan masa mencari identitas diri. Yakni fase di
mana individu mengalami pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik
yang pesat dan pertumbuhan secara psikis yang bervariasi (Tridhonanto, 2010:
1).
Jadi,
remaja adalah suatu periode perkembangan usia antara tahap anak-anak menuju
tahap dewasa yang diiringi dengan pertumbuhan baik fisik maupun psikis yang
bervariasi.
2.
Batasan usia remaja
Menurut
WHO dalam Benih Nirwana (2011 : 14) menyatakan bahwa anak dikatakan remaja
apabila telah mencapai usia 10-28 tahun. Sedangkan dalam Sarwono (2011 : 12-17)
dikemukakan beberapa pendapat para ahli diantaranya Monks (2000) memberi
batasan usia remaja adalah ketika mencapai usia 12-21 tahun. Menurut Hurlock
(1990) membagi menjadi masa remaja (13-16 atau 17 tahun) dan remaja akhir (16
atau 17-18 tahun).
Menurut
Monks (2006 : 262)Suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan
dalam masa remaja, yang secara global berlangsung antara umur 12-21 tahun,
dengan pembagian :
1)
Masa
remaja awal (12-15 tahun)
2)
Masa
remaja pertengahan (15-18 tahun)
3)
Masa
remaja akhir (18-21 tahun).
Tabel
2.1. Batasan Remaja Menurut Usia (Damayanti, 2012)
No.
|
Pendapat
Para Ahli
|
Remaja
Awal
|
Remaja Pertengahan
|
Remaja
Akhir
|
Dewasa
Muda
|
1.
|
Feldman-Elliot
|
10-14
Tahun
|
15-17
Tahun
|
18-20
Tahun
|
-
|
2.
|
Stantrock
|
10-13
Tahun
|
14-17
Tahun
|
18-22
Tahun
|
-
|
3.
|
James-Traore
|
10-14
Tahun
|
15-19
Tahun
|
-
|
20-24
Tahun
|
4.
|
Indonesia
|
-
|
10-19
Tahun
|
-
|
Belum
Menikah
|
3.
Tahap tumbuh kembang remaja
Menurut
Nasir (2010: 124) berikut ini adalah tahap perkembangan remaja (12-18 atau 20
tahun):
1)
Konsep
diri berubah sesuai dengan perkembangan biologis
2)
Mencoba
nilai-nilai yang berlaku
3)
Pertambahan
maksimal pada tinggi dan berat badan
4)
Stress
meningkat terutama saat terjadi konflik
5)
Anak
wanita mulai mendapatkan haid, tampak lebih gemuk
6)
Berbicara
lama di telepon, suasana hati berubah-ubah (emosi labil), serta kesukaan
seksual mulai terlihat
7)
Menyesuaikan
diri dengan standar kelompok
8)
Anak
laki-laki lebih menyukai olahraga, anak perempuan suka bicara tentang pakaian
atau make up
9)
Hubungan
anak dengan orang tua mencapai titik terendah, anak mulai melepaskan diri dari
orang tua
10)
Takut
di tolak oleh teman sebayanya
11)
Pada
masa akhir remaja mencapai maturitas fisik, mengejar carier, identitas seksual
terbentuk, lebih nyaman dengan diri sendiri, kelompok sebaya kurang begitu
penting, emosi lebih terkontrol, serta membentuk hubungan yang menetap.
4.
Tugas perkembangan remaja
Menurut
Robert Havighurst dalam Nasir (2010: 126), tugas perkembangan anak remaja
(adolesence) sebagai berikut:
1)
Membina
hubungan baru yang lebih dewasa dengan teman sebaya baik laki-laki maupun
perempuan
2)
Pencapaian
peran sosial maskulinitas atau feminitas
3)
Pencapaian
kemandirian emosi dari orang tua, orang lain
4)
Pencapaian
kemandirian dalam mengatur keuangan
5)
Menerima
keadaan fisiknya dan menggunakan secara efektif
6)
Memilih
dan mempersiapkan pekerjaan
7)
Mempersiakan
pernikahan dan kehidupan keluarga
8)
Membangun
keterampilan dan konsep-konsep intelektual yang perlu bagi warga negara
9)
Pencapaian
tanggung jawab sosial
10)
Memperoleh
nilai-nilai dan sistem etik sebagai penuntun dalam berperilaku.
5.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa remaja
Menurut
Supriyatna (2010) berdasarkan tinjauan teori perkembangan, usia remaja adalah
masa saat terjadinya perubahan-perubahan yang cepat, termasuk perubahan
fundamental dalam aspek kognitif, emosi, sosial dan pencapaian. Sebagian remaja
mampu mengatasi transisi ini dengan baik, namun beberapa remaja bisa jadi
mengalami penurunan pada kondisi psikis, fisiologis, dan sosial. Beberapa
permasalahan remaja yang muncul biasanya banyak berhubungan dengan
karakteristik yang ada pada diri remaja. Berikut ini dirangkum beberapa
permasalahan utama yang dialami oleh remaja :
a.
Perubahan fisik masa remaja
1.Tinggi
badan
Rata-rata
anak perempuan mencapai tinggi dewasanya pada usia 17 atau 18 tahun dan bagi
anak laki-laki satu tahun lebih dari usia tersebut.
2.Berat
badan
Perubahan
berat tubuh seiring dengan waktu sama dengan perubahan tinggi badan, hanya saja
sekarang lebih menyebar ke seluruh tubuh.
3.Proporsi
tubuh
Berbagai
bagian tubuh secara bertahap mencapai proporsinya. Misal: badan lebih lebar dan
lebih kuat.
4.
Organ seksual
Pada
laki-laki dan perempuan organ seksual mencapai ukuran dewasa pada periode
remaja akhir, namun fungsinya belum matang sampai dengan beberapa tahun
kemudian
5.
Karakteristik seks sekunder
Karakteristik
seks sekunder utama mengalami perkembangan pada level dewasa pada periode
remaja akhir.
b.
Emosionalitas masa remaja
Selain
terjadi perubahan fisik yang sangat mencolok, juga terjadi perubahan dalam
emosionalitas remaja yang cukup mengemuka, sehingga ada beberapa hal yang dapat
disimpulkan dari perubahan pada aspek emosionalitas ini. Masa ini disebut
sebagai masa storm and stress, dimana terjadi peningkatan ketegangan emosional
yang dihasilkan dari perubahan fisik dan hormonal. Pada masa ini emosi
seringkali sangat intens, tidak terkontrol dan nampak irrational, secara umum
terdapat peningkatan perilaku emosional pada setiap usia yang dilalui.
Misalnya, pada usia 14 tahun, remaja menjadi mudah marah, mudah gembira, dan
meledak secara emosional, sedangkan pada usia 16 tahun terjadi kebalikannya
mereka mengatakan tidak terlalu merasa khawatir.
Hal
yang paling membuat remaja marah adalah apabila mereka diperlakukan seperti
anak-anak atau pada saat merasa diperlakukan tidak adil. Ekspresi kemarahannya
mungkin berupa mendongkol, menolak untuk bicara, atau mengkritik secara keras.
Hal yang juga cukup mengemuka yaitu pada masa ini remaja lebih iri hati
terhadap mereka yang memiliki materi lebih.
c.
Perubahan sosial pada masa remaja
Salah
satu tugas perkembangan yang paling sulit pada masa remaja adalah penyesuaian
sosial. Penyesuaian ini harus dilakukan terhadap jenis kelamin yang berlainan
dalam suatu relasi yang sebelumnya tidak pernah ada dan terhadap orang dewasa
diluar keluarga dan lingkungan sekolah.
Pada
masa ini remaja paling banyak menghabiskan waktu mereka di luar rumah bersama
dengan teman sebaya mereka, sehingga bisa dipahami apabila teman sebaya sangat
berpengaruh terhadap sikap, cara bicara, minat, penampilan, dan perilaku
remaja.
Perubahan
dalam perilaku sosial terlihat dengan adanya perubahan dalam sikap dan perilaku
dalam relasi heteroseksual, mereka yang tadinya tidak menyukai keterlibatan
lawan jenis menjadi menyukai pertemanan dengan lawan jenis. Secara umum dapat
dikatakan bahwa minat terhadap lawan jenis meningkat. Selain itu, perubahan
sosial yang terjadi dengan adanya nilai-nilai baru dalam memilih teman, dimana
sekarang remaja lebih memilih yang memiliki minat dan nilai-nilai yang sama,
bisa memahami dan membuat merasa aman, dapat dipercaya dan bisa diskusi
mengenai hal-hal yang tidak bisa dibicarakan dengan guru atau orang tua. Pada
masa ini pun remaja memiliki keinginan untuk tampil sebagai seorang yang
populer dan disukai oleh lingkungannya.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Alimul
Hidayat, A.Aziz, 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba
Medika: Jakarta.
2)
Arikunto,
Suharsimi, 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta:
Jakarta.
3)
Benih
Nirwana, Ade, 2011. Psikologi Ibu, Bayi dan Anak. Nuha Medika: Yogyakarta.
4)
Damayanti,
Rita, 2012. Perilaku Berisiko Di Kalangan Orang Muda. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia: Jakarta.
5)
Dio
Martin, Anthony, 2011. Inspirasi Kecerdasan Emosional Anak Muda. Raih Asa
Sukses: Jakarta.
6)
Gita,
2011. Emotional Quotient (EQ). http://sman1kayuagung.sch.id/index.php?
pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=48, diakses 11 April 2012.
7)
Goleman,
Daniel, 1996. Emotional Intelegence. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.
8)
Hurlock,
Elizabeth B, 1990. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Erlangga: Jakarta.
9)
Ikatan
Dokter Anak Indonesia, 2009. Masalah Kesehatan Mental Emosional Remaja.
http://www.idai.or.id/remaja.asp, diakses 20 maret 2012.
10)
Koran
Bogor, 2011. Menkes: 11,6% Penduduk Indonesia Penderita Gangguan Jiwa.
http://koranbogor.com/nusantara/menkes-116-penduduk-indonesia-penderita-gangguan-jiwa.html,
diakses 11 April 2012.
11)
Luk
Lukaningsih, Zuyina dan Siti Bandiyah, 2011. Psikologi Kesehatan. Nuha Medika:
Yogyakarta.
12)
Mahmudah,
Hakimatul, 2011. Hubungan Emotional Quotient (EQ) dengan Derajat Depresi pada
Siswi kelas XI Madrasah Aliyah Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo. Universitas
Muhammadiyah Surakarta: Semarang.
13)
Monks,
Knoers, 2006. Psikologi Perkembangan.
Gajamada University Press: Yogyakarta.
14)
Mutia,
Evi dan Heru Fahlevi, 2007. Kecerdasan Emosional Dan Pengaruhnya Terhadap
Tekanan Kerja. Fakultas Ekonomi Universitas Syiah Kuala : Banda Aceh.
15)
Najmah,
2011. Managemen dan Analisa Data Kesehatan. Nuha Medika : Yogyakarta.
16)
Nasir,
Abdul dan Abdul Muhith, 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori.
Salemba Medika: Jakarta.
17)
Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta.
18)
Nursalam,
2011. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.
19)
Nur
Wulan Ningrum, Dian, 2009. Hubungan Antara Urutan Kelahiran dalam Keluarga dengan
Kecerdasan Emosional pada Remaja di SMA Muhammadiyah I Klaten. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta.
20)
Rachmi,
Filia, 2010. Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Spiritual, dan Perilaku
Belajar Terhadap Tingkat Pemahaman Akuntansi. Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro Semarang: Semarang.
21)
Riyadi,
Sujono dan Teguh Purwanto, 2009. Asuhan Keperawatan Jiwa. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
22)
Riyanto,
Agus, 2010. Pengolahan dan Analisis Data Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
23)
Rizki,
Arini, 2011. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional.
http://id.shvoong.com/tags/faktor-yang-mempengaruhi-kecerdasan-emosional/,
diakses 11 April 2012.
24)
Sarwono,
Sarlito W, 2011. Psikologi Remaja. Rajawali Press: Jakarta.
25)
Sriati,
Aat, 2008. Tinjauan Tentang Stress. Universitas Padjadjaran Fakultas Ilmu
Keperawatan: Bandung.
26)
Supriyatna,
Ena, 2010. Remaja, Psikologi Remaja, Karakteristik dan Permasalahannya.
Universitas Inderaprasta Fakultas Pendidikan Ekonomi: Jakarta.
27)
Suyanto,
2011. Metodologi dan Aplikasi Penelitian Keperawatan. Nuha Medika: Yogyakarta.
28)
Tridhonanto,
Al. dan Beranda Agency, 2010. Meraih Sukses dengan Kecerdasan Emosional. PT
Elex Media Komputindo: Jakarta.
29)
Yosep,
Iyus, 2010. Keperawatan Jiwa. Refika Aditama: Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar