SEKILAS
TENTANG RUBELA
BAB
I PENDAHULUAN
1.
Latar Belakang
Rubella
paling sering terjadi pada akhir musim dingin dan awal musim semi dan biasanya
menyerang kelompok usia sekolah, pada orang dewasa 80 – 90 telah imun. Epidemi
besar terjadisetiap 6 – 9 th. Penularan biasanya lewat kontak erat misalnya
lewat sekolah / tempat kerja.
Rubella
(atau biasa disebut campak Jerman) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus. Penderita
penyakit rubella kebanyakan anak-anak usia dini, sedangkan pada usia lanjut relative
jarang ditemukan. Bahkan, banyak orang telah terkena rubella dalam bentuk ringan
tidak pernah didiagnosis, hal ini disebut sebagai infeksi subklinis. Vaksinasi
rubella kini memberikan dampak yang cukup baik karena efektif menurunkan angka penderita
terutama bagi anak-anak.
Penyakit
ini disebabkan oleh virus Rubella yang termasuk family Togaviridae dan genus
Rubivirus, infeksi virus ini terjadi karena adanya kontak dengan sekret orang
yang terinfeksi; pada wanita hamil penularan kejanin secara intra uterin. Masa inkubasinya
rata-rata 16-18 hari. Periode prodromal dapat tanpa gejala (asimtomatis), dapat
juga badan terasa lemah, demam ringan, nyeri kepala, dan iritasi konjungtiva.
Penyakit ini agak berbeda dari toksoplasmosis karena rubella hanya mengancam janin.
Bila
didapat saat kehamilan pertengahan pertama, makin awal (trimester pertama) ibu hamil
terinfeksi rubella makin serius akibatnya pada bayi yaitu kematian janin intrauterin,
abortus spontan, atau malformasi congenital pada sebagian besar organ tubuh
(kelainan bawaan): katarak, lesi jantung, hepatosplenomegali, ikterus, petekie,
meningo-ensefalitis, khorioretinitis, hidrosefalus, miokarditis, dan lesi tulang.
Sedangkan infeksi setelah masa itu dapat menimbulkan gejala subklinik misalnya khorioretinitis
bertahun-tahun setelah bayi lahir (menurut America College of Obstatrician and
Gynecologists, 1981).
2. Tujuan Umum
1)
Menjelaskan
tentang Pengertian Rubella
2)
Menjelaskan
tentang Etiologi Rubella
3)
Menjelaskan
tentang Tanda dan Gejala Rubella
4)
Menjelaskan
tentang Diagnosis Rubella
5)
Menjelaskan
tentang Cara penularan Rubella
6)
Menjelaskan
tentang Pengaruh Rubella terhadap kehamilan dan pada Janin
7)
Menjelaskan
tentang Pencegahan Rubella
8)
Menjelaskan
tentang Penatalaksanaan Rubella
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
a. Faktor agent
Agent
biotis penyakit Rubella adalah virus Rubella suatu virus RNA dari golongan Togavirus.
b.
Faktorhost
Pada
penyakit campak jerman adalah manusia yang meliputi jenis kelamin, umur dan pertahanan
tubuh.
1)
Petugas
rumah sakit yang kontak dengan anak kecil yang menderita penyakit rubella
2)
Ibuhamil
yang menderita penyakit rubella
3)
Bayi
yang lahir dari ibu yang menderita rubella
c.Faktor
Environment
Dalam
penyakit campak, udara termasuk dalam lingkungan fisik yang dapat mempengaruhi penularan
penyakit ini.
Pencegahan
yang dapat dilakukan antara lain:
1)
Cuci
tangan dengan desinfektan dan mandi sehabis kerja bagi tenaga kesehatan yang
kontak langsung dengan penderita rubella.
2)
Gunakan
pelindung diri (masker, pakaiankerja)
3)
Imunisasi
4)
Menjaga
daya tahan tubuh dengan makan makanan bergizi dan istirahat cukup serta olahraga
teratur.
d.faktor
port of entry end exit
Dimulai
dengan pintu masuk (port d’ entrĂ©e) kuman dan dengan pintu keluar (port d’
exit) yang biasanya sebuah tetapi kadang-kadang dapat bersifat multiple Banyak.
Pintu keluar yang penting adalah saluran nafas,saluran cerna,kulit/luka dan darah
e.
Factor Transmisi
Virus
Rubella ditularkan melalui urin, kontak pernafasan, dan memiliki masa inkubasi
2-3 minggu. Penderita dapat menularkan virus selama seminggu sebelum dan sesudah
timbulnya ruam (bercak merah) pada kulit.
Seseorang yang terinfeksi tetapi tidak memunculkan gejala masih bias menyebarkan
virus.
Penularan
virus rubella melalui udara dengan tempat masuk awal melalui nasofaring dan
orofaring. Setelah masuk akan mengalami masa inkubasi antara 11 sampai 14 hari
sampai timbulnya gejala. Hampir pasien akan timbul ruam. Penyebaran virus
rubella pada hasil konsepsi terutama secara hematogen. Infeksi kongenital
biasanya terdiri dari 2 bagian : viremia maternal dan virema fetal.
Viremia
maternal terjadi saat replikasi virus dalam sel trofoblas. Kemudian tergantung
kemampuan virus untuk masuk dalam barier plasenta. Untuk dapat terjadi viremia
fetal, replikasi virus harus terjadi dalam sel endotel janin. Viremia fetal
dapat menyebabkan kelainan organ secara luas. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan
rubella kongenital 90% dapat menularkan virus yang infeksius melalui cairan
tubuh selama berbulan-bulan. Dalam 6 bulan sebanyak 30 ± 50 %dan sebanyak dan
dalam 1 tahun sebanyak kurang dari 10%. Dengan demikian bayi-bayi tersebut
merupakan ancaman bagi bayi-bayi lain, disamping bagi orang dewasa yang rentan
dan berhubungan dengan bayi tersebut.
BAB
III PEMBAHASAN
1.
Pencegahan Rubella
1.Untuk
perlindungan terhadap serangan virus rubella telah tersedia vaksin dalam bentuk
vaksin kombinasi yang sekaligus digunakan untuk mencegah infeksi campak dan
gondongan, dikenal sebagai vaksin MMR (Mumps Mrasies Rubella). Vaksin rubella
dapat diberikan kepada anak yang sistem kekebalan tubuhnya sudah berkembang
yaitu pada usia 12 – 18 bulan. Bila pada usia tersebut belum diberikan,
vaksinasi dapat dilakukan pada usia 6 tahun. sedangkan vaksinasi dapat
dilakukan pada usia 6 tahun. Sedangkan vaksinasi ulangan di anjurkan pada usia
10 – 12 tahun atau 12 – 18 tahun (sebelum pubertas). Infeksi rubella, pada
umumnya merupakan penyakit ringan.
2.Vaksin
rubella tidak boleh diberikan pada ibu hamil, terutama pada awal kehamilan,
dapat mendatangkan petaka bagi janin yang dikandungnya. Dapat terjadi abortus
(keguguran), bayi meninggal pada saat lahir, atau mengalami sindron rubella
kongenital, oleh karena itu, sebelum hamil pastikan bahwa anda telah memiliki
kekebalan terhadap virus rubella dengan melakukan pemeriksaan anti – rubella IgG
dan anti – rubella Ig M.
1)
Jika
hasil keduanya nagatif, sebaiknya anda ke dokter untuk melakukan vaksinasi,
namun anda baru diperbolehkan hamil 3 bulan setelah vaksinasi.
2)
Jika
anti – rubella IgG saja yang positif, atau anti rubella IgM dan anti rubella- IgG
positif, dokter akan menyarankan anda untuk menunda kehamilan.
3)
Jika
anti – rubella IgG saja yang positif, berarti anda pernah terinfeksi dan anti
bodi yang terdapat dalam tubuh anda dapat melindungi dari serangan virus
rubella. Bila Anda hamil , bayi anda pun akan terhindar dari Sindroma Rubella
Kongenital. bila anda sedang hamil dan belum mengetahui apakah tubuh anda telah
terlindungi dari infeksi Rubella, maka anda di anjurkan melakukan pemeriksaan
anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgG : jika anda telah memiliki kekebalan(
Anti- Rubella IgG ), berarti janin adapun terlindungi dari ancaman virus
rubella.
4)
Jika
belum memiliki kekebalan (Anti – Rubella IgG dan Anti – Rubella IgG positif),,
maka :
a.
Sebaiknya
anda rutin kontrol ke dokter
b.
Tetap
menjaga kesehatan dan tingkatan daya tubuh
c.
Menghindari
orang yang dicurigai terinfeksi rubella maka deteksi infeksi rubella pada ibu
hamil yang belum memiliki kekebalan terhadap infeksi rubella sangat penting.
ada beberapa pemeriksaan laboratorium untuk mendeteksi infeksi rubella, yang
lazim dilakukan adalah pemeriksaan anti Rubella IgM dan anti rubella IgG pada
contoh darah dari ibu hamil. Sedangkan untuk memastikan apakah janin terinfeksi
/ tidak maka dilakukan pendeteksian virus rubella dengan teknik PCR (Polymerose
Chain reaction).
d.
Bahan
pemeriksaan diambil dari air ketuban ( cairan amnion) / darah janin.
Pengambilan ampel air ketuban atau pun darah janin harus dilakukan oleh dokter
ahli kandungan dan kebidanan dan hanya dapat dilakukan setelah usia kehamilan
diatas 22 minggu.
e.
Apabila
wanita hamil dalam trimester I menderita viremia, maka abortus buatan perlu
dipertimbangkan. setelah trimester I, kemungkinan cacat bawaan menjadi kurang
yaitu 6,8% dalam trimester II dan 5,3% dalam trimester III.
2.
Penatalaksanaan Rubella
Penanggulangan
infeksi rubella adalah dengan pencegahan infeksi salah satunya dengan cara
pemberian vaksinasi. pemberian vaksinasi rubella secara subkutan dengan virus
hidup rubella yang dilemahkan dapat memberikan kekebalan yang lama dan bahkan
bisa seumur hidup.
Vaksin
rubella dapat diberikan bagi orang dewasa terutama wanita yang tidak hamil.
Vaksin rubella tidak boleh diberikan pada wanita yang hamil atau akan hamil
dalam 3 bulan setelah pemberian vaksin. hal ini karena vaksin berupa virus
rubella hidup yang dilemahkan dapat beresiko menyebabkan kecacatan meskipun
sangat jarang.
Tidak
ada preparat kimiawi atau antibiotik yang dapat mencegah viremia pada
orang-orang yang tidak kebal dan terpapar rubella. Bila didapatkan infeksi
rubella dalam uterus sebaiknya ibu diterangkan tentang resiko dari infeksi
rubella kongenital. Dengan adanya kemungkinan terjadi defek yang berat dari
infeksi pada trimester I, pasien dapat memilih untuk mengakhiri kehamilan, bila
diagnosis dibuat secara tepat.
1.
Imunitas selama kehamilan :
a)
Kehamilan
: penurunan fungsi kekebalan yang bersifat “cell mediated”
b)
Infeksi
virus pada wanita hamil akan memperlihatkan gejala yang lebih berat disbanding tidak
hamil ( infeksi poliomyelitis, cacar air / chicken pox )
c)
Sistemkekebalan
yang masih belum matang pada janin akan menyebabkan janin atau neonates lebih rentan
terhadap komplikasi yang diakibatkan infeksi virus
2.
Terapi antivirus
a)
Acyclovir
adalah anti virus yang digunakan secara luas dalam kehamilan
b)
Acyclovir
diperlukan untuk terapi infkesi primer herpes simplek atau virus varicella
zoster yang terjadi pada ibu hamil
c)
Selama
kehamilan dosis pengobatan tidak perlu disesuaikan
d)
Obat
antivirus lain yang masih belum diketahui keamanannya selama kehamilan:
Amantadine dan Ribavirin
3.
Pencegahan aktif dan pasif
a)
Vaksin
dengan virus hidup tidak boleh digunakan selama kehamilan termasuk polio oral,
MMR (measles – mumps – rubella), varicella
b)
Vaksindengan
virus mati seperti influenza, hepatitis A dan B boleh digunakan selama kehamilan
4.
Penatalaksanaan Selama Bersalin
1.
Menjelaskan pada ibu kondisinya saat ini
a)
Melibatkan
keluarga agar memberi dukungan pada ibu
b)
Memberi
ibu rasa aman dan nyaman
c)
Menganjurkan
ibu untuk menenangkan pikiran dan perasaannya.
2.
Memenuhi cairan dan nutrisi ibu
a)
Memasang
cairan infus
b)
Menganjurkan
pada ibu untuk makan dan minum yang cukup.
c)
Melibatkan
keluarga untuk membantu ibu agar makan dan minum yang cukup
3.
Memberi dukungan psiklogis
a)
Menganjurkan
ibu untuk tetap tenang, bersitigfar, dan berdoa
b)
Meyakinkan
ibu, bahwa tim medis akan membantu ibu dengan baik.
c)
Melibatkan
keluarga untuk terus memberi dukungan pada ibu
4.
Menganjurkan ibu untuk istirahat yang cukup dan mengurangi aktifitas yang berlebihan.
5.
Mengevaluasi hasil konsepsi, kontraksi uterus dan tanda-tanda vital.
6.
Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan apabila terjadi
komplikasi.
BAB
IV PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Rubella
adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus (rubella), dikenal
juga dengan nama German measles atau campak Jerman atau campak tiga hari.
Infeksi rubella berbahaya bila terjadi pada wanita hamil muda, karena dapat
menyebabkan kelainan pada bayinya. Jika infeksi terjadi pada bulan pertama
kehamilan, maka resiko terjadinya kelainan adalah 50%, sedangkan jika infeksi
terjadi trimester pertama maka resikonya menjadi 25% (menurut America College
Obstrician and gynecologis, 1981). Resiko sindroma rubella congenital turun menjadi
1% bila infeksi terjadi pada trimester II dan III.
3.2
Saran
Sebaiknya
kita lebih mempelajari ciri-ciri dari penyakit ini, karena apabila masih sulit
dalam membedakannya, kita dapat salah mengambil tindakan. Walaupun symptom
antara Toxoplasma dengan Rubella hampir sama, tapi infeksi yang ditimbulkan
berbeda serta cara pengobatan dan langkah yang perlu diambil pun berbeda. Maka
disini kita perlu ketelitian dalam membedakannya.
Perlunya
catatan secara berkala mengenai penyakit-penyakit ini, agar kita dapat memantau
sejauh mana penyakit ini berkembang dan dapat atau tidaknya menyebabkan KLB,
serta dapat melakukan program pencegahan terhadap penyakit ini.
DAFTAR
PUSTAKA
1)
Chahaya,
Iindra. 2003. Epidemiologi “Toxoplasma Gondii”. Medan: Bagian Kesehatan Lingkungan
FKM USU. http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-indra%20c4.pdf
2)
Subekti,
Didik T. 2005. Perkembangan Kasus Dan Teknologi Diagnosis Toksoplasmosis.
Yogyakarta: FKH UGM. http://peternakan. litbang.
deptan.go.id/ fullteks/lokakarya/ lkzo05-41.pdf
Nurfidak.2006.
Imunopatogenesis Toxoplasma GondiiBerdasarkanPerbedaanGalur.Medan : FK
USU.http://peternakan.litbang.deptan.go.id/fullteks/wartazoa/ wazo163-3.pdf
http://dinkes.slemankab.go.id/wp-content/uploads/2011/07/profil-2010-kab-sleman-.pdf
Depkes.
2011.Profil Data Kesehatan Indonesia tahun 2011.KementrianKesehatanRepubli
Tidak ada komentar:
Posting Komentar