Sabtu, 16 Oktober 2010

TUBERKULOSIS PARU (TB)

TUBERKULOSIS PARU (TB)

Penyakit Tuberkulosis
  • Tuberkulosis paru adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Kuman tersebut biasanya masuk kedalam tubuh manusia melalui udara pernafasan kedalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • TB dapat terjadi pada semua kelompok umur, baik di paru maupun diluar paru. Sebagian orang yang telah terinfeksi (80-90%) belum tentu menjadi sakit tuberkulosis. Untuk sementara waktu kuman yang ada dalam tubuh bisa berada dalam keadaan dormant (tidur), dan keberadaan kuman dormant tersebut dapat diketahui hanya dengan tes tuberkulin (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • Mereka yang menjadi sakit disebut sebagai “penyakit tuberkulosis”, biasanya dalam waktu paling cepat sekitar 3-6 bulan setelah infeksi. Mereka yang tidak menjadi sakit tetap mempunyai resiko untuk menderita tuberkulosis sepanjang sisa hidup mereka (Dep. Kes. R.I, 1999).
Penemuan Penderita TB
  • Dep. Kes. R.I (1999), menyebutkan bahwa sebagian besar penderita TB adalah penderita TB paru. Penderita TB paru menjadi sangat penting karena tipe inilah yang dapat menularkan penyakit kepada orang lain.
Gejala umum penderita TB paru adalah sebagai berikut:
  1. Batuk yang terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih. Setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala ini, harus dianggap sebagai “suspek TB” atau tersangka TB dan segera diperiksa dahaknya di laboratorium.
  2. Mengeluarkan dahak bercampur darah, sesak nafas, dan rasa nyeri pada dada.
  3. Lemah badan, kehilangan nafsu makan, berat badan turun, rasa kurang enak badan, berkeringat malam tanpa disertai kegiatan dan demam lebih dari sebulan.
  • Bila gejala tersebut diperkuat dengan riwayat kontak dengan seorang penderita TB maka kemungkinan besar dia juga menderita TB. Gejala tersebut diatas dijumpai juga pada penyakit paru selain TB, oleh sebab itu setiap orang yang datang ke unit pelayanan kesehatan dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagai “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TB, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung (Dep.Kes.R.I., 1999).
  • Penderita TB sering ditemukan pada penderita yang datang ke unit-unit kesehatan, dengan gejala batuk tiga minggu atau lebih dan pada mereka yang tinggal serumah dengan penderita BTA positif. Cara mendiagnosis dimulai dengan mencermati keluhan dan gejala klinik dari penderita tersebut diatas. Diagnosis TB paru ditegakkan dengan ditemukan BTA pada pemeriksaan dahak SPS secara mikroskopis langsung (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • Dalam program pemberantasan penyakit TB penemuan penderita dilaksanakan secara “passive-promotive case finding” dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung, yang dimaksud dengan passive promotive case finding adalah pemeriksaan dahak hanya dilakukan pada penderita tersangka yang datang berkunjung ke unit pelayanan kesehatan. Kegiatan ini harus didukung oleh penyuluhan secara aktif, baik oleh petugas kesehatan maupun oleh Tokoh Panutan Masyarakat (TOMA). TOMA ini diberi Training of the Trainers (TOT), tentang penyakit TB sederhana seperti tanda atau gejala tersangka TB, sehingga warga yang mempunyai gejala tersebut diatas dengan kemauan sendiri mau memeriksakan keluhannya ke Puskesmas. (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • Semua kontak penderita TB positif dengan gejala yang sama, harus diperiksa dahaknya. Semua tersangka TB harus diperiksa spesimen dahaknya dalam waktu dua hari berturut-turut; yaitu sewaktu, pagi, sewaktu yang biasa disingkat SPS. Diagnose TB ditegakan bila 2 dari 3 hasil pemeriksaan sediaan dahak SPS-nya menunjukan adanya kuman BTA.
  • Penemuan penderita TB pada anak merupakan hal yang sulit, sebagian besar diagnosis TB anak didasarkan atas gambaran klinis, gambaran radiologis dan uji tuberkulin (Dep. Kes. R.I, 2000).
Pemeriksaan Bakteriologis
  • Dalam program pemberantasan TB, pemeriksaan dahak secara mikroskopis merupakan komponen kunci dalam menegakan diagnose penyakit TB. Diagnose pasti TB ialah dengan pemeriksaan kultur atau biakan. Pemeriksaan kultur lebih lama dan mahal. Pemeriksaan yang identik dengan kultur adalah pemeriksaan dahak sebanyak tiga kali (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • Kuman penyebab TB adalah Mycobacterium tuberculosis, berbentuk batang mempunyai sifat istimewa yaitu tahan terhadap penghilangan warna dengan asam dan alkohol, oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Kuman ini baru kelihatan dibawah mikroskop bila jumlah kuman paling sedikit ada 5000 batang dalam 1 ml dahak. Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak mukopurulent, berwarna hijau kekuningan dan jumlahnya 3-5 ml tiap pengambilan (Dep. Kes. R.I, 1999).
  • Tujuan pemeriksaan bakteriologis adalah untuk menegakan diagnosis dan mengevaluasi hasil pengobatan. Untuk mendiagnosis TB kita harus memeriksa tiga spesimen dahak. Ketiga spesimen dahak tersebut sebaiknya sudah dapat dikumpulkan dalam dua hari kunjungan berurutan. Dahak yang dikumpulkan adalah dahak sewaktu, pagi dan sewaktu (SPS).
  • Untuk memperoleh kualitas dahak yang baik, petugas laboratorium harus menjelaskan mengenai pentingnya pemeriksaan dahak, pemeriksaan dahak ulang dan bagaimana cara batuk yang benar serta memeriksa kualitas dan kuantitas dahak tersebut. Dahak yang baik harus berjumlah 3-5 ml, kental, purulen dan bukan ludah. Jika dahak yang terkumpul kurang jumlahnya atau hanya ludah (saliva), maka petugas harus meminta agar penderita batuk lagi sampai jumlah yang diinginkan tercapai.
  • Pelaksanaan pengambilan dahak SPS adalah sebagai berikut: S (sewaktu) pertama: adalah dahak yang dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali ke Puskesmas. Pada saat pulang, suspek TB diberi sebuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pada hari kedua. P (pagi): adalah dahak yang dikumpulkan dirumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur. Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas laboratoriun di Puskesmas. S (sewaktu) kedua: adalah dahak yang dikumpulkan di Puskesmas pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.
  • Bila suspek TB sulit mengeluarkan dahak, dapat dilakukan hal-hal sebagai berikut: malam hari sebelum tidur, minum satu gelas teh manis atau menelan tablet gliseril guaiyakulat 200 mg; melakukan olah raga ringan (lari-lari kecil) kemudian menarik nafas dalam beberapa kali, bila terasa akan batuk, nafas ditahan selama mungkin lalu disuruh batuk (Dep. Kes. R.I, 1999).
Diagnosis TB
  • Menurut Dep. Kes. R.I (2000) diagnosis TB pada orang dewasa dapat ditegakan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak SPS (sewaktu, pagi, sewaktu) secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga sediaan spesimen SPS dinyatakan BTA (+). Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgent dada atau pemeriksaan ulang dahak SPS. Kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif, kalau hasil rontgen tidak mendukung TB maka pemeriksaan dahak SPS diulang. Hasil pemeriksaan ulang dahak SPS, dinyatakan positif bila satu atau lebih hasil pemeriksaan sediaan dahak dinyatakan BTA (+).

Angka Penemuan Penderita TB BTA Positif
  • Menurut Dep. Kes. R.I (2000) Angka Penemuan Penderita TB BTA Positif, adalah angka yang menunjukan jumlah penderita baru BTA positif yang berhasil ditemukan per 100.000 penduduk wilayah tersebut yang tercakup dalam program Pemberantasan Penyakit TB (P2TB).
  • Jika hasilnya kurang dari perkiraan insidens (angka nasional lebih kurang 100/100.000 penduduk, yaitu separuh dari angka prevalensi) dikatakan target tidak tercapai. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya:
  1. Dokter Puskesmas: belum dilatih stretegi baru; sudah dilatih tetapi tidak memahami materi; karena pelatihan yang tidak baik; karena tidak ada pembinaan pada waktu supervisi atau tidak ada post training evaluation.
  2. Petugas BP Puskesmas; belum diberitahu oleh dokter puskesmas tentang gejala tersangka TB yang harus dideteksi; telah diberitahu namun karena tidak mendapat insentif; tidak merujuk tersangka TB ke laboratorium; petugas BP terlalu selektif, jadi tidak semua yang batuk tiga minggu diperiksa dahaknya ke laboratorium.
  3. Penyuluh khusus di daerah yang banyak penderita TB: belum dilakukan penyuluhan sehingga masyarakat belum memanfaatkan puskesmas dengan maksimal; diantara yang berobat TB di puskesmas hanya sedikit yang benar benar sembuh (85%).
  4. Penderita tidak mau datang ke Puskesmas: karena pelayanan tidak baik, misalnya petugas suka marah, penderita tidak boleh bicara atau bertanya, pelayanan lambat, waktu tunggu yang terlalu lama; pelayanan baik, hanya penjelasan kepada penderita yang kurang; contact tracing tidak dilakukan; karena gejala samping (mual, gatal gatal, pusing) yang timbul tidak ditanggulangi; karena penderita TB yang diobati di Puskesmas diantaranya sedikit yang sembuh (kurang dari 85%), sehingga penderita merasa obat program yang diberi secara gratis itu tidak bermutu; atau kurangnya penjelasan atau penyuluhan.
Uraian Tugas Tenaga Kesehatan di BP Puskesmas Dalam Menemukan Suspek TB
  • Menurut Dep. Kes. R.I (2000) uraian tugas Tenaga Kesehatan di BP Puskesmas dalam menemukan suspek TB adalah sebagai berikut:
  1. Memberikan penyuluhan tentang TB kepada masyarakat luas
  2. Menjaring suspek (penderita tersangka) TB
  3. Menegakan diagnosis TB sesuai protap
  4. Membuat klasifikasi/tipe penderita
  5. Memantau jumlah suspek yang diperiksa dan jumlah penderita TB yang ditemukan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar