Senin, 01 Maret 2010

WABAH - OUTBREAK

Dr. Suparyanto, M.Kes

Apa Itu Wabah:
  • Menurut UU : 4 Tahun 1984 Tentang Wabah Penyakit Menular
  • Wabah adalah kejadian berjangkitnya suatu penyakit menular dalam masyarakat yang jumlah penderitanya meningkat secara nyata melebihi dari pada keadaan yang lazim pada waktu dan daerah tertentu serta dapat menimbulkan malapetaka.

Apa Itu KLB
  • Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan/kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu

Kriteria KLB
  1. Timbulnya suatu penyakit/menular yang sebelumnya tidak ada/tidak dikenal.
  2. Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun)
  3. Peningkatan kejadian penyakit/kematian, 2 kali atau lebih dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
  4. Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun sebelumnya.
  5. Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan dua kali lipat atau lebih dibanding dengan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya.
  6. Case Fatality Rate dari suatu penyakit dalam suatu kurun waktu tertentu menunjukan kenaikan 50% atau lebih, dibanding dengan CFR dari periode sebelumnya.
  7. Propotional Rate (PR) penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan kenaikan dua kali atau lebih dibanding periode yang sama dan kurun waktu/tahun sebelumnya.
  8. Beberapa penyakit khusus : Kholera, "DHF/DSS", (a)Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis). (b)Terdapat satu atau lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah tersebut dinyatakan bebas dari penyakit yang bersangkutan.
  9. Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita: Keracunan makanan, Keracunan pestisida.

Klasifikasi KLB menurut Penyebab:
1. Toksin
2. Infeksi
3. Toksin Biologis
4. Toksin Kimia

Toxin
  1. Entero toxin, misal yang dihasilkan oleh Staphylococus aureus, Vibrio, Kholera, Eschorichia, Shigella.
  2. Exotoxin (bakteri), misal yang dihasilkan oleh Clostridium botulinum, Clostridium perfringens.
  3. Endotoxin.

Infeksi
  1. Virus.
  2. Bacteri.
  3. Protozoa.
  4. Cacing.

Toxin Biologis
  1. Racun jamur.
  2. Alfatoxin.
  3. Plankton
  4. Racun ikan
  5. Racun tumbuh-tumbuhan

Toxin Kimia
  1. Zat kimia organik: logam berat (seperti air raksa, timah), logam-logam lain cyanida.
  2. Zat kimia organik: nitrit, pestisida.
  3. Gas-gas beracun: CO, CO2, HCN, dan sebagainya

Sumber KLB
  • Manusia misal: jalan napas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan, seperti : Salmonella, Shigella, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus Hepatitis.
  • Kegiatan manusia, misal : Toxin biologis dan kimia (pembuangan tempe bongkrek, penyemprotan, pencemaran lingkungan, penangkapan ikan dengan racun).
  • Binatang seperti : binatang piaraan, ikan, binatang mengerat, contoh : Leptospira, Salmonella, Vibrio, Cacing dan parasit lainnya, keracunan ikan/plankton
  • Serangga (lalat, kecoa, dan sebagainya) misal : Salmonella, Staphylokok, Streptokok.
  • Udara, misal : Staphyloccoccus, Streptococcus, Virus, pencemaran udara.
  • Permukaan benda-benda/alat-alat misal : Salmonella.
  • Air, misalnya : Vibrio Cholerae, Salmonella.
  • Makanan/minuman, misal : keracunan singkong, jamur, makanan dalam kaleng.

Penyakit Wabah
1. Kholera
2. Pes
3. Demam kuning
4. Demam bolak-balik
5. Tifus bercak wabah
6. Demam Berdarah Dengue
7. Campak
8. Polio
9. Difteri
10. Pertusis
11. Rabies
12. Malaria
13. Influensa
14. Hepatitis
15. Tipus perut
16. Meningitis
17. Encephalitis
18. Anthrax
19. SARS

Kholera:
  • Diare mendadak disertai muntah-muntah.
  • Tinja mengucur seperti air sehingga dalam waktu singkat tubuh kekurangan cairan ( dehidrasi) .
  • Pemeriksaan laboratorium pada najis/muntahan ditemukan adanya kuman kholera (Vibrio cholera) dan dalam darah terdapat zat antinya.

Pes:
  • Demam tinggi mendadak,
  • Pembengkakan kelenjar (bubo) dilipat paha atau ketiak, atau leher,
  • Batuk darah mendadak (tanpa didahului sakit batuk).
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah, cairan bubo, sputum atau usap tenggorok menunjukkan adanya kuman pes (Yersinia pestis).

Demam Kuning
  • Demam mendadak,
  • Kulit kuning, sakit kepala, lemah/lesu, mual, muntah, denyut nadi lambat dan lemah,
  • Seringkali disertai dengan pendarahan berupa mimisan, perdarahan mulut, muntah darah, berak darah.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus demam kuning atau zat antinya.

Demam Bolak Balik
  • Demam 2-9 hari diikuti masa tanpa demam 3-4 hari yang berulang-ulang 2-10 kali.
  • Kadang-kadang selama masa demam ditemukan bercak-bercak merah di kulit.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya kuman demam bolak-balik (Borellia recurrentis).

Tifus Bercak Wabah
  • Demam ± 2 minggu, sakit kepala, menggigil, badan lemah, kadang-kadang disertai bercak merah menimbul (erupsi macular) pada kulit.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya zat anti terhadap tifus bercak wabah (Rickettsia prowazeki).

DBD
  • Demam mendadak 2-7 hari tanpa penyebab yang jelas,
  • Lemah/lesu atau gelisah, nyeri ulu hati, hati membesar dan disertai pendarahan di kulit berupa bintik merah (petechiae), ruam (purpura), atau lebam (ecchymosis) .
  • Kadang­kadang berak darah, muntah darah, kesadaran menurun, dan renjatan (shock).
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya pengentalan darah (hemokonsentrasi) dan kekurangan sel pembeku darah (trombosit), dan ditemukan virus dengue atau zat antinya (antibodi).

Campak
  • Panas tinggi, sakit kepala, batuk pilek dan conjunctivitis fotophoby yang berakhir lebih kurang setelah 3-7 hari.
  • Masa timbulnya bercak-bercak merah (rash) pada kulit sesudah kira-kira 3 hari panas. Mula-mula timbul pada belakang telinga menyebar ke seluruh muka, dada dan anggota badan lainnya.
  • Bercak bertahan selama 4-6 hari, bila tidak ada komplikasi panas akan turun setelah timbul bercak.
  • Sebelum bercak timbul ada "koplik spot" yaitu bercak seperti putih garam pada mukosa (selaput lendir) pipi.
  • Pada fase penyembuhan bekas bercak menjadi kehitaman (hiperpigmentasi) .
  • Pemeriksaan laboratorium pada lendir conjungtiva dan tenggorokan menunjukkan adanya virus campak, dan pada darah terdapat virus campak atau zat antinya.

Polio:
  • Panas, ingusan, batuk, lemas, muntah, diare.
  • Panas menurun kemudian timbul kelemahan/kelumpuhan anggota gerak (lengan/kaki) , biasanya asimetris.
  • Pemeriksaan laboratorium pada najis atau lendir tenggorokan menunjukan adanya virus polio dan pada darah terdapat zat antinya.

Difteri
  • Panas lebih kurang 38 derajat celcius.
  • Adanya pseudo­membrane putih keabu-abuan, tak mudah lepas dan mudah berdarah. Letak pseudomembrane bisa di faring, laring atau tonsil,
  • Sakit waktu menelan, leher membengkak seperti leher sapi (bullneck) disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas disertai bunyi (stridor) .
  • Pemeriksaan laboratorium pada jaringan luka (lesi) menunjukkan adanya kuman difteri.

Pertusis
  • Batuk beruntun, pada akhir batuk anak menarik nafas panjang dan terdengar, suara "hup" (whoop) khas, biasanya disertai muntah.
  • Batuk lebih sering pada malam hari. Anak mengeluarkan riak liat dan kental. Akibat batuk yang berat dapat terjadi perdarahan conjungtiva atau edema periorbital.
  • Lamanya batuk 1-3 bulan (sering disebut batuk 100 hari).
  • Pemeriksaan laboratorium pada lendir tenggorokan menunjukkan adanya kuman pertusis (Bordetella pertussis).

Rabies
  • Demam tinggi, sakit kepala hebat, kelumpuhan mulai dari tungkai menjalar ke atas, sulit menelan, takut air (hydro­phobia), sulit bernapas, kesadaran menurun,
  • Terjadi beberapa minggu sampai satu tahun setelah digigit anjing, kucing, kera, yang menderita rabies.
  • Pemeriksaan laboratorium pada otak dan kelenjar air liur hewan yang menggigit, dan pada air liur, air mata serta jaringan otak penderita menunjukkan adanya virus Rabies.

Malaria
  • Demam berkeringat-dingin, menggigil, yang berulang setiap I-3 hari, sakit kepala hebat, badan lemah, muka pucat, sering disertai mual, muntah dan nyeri otot.
  • Kadang­kadang limpa membesar, kejang dan kesadaran menurun.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya parasit malaria (Plasmodium)

Influenza
  • Demam, perasaan dingin dan ingusan 1-6 hari, seringkali disertai sakit kepala, sakit pada otot-otot clan batuk.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah menunjukkan adanya virus influenza atau zat antinya.

Hepatitis
  • Demam badan lemas, mual, selaput mata kuning, air seni berwarna seperti air teh kental.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah/tinja menunjukkan adanya virus Hepatitis dan pada darah juga terdapat antigen virus tersebut

Tifus Abdominalis
  • Demam tinggi terus menerus 1 minggu atau lebih, badan lemah, sakit kepala, sembelit (obstipasi) kadang-kadang diare, permukaan lidah kotor dan pinggirnya merah, disertai dengan kesadaran menurun.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah, air seni, tinja atau sumsum tulang menunjukkan kuman Salmonella typhi dan pada darah terdapat adanya kenaikan kadar zat antinya

Meningitis
  • Panas, kaku kuduk, kejang-kejang, kesadaran menurun reflek patologis positif.
  • Pemeriksaan laboratorium pada cairan serebrospinal menunjukkan adanya kuman/virus penyebab meningitis

Enchephalitis
  • Panas tinggi, kejang-kejang, kesadaran menurun dan reflek patologis positif.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah/cairan serebrospinal menunjukkan adanya virus/kuman atau zat antinya

Anthrax
Tipe Kulit :
  • Kulit melepuh (vesikel) tanpa sebab yang jelas atau tukak (ulcus) dengan pinggir menonjol dan bagian tengahnya berwarna merah tua-kehitaman, kadang-kadang disertai demam tinggi.
Tipe gastrointestinal :
  • Sakit perut hebat yang terjadi beberapa jam sesudah makan daging hewan yang menderita penyakit anthrax.
  • Pemeriksaan laboratorium pada darah, lesi di kulit, tinja/ rektal swab, bangkai hewan (tulang, daging, alat organ dalam), dan tanah yang tercemar hewan penderita anthrax menunjukkan adanya kuman anthrax (Bacillus Anthracis).

Referensi
  1. Noor, 1997, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  2. Bustan, 2000, Epidemiologi Penyakit Tidak Menular, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  3. Bustan, 2002, Pengantar Epidemiologi, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  4. Notoatmojo, 2003, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip Prinsip Dasar, Jakarta, PT. Rineka Cipta
  5. Entjang, 2000, Ilmu Kesehatan Masyarakat, Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
  6. Vaughan, Morrow, 1993, Panduan Epidemiologi Bagi Pengelolaan Kesehatan Kabupaten, Bandung, ITB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar