2.1. Konsep Motivasi
2.1.1
Konsep motivasi
Kepada tingkat komitmen seorang termasuk faktor yang menyebabkan
menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad (Nursalam
, 2011). Walgito (2004), mendefinisikan motivasi merupakan keadaan dalam diri
individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.
Menurut Sunaryo, (2008)
motif merupakan suatu pengerak, keinginan, rangsangan Motif atau motivasi
berasal dari kata latin “ Moreve” yang berarti dorongan dalam diri manusia untuk
bertindak atau berprilaku pengertian motivasi tidak terlepas dari kebutuhan. Kebutuhan
adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu di tanggapi atau di respon
(Notoatmojo , 2010) motivasi menurut Stoner dan freman adalah karakteristik
psikologi manusia yang memberikan kontribusihasrat, pembangkit tenaga dan
dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan mereka, berbuat sesuatu secara singkat dalam diri
individu yang menyadari atau menentukan prilaku indivadu . kata lain Motif
adalah energi dasar yang terdapat dalam diri individu dan menentukan individu dan menentukaan
prilaku dan memberi tujuan dan arah kepada prilaku manusia.
Motivasi adalah suatu usaha
yang di sadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak
hatinya untuk bertindak melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan
tertentu.
Di kalangan para ahli mncul berbagai pendapat
tentang motivasi. Meskipun demikian, ada juga semacam kesamaan pendapat yang dapat ditarik mengenai
pengertian motivasi, yaitu: dorongan dari dalam diri seseorang yang menyebabkan
seseorang tersebut melakukan kegiatan-kegiatan tertentu guna mencapai suatu
tujuan. Yang dapat diamati adalah kegiatan atau mungkin alasan-alasan tindakan
tersebut (Noto Atmodjo, 2010)
2.1.2
Jenis – Jenis Motivasi
Menutur Elliot et al(2000) dan Sue Howard (1999)
dalam Widayatun (2009), motivasi seseorang dapat timbul dan tumbuh berkembang
melalui dirinya sendiri, intrinsik dan dari lingkungan, ekstrinsik
a. Motivasi
intrinsik bermakna sebagai keinginan dari diri-sendiri untuk bertindak tanpa
adanya ransanga dari luar (Elliot, 2000). Motivasi intrinsik akan mendorng
seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan serta memberi keajegan dalam
belajar, kebutuhan, harapan, dan minat dan sebagainya.
b. Motivasi
ekstrinsik dijabarkan sebagai motivasi yang datang dari luar individu yang
tidak dapat dikendalikan oleh individu tersebut (Sue Howard, 1999). Elliot at
al (2000). Mencontohkan dengan nilai, hadiah dan atau penghargaan yang
digunakan untuk merangsang motivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan
dan lebih menguntungkan termasuk di dalamnya adalah hubungan antar manusia
(dorongan keluarga), lingkungan serta imbalan dan sebagainya.
2.1.3
Klasifikasi Motivasi
a. Motivasi
Kuat
Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang
dalam kegiatan-kegiatan sehari-hari memiliki harapan yang positif, mempunyai
harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa penderita akan menyelesaikan
pengobatannya tepat pada waktu yang telah ditentukan.
b. Motivasi
Sedang
Motivasi dilakukan sedang apabila dalam diri manusia
memiliki keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki
keyakinan yang rendah bahwa dirinya dapat bersosialisasi dan mampu
menyelesaikan persoalan yang dihadapi.
c. Motivasi
Lemah
Motivasi dikatakan lemah apabila di dalam diri
manusia memiliki harapan dan keyakinan yang rendah, bahwa dirinya dapat
berprestasi. Misalnya bagi seseorang dorongan dan keinginan mempelajari
pengetahuan dan keterampilan baru merupakan mutu kehidupannya maupun mengisi
waktu luangnya agar lebih produktif dan berguna (Irwanto, 2008).
2.1.4
Sumber Motivasi
a.
Motivasi instrinsik
Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri. Termasuk
motivasi intrinsik adalah perasaan nyaman pada ibu nifas ketika dia berada di
rumah bersalin.
b.
Motivasi ekstrinsik
Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya saja dukungan
verbal dan non verbal yang diberikan oleh teman dekat atau keakraban sosial.
c.
Motivasi terdesak
Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya serentak
serta menghentak dan cepat sekali (Widayatun, 2008).
2.1.5
Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Menurut Handoko (1998) dan Widayatun (1999), ada dua
faktor yang mempengaruhi motivasi yaitu faktor internal dan eksternal.
a.
Faktor internal
Faktor internal adalah motivasi yang berasal dari
dalam diri manusia, biasanya timbul dari poerilaku yang dapat memenuhi
kebutuhan sehingga menjadi puas. Faktor internal meliputi:
1) Faktor
fisik
Faktor
fisik adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan kondisi fisik misal status
kesehatan pasien. Fisik yang kurang sehat dan cacat yang tidak dapat
disembuhkan berbahaya bagi penyesuaian pribadi dan sosial. Pasien yang
mempunyai hambatan fisik karena kesehatannya buruk sebagai akibat mereka selalu
frustasi terhadap kesehatannya.
2) Faktor
proses mental
Motivasi
merupakan suatu proses yang tidak terjadi begitu saja, tapi ada kebutuhan yang
mendasari munculnya motivasi tersebut. Pasien dengan fungsi mental yang normal
akan menyebabkan bias yang positif terhadap diri. Seperti halnya adanya
kemampuan untuk mengontrol kejadian-kejadian dalam hidup yang harus dihadapi,
keadaan pemikiran dan pandangan hidup yang positif dari diri pasien dalam
reaksi terhadap perawatan akan meningkatkan penerimaan diri serta keyakinan
diri sehingga mampu mengatasi kecemasan dan selalu berpikir optimis untuk
kesmbuhannya.
3) Faktor
herediter
Bahwa
manusia diciptakan dengan berbagai macam tipe kepribadian yang secara herediter
dibawa sejak lahir. Ada tipe kepribadian tertentu yang mudah termotivasi atau
sebaliknya. Orang yang mudah sekali tergerak perasaannya, setiap kejadian
menimbulkan reaksi perasaan padanya. Sebaliknya ada yang hanya bereaksi apabila
menghadapi kejadia-kejadian yang memang sungguh penting.
4) Keinginan
dalam diri sendiri
Misalnya
keinginan untuk lepas dari keadaan sakit yang mengganggu aktivitasnya
sehari-hari, masih ingin menikmati prestasi yang masih dipuncak karir, merasa
belum sepenuhnya nebgembangkan potensi-otensi yang dimiliki.
5) Kematangan
usia
Kematangan
usia akan mempengaruhi pada proses berfikir dan pengambilan keputusan dalam
melakukan pengobatan yang menunjang kesembuhan pasien.
b.
Faktor eksternal
Faktor
eksternal adalah faktor motivasi yang berasal dari luar diri seseorang yang
merupakan pengaruh dari orang lain atau lingkungan. Faktor eksternal ini
meluputi:
1) Faktor
lingkungan
Lingkungan
adalah suatu yang berada disekitar pasien baik fisik, psikologis, maupun sosial
(Notoatmodjo, 2010). Lingkungan sangat berpengaruh terhadap motivasi pasien
kusta untuk melakukan pengobatan.
2) Dukungan
sosial
Dukungan
sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota keluarga yang lain, teman,
waktu dan uang merupakan faktor – faktor penting dalam kepatuhan terhadap
program medis. (Nevil Niven, 2002)
3) Fasilitas
(sarana dan prasarana)
Ketersediaan
fasilitas yang menunjang kesembuhan pasien tersedia, mudah terjangkau menjadi
motivasi pasien untuk sembuh. Termasuk dalam fasilitas adanya pembebasan biaya
berobat untuk pasien kusta.
4) Media
Media
merupakan sarana untuk menyampaikan pesan atau info kesehatan (Sugiono, 1999).
Dengan adanya media ini pasien kusta akan menjadi lebih tahu tentang penyakit
kusta dan pada akhirnya akan menjadi motivasi untuk melakukan pengobatan.
2.1.6
Unsur dari Motivasi
Menurut Dirgagunarsa (1996), tingkah
laku bermotivasi dapat dirumuskan sebagai tingkah laku yang di latar belakangi
oleh adanya kebutuhan dan diarahkan pada pencapaian suatu tujuan, agar suatu
kebutuhan terpenuhi dan suatu kehendak terpuaskan (Sobur, 2011)
a. Kebutuhan
Motif
pada dasarnya bukan hanya dorongan fisik, tetapi juga orientasi kognitif elementer yang diarahkan pada pemuasan kebutuhan.
b. Tingkah
Laku
Sebenarnya,
semua perilaku merupakan serentetan kegiatan. Sebagai manusia kita selalu
melakukan sesuatu seperti berjalan-jalan, berbicara, makan, tidur, bekerja, dan
sebagainya. Dan semua itu pada dasarnya ditujukan untuk mencapai tujuan.
c. Tujuan
Unsur
ketiga dari motivasi ialah tujuan yang berfungsi untuk memotivasikan tingkah
laku. Sebab, selain ditentukan oleh motif dasar, tingkah laku juga ditentukan
oleh keadaan dari tujuan. Jika tujuannya menarik, individu akan lebih aktif
bertingkah laku.
2.1.7
Komponen Motivasi menurut Sobur (2009) yaitu
a.
Keinginan (Valency)
Valence
juga dapat didefinisikan setiap hasil mempunyai nilai atau daya tarik bagi
orang tertentu.
b.
Keyakinan (Outcome
expectancy)
Outcome expectancy berarti setiap individu percaya
bahwa individu berperilaku dengan cara
tertentu dan akan memperoleh hal tertentu.
c.
Harapan (Effort
Expectancy)
Effort Expectancy
berarti setiap hasil berkaitan dengan suatu persepsi mengenai seberapa sulit
mencapai hasil tersebut.
2.1.8
Cara Meningkatkan Motivasi
1.
Memotivasi dengan kekerasan (motivating by force,yaitu
cara memotivasi dengan ancaman hukuman atau kekerasan dasar yang dimotivasi
dapat melakukan apa yang harus dilakukan.
2.
Memotivasi dengan bujukan (motivating by
enticement,yaitu cara memotivasi dengan bujukan atau memberi hadiah agar
melakukan sesuatu harapan yang memberikan motivasi.
3.
Memotivasi dengan identifikasi (motivating by
identification on egoinvoiremen), yaitu cara memotivasi dengan menanamkan
kesadaran. (Sunaryo, 2006).
2.1.9
Teori Motivasi
a.
Teori hedonisme
Hedone dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan,
menurut pandangan hedonisme. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan
bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau
mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan
kesenangan baginya.
b.
Teori naluri
Bahwa pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam
hal ini disebut juga dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri, dorongan
nafsu (naluri) mengembangkan diri, nafsu (naluri) mengembangkan atau
mempertahankan jenis.
c.
Teori reaksi yang dipelajari
Teori berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan
naluri tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari
kebudayaan di tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang
pemimpin atau pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin
atau pendidik hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan
orang-orang yang dipimpinnya.
d.
Teori pendorong
Teori ini merupakan panduan antar teori naluri dengan "teori reaksi
yang dipelajari", daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu
dorongan kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu,
menurut teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak
buahnya, ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga
reaksi yang dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya.
e.
Teori kebutuhan
Teori kebutuhan berfokus pada yang dibutuhkan oranfg untuk hidup
berkecukupan. Menurut teori kebutuhan bahwa manusia mempunyai motivasi kalau
dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Yang termasuk
dalam teori kebutuhan adalah :
1)
Teori hierarki kebutuhan menurut Maslow
Menurut maslow, individu akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhannya yang
paling menonjol atau yang paling kuat bagi mereka pada waktu tertentu. Abrahan
Naslow memandang manusia sebagai hierarki lima macam kebutuhan, yaitu
a)
Kebutuhan fisiologis
(1)
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi
dalam Hirarki Maslow. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi
manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan yaitu:
(2)
Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas: Merupakan
kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktifitas berbagai organ atau sel.
(3)
Kebutuhan cairan dan elektrolit, kebutuhan makanan:
Bagian dari kebutuhan dasar manusia secara fisiologis yang memiliki proporsi
besar dalam bagian tubuh hampir 90% dari total berat badan tubuh.
(4)
Kebutuhan eliminasi urine dan alvi: Merupakan bagian
dari kebutuhan fisiologis dan bertujuan untuk mengeluarkan bahan sisa
(5)
Kebutuhan istirahat dan tidur, kebutuhan aktivitas:
Untuk memulihkan status kesehatan dan mempertahankan kegiatan dalam kehidupan
sehari-hari terpenuhi
(6)
Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh dan kebutuhan
seksual: Merupakan untuk memenuhi kebutuhan biologis dan untuk memperbanyak
keturunan (Hidayat, 2006).
b)
Kebutuhan rasa aman dan perlindungan (Safely and
Security) adalah aman dari berbagai aspek baik fisiologis maupun psikologis,
kebutuhan meliputi :
(1)
Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas,
kecelakaan dan infeksi
(2)
Bebas dari rasa takut dan kecemasan
(3)
Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang
baru dan asing.
c)
Kebutuhan sosial, yang meliputi antara lain :
(1)
Memberi dan menerima kasih sayang
(2)
Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan
orang lain
(3)
Kehangatan dan penuh persahabatan
(4)
Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok
serta lingkungan sosial.
d)
Kebutuhan harga diri
(1)
Perasaan tidak bergantung pada orang lain
(2)
Kompeten
(3)
Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e)
Kebutuhan akan aktualisasi diri (Self Actualization) antara
lain kebutuhan mempertinggi potensi – potensi dan ekspresi diri meliputi:
(1)
Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan
memahami potensi diri)
(2)
Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
(3)
Tidak emosional
(4) Mempunyai
dedikasi yang tinggi, kreatif dan mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan
sebagainya (Mubarak, 2007).
2)
Teori ERG
Teori ERG adalah teori motivasi yang menyatakan bahwa orang bekerja keras
untuk memenuhi kebutuhan tentang existensi (Exsistence,
kebutuhan mendasar dari Maslow), kebutuhan keterkaitan (Relatedness, kebutuhan hubungan antar pribadi) dan kebutuhan
pertumbuhan (Growth, kebutuhan akan
kretivitas pribadi, atau pengaruh produktif). Teori ini menyatakan bahwa jika
kebutuhan yang lebih tinggi mengalami kekecewaan, kebutuhan yang lebih rendah
akan kembali, walaupun sudah terpuaskan.
3)
Teori tiga macam kebutuhan
John W. Atkinson, mengusulkan ada tiga macam dorongan pada diri orang yang
termotivasi, kebutuhan untuk mencapai prestasi (need for achivement), kebutuhan kekuatan (need of power), dan kebutuhan untuk berafiliasi atau berhubungan
dekat dengan orang lain (need for
affiliation).
Penelitian Mc Chellend juga mengatakan bahwa manajer dapat sampai tingkat
tertentu, menaikkan untuk berprestasi dari karyawan dengan menciptakan
lingkungan kerja yang memadai.
4)
Teori motivasi dua faktor
Teori ini dikembangkan oleh Frederick Herzberg ia meyakini bahwa karyawan
dapat dimotivasi oleh pekaryaannya sendiri dan didalamnya terdapat kepentingan
yang disesuaikan dengan tuuan organisasi. Herzberg menyimpulkan bahwa
ketidakpuasan dan kepuasan kerja dalam bekerja muncul dari dua faktor yang
terpisah yaitu:
a)
Faktor penyebab ketidakpuasan termasuk dalam hal gaji,
kondisi kerja, dan kebijakan perusahaan, semuanya mempengaruhi konteks tempat
pekaryaan dilakukan.
b)
Faktor penyebab kepuasan termasuk prestasi, pengakuan,
tanggung jawab dan kemajuan, semuanya berkaitan dengan isi pekaryaan dan
imbalan kerja (Purwanto, 2000)
f.
Teori McGregor
Berdasarkan penelitian Mc Gregor
menyimpilkan teori motivasi itu dalam teori X
dan teori Y. Teori X berdasarkan pandagan konvensional atau klasik, pada
umumnya manusia bersifat egois dan kurang acuh terhadap organisasi sehingga
perlu diperhatikan ketat dan harus dipaksa untuk mencapai tujuan-tujuan
organisasi. Sedangkan teori Y bertumpu pada padangan atau pendekatan modern,
pada umumnya manusia ini selalu mengembangkan dirinya untuk mencapai tujuan
atau sasaran (Notoatmodjo, 2007).
g.
Teori keadilan
Teori keadilan didasrkan pada
asumsi bahwa faktor utama dalam motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu
atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika
hal yang mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan.
h.
Teori penguatan
Teori penguatan,
yang dikaitkan dengan ahli psikologi B.F Skinner dengan teman–temannya,
menunjukkan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi
tindakan di masa depan dalam proses belajar siklis (Nursalam, 2008)
2.1.10
Pengukuran Motivasi
Motivasi tidak dapat diobservasi secara langsung namun harus
diukur. Pada umumnya, yang banyak diukur adalah motivasi sosial dan motivasi
biologis. Ada beberapa cara untuk mengukur motivasi yaitu dengan 1) tes
proyektif, 2) kuesioner, dan 3) perilaku.(Notoadmodjo, 2010)
a.
Tes
Proyektif
Apa yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita.
Dengan demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang, maka kita beri
stimulus yang harus diinterprestasikan. Salah satu teknik proyektif yang banyak
dikenal adalah Thematic Apperception Test (TAT). Dalam test tersebut
klien diberikan gambar dan klien diminta untuk membuat cerita dari gambar
tersebut. Dalam teori Mc Leland dikatakan, bahwa manusia memiliki tiga
kebutuhan yaitu kebutuhan untuk berprestasi (n-ach), kebutuhan untuk power
(n-power), kebutuhan untuk berafiliasi (n-aff). Dari isi
cerita tersebut kita dapat menelaah motivasi yang mendasari diri klien
berdasarkan konsep kebutuhan diatas. (Notoatmodjo, 2010)
b.
Kuesioner
Salah
satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuesioner adalah dengan meminta klien
untuk mengisi kuesioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing
motivasi klien. Sebagi contoh adalah EPPS (Edward’s
Personal Preference Schedule). Kuesioner tersebut terdiri dari 210 nomer
dimana pada masing-masing nomor terdiri dari dua pertanyaan. Klien diminta
memilih salah satu dari dua pertanyaan tersebut yang lebih mencerminkan
dirinya. Dari pengisian kuesioner tersebut kita dapat melihat dari ke-15 jenis
kebutuhan yang dalam tes tersebut, kebutuhan mana yang paling dominan dari
dalam diri kita. Contohnya antara lain, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan
akan keteraturan, kebutuhan untuk berafiliasi dengan orang lain, kebtuhan untuk
membina hubungan dengan lawan jenis, bahakan kebutuhan untuk bertindak agresif.
(Notoatmodjo,
2010)
c.
Observasi
Perilaku
Cara lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga
klien dapat memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya. Misalnya, untuk
mengukur keinginan untuk berprestasi, klien diminta untuk memproduksi origami
dengan batas waktu tertentu. Perilaku yang diobservasi adalah, apakah klien
menggunakan umpan balik yang diberikan, mengambil keputusan yang berisiko dan
mementingkan kualitas dari pada kuantitas kerja. (Notoatmodjo, 2010)
Pengukuran motivasi
menggunakan kuesioner dengan skala Likert yang berisi
pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji validitas dan realibilitas.
1.
Pernyataan
positif ( Favorable)
a)
Sangat
setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner yang
diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 4.
b)
Setuju
(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui
jawaban kuesioner diskor 3.
c)
Tidak
setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang
diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 2.
d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak
setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner
diskor 1.
2.
Pernyataan
negatif ( Unfavorable )
a)
Sangat
setuju (SS) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner yang
diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 1.
b)
Setuju
(S) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui
jawaban kuesioner diskor 2.
c)
Tidak
setuju (TS) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner yang
diberikan melalui jawaban kuesioner diskor 3.
d) Sangat tidak setuju (STS) jika responden sangat tidak
setuju dengan pernyataan kuesioner yang diberikan melalui jawaban kuesioner
diskor 4.
Kriteria motivasi dikategorikan menjadi :
1. Motivasi
Kuat : 67 – 100%
2. Motivasi
Sedang :
34 – 66%
3. Motivasi
Lemah : 0 – 33% (Hidayat,
2009).
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,
Suharsini. 2010. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta.
Data Dinas Kesehatan Jombang. 2013. Analisa Situasi Program Pemberantasan Penyakit Kusta. Tidak
Dipublikasikan.
Data Puskesmas Mayangan. 2014. Kohort P2 Kusta Puskesmas Mayangan.. Tidak Dipublikasikan.
Departemen Kesehatan R.I. 2006. Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta. Cetakan XVIII. Tidak
Dipublikasikan.
Dinas Kesehatan
Jombang. 2012. Profil Kesehatan Jombang
2012. Tidak Dipublikasikan.
Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi Kelima. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
Effendy, Nasrul. 2006. Dasar-Dasar Kesehatan Masyarakat. Jakarta:
EGC.
Fakhril. 2011. Penatalaksanaan Sederhana Tuberkulosis ( TBC ) & Kusta.
Diakses dari: www.fafakhryl.blogspot.com.Tanggal akses
12 Januari 2014.
Hidayat, A.A. 2009. Metode
Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
______.2009. Pengukuran
Motivasi. Diakses dari http://dr-suparyanto.blogspot.com./2010/2009/konsep-motivasi.html.
Tanggal akses 15 November 2013.
Irwanto.2000.Motivasi
dan Pengukuran Perilaku. Jakarta: PT Rineka Cipta
Kaur dan Van Brankel. 2002. Dehabilitation of Leprosy Affected People a Study On Leprosy Affected
Beggars. Diakses dari:www.leprahealthnaction.org. Tanggal akses 10 November
2013.
Kemenkes R.I. 2011. Menkes
Canangkan Tahun Pencegahan Cacat Akibat Kusta. Diakses dari: www.bppd.depkes.go.id.Tanggal
akses 10 Desember 2013.
______.2010.WHO:17
Penyakit Tropis Terabaikan.Diakses dari: www.health.kompas.com.Tanggal
akses 8 November 2013.
Niven, Neil. 2002. PSIKOLOGI
KESEHATAN Pengantar untuk Perawat & Profesional Kesehatan Lain.
Jakarta: EGC
Noor. 2007. Buletin Penelitian Kesehatan: Epidemiologi
Kusta. Diakses dari: www.buletinpenelitiankesehatan.blogspot.com. Tanggal
akses 10 Januari 2014.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Promo Kesehatan dan Ilmu
Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta
______. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
______.2012.Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:
Rineka Cipta.
______.2010.Promosi Kesehatan:Teori dan Aplikasi.Edisi
Revisi.Jakarta:Rineka Cipta.
Nursalam. 2008. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika
______. 2011. Konsep
dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.
Permata. 2012. Sejarah Kusta. Diakses dari: www.permataindonesia2012.com.
Tanggal akses 10 November 2013.
Poerwanto. 2006.
Kamus Umum Bahasa Indonesia. Edisi 3. Jakarta:Balai Pustaka
Departemen Pendidikan Nasional.
______.2000. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sobur, Alex.
2011. Psikologi Umum. Bandung:
Pustaka Setia
Subdirektorat
Kusta dan Frambusia.2007. Modul
pelatihan program kusta untuk UPK, Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Timur.Tidak Dipublikasikan.
Sugiono. 2011. Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Walgito, Bimo.
2004. Pengantar Psikologi Umum.
Yogyakarta: Andi
WHO.2010.Weekly Epidemiological Record.Diakses
dari:www.who.int. Tanggal akses 13 Maret 2014.
Widayatun, Tri
Rusmi. 2009. ILMU PERILAKU. Jakarta: Sagung Seto
dok,, sya mau mnanyakan bagaimana carany bisa mndapatkan nilai tingkatan motivasi kuat, sedang n lemah itu? pkai rumus apa n bagaimana caranya. mhon infonya n terimakasih
BalasHapus