Sabtu, 10 Juli 2010

KONSEP STATUS GIZI

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP STATUS GIZI

Pengertian Status Gizi
  • Status adalah tanda-tanda atau penampilan yang diakibatkan oleh suatu keadaan (Wikipedia, 2008).
  • Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi (Supariasa, 2001).
  • Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk tertentu (Supariasa, 2001).
  • Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi (Almatsier, 2001).

Penilaian Status Gizi
  • Penilaian status gizi adalah interpretasi dari data yang didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi populasi atau individu yang berisiko atau dengan status gizi buruk (FKM UI, 2008)

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA LANGSUNG

(1). Antropometri

Pengertian
  • Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi.

Penggunaan
  • Antropometri secara umum digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2001).
  • Antropometri adalah pengukuran yang paling sering digunakan sebagai metode penilaian status gizi secara langsung untuk menilai dua masalah utama gizi, yaitu : (1) kurang energi protein (KEP), khususnya pada anak-anak dan ibu hamil, (2) obesitas pada semua kelompok umur (FKM UI, 2008).

Ada beberapa pengukuran antropometri utama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel Pengukuran antropometri yang utama




  • Salah satu cara pengukuran status gizi dengan antropometri adalah IMT (indeks massa tubuh) yang merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa (18 tahun keatas). Khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. Rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut :


Tabel Kategori ambang batas IMT untuk Indonesia



(2). Klinis

Pengertian
  • Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissue) seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid.

Penggunaan
  • Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau riwayat penyakit.

(3). Biokimia

Pengertian
  • Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratorium yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain, darah, urine, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.

Penggunaan
  • Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi. Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan gizi yang spesifik.

(4). Biofisika

Pengertian
  • Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan.

Penggunaan
  • Umumnya dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (epidemic of night blindness). Cara yang digunakan adalah tes adaptasi.

PENILAIAN STATUS GIZI SECARA TIDAK LANGSUNG

(1). Survei konsumsi makanan

Pengertian
  • Survei konsumsi makanan adalah penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

Penggunaan
  • Pengumpulan data konsumsi makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga dan individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan kekurangan zat gizi.

(2). Statistik vital

Pengertian
  • Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa satistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi.

Penggunaan
  • Penggunaannya dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.

(3). Faktor ekologi

Pengertian
  • Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis dan lingkungan budaya.

Penggunaan
  • Pengukuran faktor ekologi dipandang sangat penting untuk mengetahui penyebab malnutrisi di suatu masyarakat sebagai dasar untuk melakukan program intervensi gizi (Supariasa, 2001).

KLASIFIKASI STATUS GIZI

Menurut Sediaoetama (2001), keadaan kesehatan gizi sesuai dengan tingkat konsumsi dibagi menjadi tiga yaitu:
  1. Gizi lebih (overnutritional state),
  2. Gizi baik (eunutritional state) dan
  3. Gizi kurang (undernutrition).

Gizi lebih (overnutritional state)
  • Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi berlebih. Ternyata kondisi ini mempunyai tingkat kesehatan yang lebih rendah, meskipun berat badan lebih tinggi dibandingkan berat badan ideal. Dalam keadaan demikian, timbul penyakit-penyakit tertentu yang sering dijumpai pada orang kegemukan seperti ; penyakit kardiovaskuler yang menyerang jantung dan system pembuluh darah, hipertensi, diabetes mellitus dan lainnya.

Gizi baik (eunutritional state)
  • Tingkat kesehatan gizi terbaik ialah kesehatan gizi optimum (eunutritional state). Dalam kondisi ini jaringan penuh oleh semua zat tersebut. Tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya kerja dan efisiensi yang sebaik-baiknya. Tubuh juga mempunyai daya tahan yang setinggi-tingginya.

Gizi kurang (undernutrition)
  • Adalah tingkat kesehatan gizi sebagai hasil konsumsi defisien. Terjadi gejala-gejala penyakit defisiensi gizi. Berat badan akan lebih rendah dari berat badan ideal dan penyediaan zat-zat gizi bagi jaringan tidak mencukupi, sehingga akan menghambat fungsi jaringan tersebut.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI

Pola konsumsi dan asupan makanan
  • Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi. Tingkat konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Kalau susunan hidangannya memenuhi kebutuhan tubuh, baik dari kualitas maupun kuantitasnya, maka tubuh akan mendapat kondisi kesehatan gizi yang sebaik-baiknya (Sediaoetama, 2001).

Status kesehatan
  • Salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi adalah penyakit infeksi yang dapat mengganggu metabolisme dan fungsi imunitas. Penyakit infeksi dapat menyebabkan perubahan status gizi kurang yang selanjutnya bermanifestasi ke status gizi buruk (Sediaoetama, 2001).

Pengetahuan
  • Semakin banyak pengetahuan gizinya semakin diperhitungkan jenis dan kwantum makanan yang dipilih untuk dikonsumsinya. Awam yang tidak mempunyai cukup pengetahuan gizi, akan memilih makanan yang paling menarik pancaindera, dan tidak mengadakan pilihan berdasarkan nilai gizi makan. Sebaliknya mereka yang semakin banyak pengetahuan gizinya, lebih mempergunakan pertimbangan rasional dan pengetahuan tentang gizi makanan tersebut (Sediaoetama, 2001)

Status ekonomi
  • Dinegara Indonesia yang jumlah pendapatan penduduk sebagian rendah adalah golongan rendah dan menengah akan berdampak pada pemenuhan bahan makanan terutama makanan yang bergizi (Hendra Arif W, 2008).

Pemeliharaan kesehatan
  • Perilaku sehubungan dengan peningkatan dan pemeliharaan kesehatan (health promotion behaviour). Misalnya makan makanan yang bergizi, olah raga dan sebagainya termasuk juga perilaku pencegahan penyakit (health prevention behavior) yang merupakan respon untuk melakukan pencegahan penyakit (Hendra Arif W, 2008).

Lingkungan
  • Status gizi kurang bila diperburuk oleh kesehatan lingkungan rumah tangga yang kurang memadai, dapat meningkatkan angka kesakitan akibat infeksi (Sediaoetama, 2001).

Budaya
  • Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengaruh budaya antara lain sikap terhadap makanan, penyebab penyakit, kelahiran anak, dan produksi pangan. Dalam hal sikap terhadap makanan, masih banyak terdapat pantangan, tahayul, tabu dalam masyarakat yang menyebabkan konsumsi makanan menjadi rendah (Almatsier, 2001).

DAFTAR PUSTAKA
  1. Ali, M dan Asrori. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta : PT Bumi Aksara
  2. Almatsier, Sunita. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
  3. Aziz, S. 2007. Gizi Remaja Menuju Reporoduksi Sehat. Http://www.indomp3z.us/ showthread.php?t=70183. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 20.00 WIB
  4. Bardosono, S. 2006. Gizi Sehat untuk Perempuan. Jakarta : FKUI
  5. Departemen FKM UI. 2008. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada
  6. Hendra, Arif W. 2008. Konsep Status Gizi. Http://ajangberkarya.wordpress. com/2008/05/20/konsep-status-gizi/. Diakses pada tanggal 17 Mei 2009 : 19.30 WIB
  7. Karyadi, E. 2007. Menangkal Rasa Sakit Menjelang Haid. Http://www.Indomedia. com. Diakses pada tanggal 29 April 2009 : 16.00 WIB
  8. Mason, P. 2007. Diet and Premenstrual Syndrome. Http://www.healthy.net/index. asp. Diakses pada tanggal 29 Apil 2009 : 17.00 WIB
  9. Maulana, R. 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Reproduktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di Poli Obstetri dan Gynekologi BPK RSUD. Dr Zainoel Abidin Banda Aceh tahun 2008. Http://razimaulana.files.wordpress. com/2008/12/pms.doc. Diakses pada tanggal 19 Mei 2009 : 10.00 WIB
  10. Monks, F.J, dkk. 2006. Psikologi Perkembangan. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
  11. Naylor, C. Scott. 2004. Obstetri Ginekologi. Jakarta : EGC
  12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  13. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  14. ___________. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  15. Nursalam. 2003. Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  16. Potter, P,dkk. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC
  17. Paath, Erna Francin. 2004. Gizi dalam Daur Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC
  18. Rayburn, W. 2001. Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Widya Medika
  19. Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi. Jakarta : Dian Rakyat
  20. Sukardi. 2008. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT Bumi Aksara
  21. Supariasa, I.D.N. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC
  22. Taufiq. 2009. Sindrom Pramenstruasi. Http://praktekku.blogspot.com/2009/05/ sindrom-pramenstruasi. Diakses pada tanggal 29 Mei 2009 : 17.00 WIB
  23. Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
  24. Varney, H. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar