2.1 Konsep
Perilaku
2.1.1 Pengertian Perilaku
Perilaku
adalah suatu hal yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati
secara langsung atau secara tidak langsung. Hal ini berarti bahwa perilaku baru
terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yaitu
yang disebut rangsangan. Dengan demikian, rangsangan maka suatu rangsangan
tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo, 2010).
Perilaku
adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat
diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari
maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling
berinteraksi (Wawan, 2010).
2.1.2 Bentuk Perilaku
Bentuk perilaku dapat dikelompokkan menjadi
dua, yakni :
a.
Perilaku
Tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respon
terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar)
secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan,
persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” yang dapat
diukur adalah pengetahuan dan sikap.
b. Perilaku Terbuka (overt behavior)
Perilaku terjadi bila
respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik, ini dapat
diamati orang lain dari luar atau “observable behavior”.
(Notoatmodjo, 2010)
2.1.3 Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang
digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah di
uraikan bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO perubahan
perilaku itu dikelompokkan menjadi 3, yakni :
a.
Perubahan
Alamiah (natural change)
Perilaku
manusia selalu berubah, dimana sebagai perubahan itu disebabkan karena kejadian
alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan
fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat
didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b.
Perubahan Rencana (planned change)
Perubahan
perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c.
Kesediaan untuk Berubah (readiness to change)
Apabila
terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat,
maka yang sering terjadi adalah sebagai orang sangat cepat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagai orang lagi sangat lambat untuk menerima
inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena ada pada setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda
(Notoatmodjo, 2010).
2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi
dua, yaitu :
a.
Faktor
Internal
Faktor
internal yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi
faktor biologis dan psikologis.
1.
Faktor
Biologis
Perilaku
atau kegiatan manusia dalam masyarakatnya merupakan warisan struktur biologis
dari orang tuanya atau yang menurunkannya.
2.
Faktor
Psikologis
Faktor
psikologis adalah faktor internal yang sangat besar pengaruhnya terhadap
terjadinya perilaku. Faktor-faktor psikologis tersebut adalah sebagai berikut
:
a)
Sikap
Sikap
merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis karena
merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi
b)
Emosi
Emosi
menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran,
keperilakuan dan proses fisiologis yang lain.
c)
Kepercayaan
Kepercayaan
disini diartikan sebagai keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah.
Kepercayaan dibentuk oleh pengetahuan,
kebutuhan dan keinginan.
d)
Kebiasaan
Kebiasaan
adalah aspek perilaku yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak
direncanakan.
e)
Kemauan
Kemauan
sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk mencapai tujuan.
f)
Pengetahuan
Hasil
dari pengindraan yang diwujudkan melalui perilaku untuk mendapatkan suatu
keinginan tujuan.
b.
Faktor Eksternal
Faktor eksternal disebut juga faktor
situasional yang mencakup faktor lingkungan dimana manusia itu berada atau
bertempat tinggal, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya. Faktor-faktor situasional ini di kelompokkan menjadi :
1)
Faktor
ekologis
Keadaan
alam, geografis, iklim, cuaca dan sebagainya mempengaruhi perilaku orang.
2)
Faktor
desain dan arsitektur
Struktur
dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat mempengaruhi pola perilaku manusia
yang tinggal didalamnya.
3)
Faktor
temporal
Terbukti
adanya pengaruh waktu terhadap bioritme manusia, yang akhirnya mempengaruhi perilakunya.
4)
Suasana
perilaku (behavior setting)
Tempat
keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah/kampus, kerumunan massa akan
membawa pola perilaku orang.
5)
Faktor
teknologi
Perkembangan
teknologi, terutama teknologi informasi akan berpengaruh pada pola perilaku
orang.
6)
Faktor
sosial
Peranan
faktor sosial yang terdiri dari struktur umur, pendidikan, status, sosial,
agama dan sebagainya akan berpengaruh pada perilaku seseorang. Faktor sosial
ini juga mencakup lingkungan sosial yang disebut iklim sosial (social climate).
(Notoatmodjo,
2010)
2.1.5 Domain Perilaku Kesehatan
Menurut
Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam 3
domain, ranah atau kawasan yakni : ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (affective domain), ranah psikomotor (psychomotor domain).
Dalam perkembangan
selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan
pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai
berikut :
a.
Pengetauan
(knowledge)
Pengetahuan
adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
b.
Sikap
(attitude)
Sikap
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan
tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi
perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
c.
Tindakan
atau praktik (pracitice)
Sikap
adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud
dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain
adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmodjo, 2010).
2.1.6
Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik
yang dapat diamati (observable)
maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Becker (1997) membuat klasifikasi
tentang perilaku kesehatan dan
membedakan menjadi tiga, yaitu :
a.
Perilaku
sehat (healthy behavior)
Perilaku
sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.
b.
Perilaku
sakit (illness behavior)
Perilaku
sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan
atau mempunyai masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan
atau mengatasi masalah kesehatan yang lain.
c.
Perilaku
peran orang sakit (the sick role behavior)
Hak
dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit
(Notoadmodjo, 2010).
2.1.7 Tingkatan Perilaku :
Menurut Notoatmodjo, 2007.Tingkatan perilaku dibagi menjadi :
a.
Persepsi
( perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya,
seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b.
Perilaku
terpimpin (guided response)
Apabila Subyek atau
seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan
atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksa kehamilannya tetapi
masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil
menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut
perilaku terpimpin.
c.
Perilaku
secara mekanisme (mechanism)
Apabila subyek atau seseorang telah melakukan atau memprktikan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut perilaku atau tindakan mekanis.
Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang, tanpa
harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara
otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya.
d.
Adopsi
(adoption)
Adopsi adalah suatu perilaku atau praktik yang sudah
berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme
saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang
berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan
dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan
bergizi meskipun bahan makanan tersebut murah harganya.
Pengukuran perilaku sering digunakan adalah skala dengan
skala ini akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu sering, selalu, kadang-kadang
dan jarang. Penelitian menggunakan skala likert
dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu
permasalahan yang dinyatakan.
Skala ini dapat pula dibentuk checklist atau pilihan
ganda. Pertanyaan yang bernilai positif: sering diberi skor-4, selalu diberi
skor-3, jarang diberi skor-2, dan tidak pernah diberi skor-1 dan pernyataan yang
bernilai negatif: sering diberi skor-1, selalu diberi skor-2, jarang diberi
skor-3, dan tidak pernah diberi skor-4.
2.1.8 Cara Pengukuran Perilaku
Menurut (Azwar, 2008),
pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah
diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan
perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
a. Perilaku positif jika nilai T skor
yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean
b. Perilaku negatif jika nilai T skor
yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean
Subyek memberi respon dengan dengan
empat kategori ketentuin, yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
1.
Jawaban
dari item pernyataan perilaku positif
a)
Selalu
(SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan
melalui jawaban kuesioner skor 4
b)
Sering
(SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 3
c)
Jarang
(JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 2
d)
Tidak
Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2.
Jawaban
dari item pernyataan untuk perilaku negatif
a)
Selalu
(SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan
melalui jawaban kuesioner skor 1
b)
Sering
(SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 2
c)
Jarang
(JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui
jawaban kuesioner skor 3
d)
Tidak
Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan
diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Penilaian perilaku yang didapatkan
jika :
1)
Nilai
> 50, berarti subjek berperilaku positif
2)
Nilai
< 50 berarti subjek berperilaku negatif
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto. S. 2002. Prosedur
Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta:
Rineka Cipta.
Azwar S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Dina, 2007, Psikologi Kebidanan Wanita Untuk Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta
Enkin.
2010. Asuhan Sayang Ibu. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat A. 2010. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mander
R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta:
EGC.
Nolan M. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan.
Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta,
Jakarta
Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta:
Rineke Cipta.
Notoadmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineke Cipta.
Perry, Potter. 2010. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba
Medika.
Simkin P, dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan
Bayi. Jakarta: Arcan.
Solikhah
U. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan
Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumarah.
2009. Asuhan Persalinan dan Kehamilan. Jakarta:
EGC.
Rustam.
2006. Asuhan Persalinan. Jakarta:
Salemba Medika.
Saifudin, Abdulbari.
2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarya : YBP-SP.
DepKes.
2006. Angka Kematian Ibu Menurut Depkes.http://j3ffunk.blogspot.com
diakses tanggal 15 Januari 2013
DepKes. 2006. Prevelensi Nyeri Persalinan di Indonesia. http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
LB3KIA. 2006. Prevalensi Nyeri Persalinan di Jawa Timur. http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridarsa
Printer.
Purwanto,
Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan.
PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 71-80.
WHO. 2009. Angka Kematian Ibu Menurut WHO. http://www.antaranews.com
diakses pada tanggal 15 Januari 2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar