Jumat, 02 April 2010

ANALGETIK ANTIPIRETIK NON NARKOTIK 2

Dr. Suparyanto, M.Kes

Antipiretik
  • Penggunaan umum: menurunkan demam (infeksi, inflamasi dan neoplasma)
Kerja obat dan informasi umum:
  • Mempengaruhi Termostat hipotalamus
  • Menghambat kerja prostaglandin
  • Kontra indikasi: hindari pemakaian aspirin atau ibuprofen pada pasien gangguan perdarahan (juga pada anak dan remaja)

  • Perhatian: hati2 penggunaan aspirin atau ibuprofen pada penderita ulkus peptikum
  • Interaksi:
  • Aspirin dosis berat menggeser obat lain yang berikatan dengan protein
  • Iritasi GI tambahan dengan: ibuprofen, aspirin, anti inflamasi non steroid, glukokortikoid
  • Aspirin atau ibuprofen meningkatkan risiko perdarahan bila digunakan bersama obat hemostasis (antikoagulan, trombolitik, antineoplastik, antiinfeksi)

Implikasi keperawatan:
  • kaji demam, catat gejala penyerta (diforesis, takikardia, malaise)
  • Diagnosis keperawatan potensial:
  • Risti gangguan suhu tubuh (indikasi)
  • Kurang pengetahuan sehubungan dengan program pengobatan (penyuluhan px/kel)
Implementasi:
  • Pemberian bersama makan atau antasid dapat meminimalkan iritasi GI (aspirin dan ibuprofen)
  • Sediaan oral, rektal atau kombinasi dng obat lain

Penyuluhan Penderita / Keluarga:
  • Anjurkan penderita konsultasi dng dokter bila demam tidak berkurang atau demam > 39,5oC atau demam lebih dari 3 hari
  • Hati2 pemberian aspirin pada anak atau remaja terutama penyakit virus (varisela, influenza) → Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
  • Evaluasi: efektivitas terapi ditunjukan dengan penurunan demam

Parasetamol

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: PO: diserap dengan baik
  • Distribusi: luas, menembus plasenta, ASI
  • Metabolisme: 85-95% di hati, metabolik bersifat toksik pada overdosis, t ½ : 1 – 4 jam
  • Eliminasi: ginjal
Kerja obat:
  • Menghambat sintesis prostaglandin (sebagai mediator nyeri dan demam)

Efek terapeutik:
  • Analgesik (inhibisi prostaglandin perifer)
  • Antipiretik (mengatur setting termostat)
  • Inhibisi prostaglandin di SSP
  • Tidak memiliki antiinflamasi yg signifikan
  • Indikasi: nyeri ringan sampai sedang, demam
Kontraindikasi:
  • Hipersensitivitas
  • Hati2: penyakit hati, ginjal, pencandu alkohol, malnutrisi, kehamilan dan laktasi

Efek samping:
  • Nekrotik hepatis, ruam dan urtikaria
Interaksi:
  • Penggunaan bersama antipsikotik fenotiazin → menyebabkan hipotermia berat
  • Penggunaan bersama alkohol, fenobarbital → hepatotoksik
  • Dosis: 325 – 1000 mg setiap 6 jam

IMPLIKASI KEPERAWATAN ANTIPIRETIK

Pengkajian
  • Kaji status gizi (malnutrisi), pencandu alkohol → risiko hepatotoksik
  • Nyeri: kaji jenis, lokasi dan intensitas nyeri sebelum dan 30-60 menit setelah pemberian
  • Demam: kaji adanya tanda penyerta: diaforesis, takikardia dan malaise
  • Test: fungsi hati dan ginjal, hematopoitik

Penyuluhan
  • Minum obat tidak boleh dosis lebih dan lama →hepatotoksik (dewasa mak 10 hari, anak mak 5 hari)
  • Hubungi dokter jika ada rasa tidak nyaman, demam tidak berkurang, demam >39,5 oC atau setelah >3 hari
  • Evaluasi efektivitas terapi: berkurangnya demam, berkurang rasa tidak nyaman ringan - sedang

ANALGETIK

Asetosal

Farmakokinetik:
  • PO: cepat diabsorpsi, rectal tidak tentu
  • Distribusi: PP 20 – 50%
  • Metabolisme: t ½ : 1 – 3,5 jam
  • Eliminasi: ginjal, diekskresi sebagai metabolit
Farmakodinamik:
  • P: 1 – 2 jam (kadar puncak)
  • L: 3 – 5 jam (lama kerja)

  • Efek terapeutik: analgesik dan antipiretik
  • Efek samping: anoreksia, muntah, diaforesis
  • Reaksi yang merugikan: hipoglikemia berat, perdarahan, oliguria, anemia hemolitik, lekopenia
  • Dosis: 325 – 650 mg (4x sehari)

PROSES KEPERAWATAN ANALGETIK NON NARKOTIK

Pengkajian
  • Tentukan apakah ada riwayat: rasa tidak enak di lambung, perdarahan lambung atau penyakit hati (aspirin dan ibuprofen dapat menimbulkan iritasi lambung)
  • Pemakaian asetaminofen dosis tinggi jangka lama dapat menyebabkan hepatotoksisitas

Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
  • Perencanaan: nyeri klien akan reda dalam waktu 24 – 48 jam
  • Intervensi:
  • Amati klien thd tanda dan gejala: perdarahan (melena, petekie, ekimosis) ketika klien memakai dosis besar
  • Atas ijin dokter, hentikan aspirin 3 – 7 hari sebelum pembedahan untuk mengurangi risiko perdarahan

Penyuluhan pada Klien
  • Beritahu klien untuk menjaga obat aspirin dari jangkauan anak2 (dapat menimbulkan toksik)
  • Nasehatkan untuk tidak memakai aspirin bersama dengan alkohol, dan antikoagulan (warfarin) → aspirin mengambil alih warfarin dari ikatan protein → banyak warfarin bebas → masa perdarahan memanjang → dapat terjadi perdarahan
  • Ajari klien untuk minum aspirin bersama makan

  • Beritahu orangtua untuk segera membawa anak yang minum asetosal dengan dosis besar ke UGD
  • Beritahu klien untuk tidak memberikan aspirin pada anak sakit virus → dapat menyebabkan Sindrome Reye (muntah, letih, delirium dan koma)
  • Beritahu orangtua untuk mengobati anak dengan aspirin sesuai dosis

  • Beritahu klien melaporkan: rasa mengantuk, tinitus, sakit kepala, flushing, pusing, perubahan penglihatan → ini merupakan tanda toksisitas aspirin
  • Beritahu klien melaporkan: tanda alergi (ruam, biduran, gatal)
  • Nasehatkan klien untuk memeriksa label obat bebas, karena beberapa mungkin mengandung aspirin

Evaluasi
  • Evaluasi efektivitas: meredakan nyeri
  • Jika nyeri menetap → mungkin perlu dilakukan penggantian NSAID atau penyesuaian dosis
  • Tentukan jika klien mengalami efek samping → mungkin perlu penggantian obat atau perubahan dosis

Anti Inflamasi
  • Antiinflamasi: proses peradangan sebagai respon terhadap cedera jaringan dan infeksi
  • Cedera jaringan menyebabkan: pelepasan mediator kimia (histamin, kinin, prostaglandin) → mediator tsb menyebabkan;
  • Vasodilatsi (eritema)
  • Permeabilitas meningkat (edema)
  • Nyeri (akibat edem)
  • Demam (akibat pirogen)

  • Prostaglandin: menyebabkan vasodilatasi, relaksasi otot polos, meningkatkan permiabilitas kapiler, sensitisasi saraf thd nyeri
  • Obat anti prostaglandin (aspirin) bekerja menghambat prostaglandin → karena itu disebut obat antiinflamasi

Ibuprofen

Farmakokinetik:
  • Absorpsi: PO: diserap dengan baik
  • Distribusi: PP: 98%
  • Metabolisme: t ½ : 2 – 4 jam
  • Eliminasi: ginjal sebagi metabolit inaktif

Farmakodinamik:
  • PO: mula: 30 menit
  • P: 1 – 2 jam
  • L: 4 – 6 jam

Efek terapeutik:
  • Antiinflamasi untuk: artritis rematoid, osteoastritis dan gout
  • Meredakan nyeri: dismenorea, perawatan gigi, nyeri muskuloskeletal
  • Efek samping: anoreksia, mual, muntah, diare, edema, ruam kulit, purpura, tinitus, pusing letih
  • Reaksi merugikan:perdarahan gastrointestinal, diskrasia darah, aritmia jantung, nefrotoksisitas, anafilaksis
  • Kontra indikasi: penyakit hati dan ginjal yang berat, asma, tukak tukak peptik

PROSES KEPERAWATAN NSAID

Pengkajian Perencanaan
  • Tanyakan riwayat alergi termasuk aspirin → bila ada alergi laporkan dokter
  • Kaji klien thd adanya: tidak enak gastrointestinal, edem perifer (keduanya tanda/gejala efek samping NSAID)
  • Perencanaan: proses inflamasi akan mereda dalam waktu 1 – 3 minggu

Intervensi Keperawatan
  • Laporkan gejala:gastrointestinal, nyeri lambung, mual, muntah, atau diare ketika minum obat antigout
  • Rasa tidak enak di lambung dapat dikurangi dengan minum obat bersama makan
  • Pantau urine → asam urat dibuang lewat urine, dpt terbentuk batu ginjal → perlu minum banyak

Penyuluhan Pada Klien
  • Beritahu klien untuk banyak minum → menambah ekskresi asam urat
  • Beritahu klien untuk melaporkan setiap keluhan lambung
  • Anjurkan klien untuk minum obat bersama makan
  • Anjurkan klien untuk kontrol dan pemeriksaan darah teratur → antigout menyebabkan diskrasia darah

Evaluasi
  • Evaluasi respon klien terhadap obat antigout
  • Jika nyeri tetap, regimen obat perlu diubah

Referensi
  1. Deglin, Vallerand, 2005, Pedoman Obat Untuk Perawat, Jakarta, EGC
  2. Ganiswarna, 1995, Farmakologi dan Terapi, Jakarta, FKUI
  3. Kee, Hayes, 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Keperawatan, Jakarta, EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar