Minggu, 12 Desember 2010

MAKANAN PEDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

Dr. Suparyanto, M.Kes

MAKANAN PEDAMPING AIR SUSU IBU (MP-ASI)

PENGERTIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
  • Makanan pendamping ASI adalah makanan yang diberikan pada anak usia 6–24 bulan. Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, makanan pendamping ASI harus tetap diberikan kepada anak, paling tidak sampai usia 24 bulan (Yesrina, 2000).
  • Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Utami, 2006).

TUJUAN PEMBERIAN MP-ASI
  • Tujuan pemberian makanan pendamping ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat gizi yang diperlukan bayi karena ASI tidak dapat memenuhi kebutuhan bayi secara terus menerus. (Yesrina, 2000). Dengan demikian makanan tambahan diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi total pada anak dengan jumlah yang didapatkan dari ASI (WHO, 2003).

DAMPAK MEMBERIKAN MP-ASI TERLALU DINI

a. Risiko jangka pendek
  • Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, yang akan merupakan risiko untuk terjadinya penurunan produksi ASI.
  • Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia.
  • Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak sebersih ASI.
  • Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrient lebih sedikit daripada ASI sehingga kebutuhan gigi/nutrisi anak tidak terpenuhi.
  • Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit, sehingga resiko infeksi meningkat.
  • Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
  • Defluk atau kolik usus yaitu istilah yang digunakan bagi kerew
  • elan atau tangisan yang terus menerus bagi bayi yang dipercaya karena adanya kram di dalam usus.

Risiko jangka panjang
1.Obesitas
  • Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko utama dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi. Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak sehat.
2.Hipertensi
  • Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah (± 15 mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat meningkatkan drastis jika makanan telah dikenalkan. Konsekuensi dikemudian hari akan menyebabkan kebiasaan makan yang memudahkan terjadinya gangguan/hipertensi.
3.Arteriosklerosis
  • Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet yang mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol serta lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis dan penyakit jantung iskemik.
4.Alergi Makanan
  • Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan. Manifestasi alergi secara klinis meliputi gangguan gastrointestinal, dermatologis, dan gangguan pernapasan, dan sampai terjadi syok anafilaktik.(Cox, 2006)

TANDA-TANDA BAYI SUDAH SIAP DIBERIKAN MP-ASI
  1. Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan leher.
  2. Sudah bisa duduk sendiri
  3. Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.
  4. Lidah tetap di dalam saat sendok dimasukkan ke dalam mulutnya.
  5. Terbiasa pada tekstur dan makanan baru
  6. Menggapai makanan atau benda lain, meraih dan memasukkannya ke dalam mulut.
  7. Memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan yang lainnya
  8. Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara memalingkan kepala atau dengan menutup mulut rapat-rapat. (Almatseir, 2001)

TANDA BAYI SUDAH SIAP DIBERI MP-ASI MENURUT (WHO, 2003) ADALAH :
  1. Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik
  2. Mulai melakukan gerakan mengunyah keatas dan ke bawah
  3. Suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya
  4. Berminat terhadap rasa yang baru
  5. Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna berbagai makanan

WAKTU PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
  • Makanan pendamping ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrient dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi, makanan tambahan mulai di berikan pada usia 6 bulan. Pada usia ini otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk memamah. Sebelum usia 4 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena mereka belum bisa mengendalikan gerakan lidahnya dengan baik (WHO, 2003)

JENIS MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
  • Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan oleh menurut WHO, adalah sebagai berikut :
  1. Bubur / sup dari makanan pokok (serealia, umbi-umbian dan buah-buahan yang bertepung )
  2. Kacang-kacangan (Misalnya merah, kacang polong dan kacang hijau)
  3. Sumber makanan hewani (makanan dari hewan)
  4. Sayuran berdaun hijau dan buah-buahan
  5. Minyak, lemak dan gula.

ALASAN MPASI DIBERIKAN PADA USIA ≥ 6 BULAN
  • ASI adalah salah satu makanan dan minuman yang dibutuhkan oleh bayi sampai berumur 6 bulan
  • Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat menghindarkan dari berbagai risiko penyakit
  • Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada sistem pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih matang
  • Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan pada bayi agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna makanan padat dapat berkembang dengan baik.
  • Menunda pemberian makanan padat mengurangi risiko alergi makanan
  • Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari anemia karena kekurangan zat besi
  • Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi bayi dari risiko terjadinya obesitas di masa datang
  • Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk menjaga kesedian ASI
  • Menunda pemberian makanan padat membantu jarak pada kelahiran bayi
  • Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya menjadi lebih mudah. (Dian, 2006)

JADWAL PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI)
  • Jadwal makan bayi sebaiknya disesuaikan dengan jadwal makan keluarga yaitu, 3x makanan pokok (sarapan pagi, makan siang, makan malam), 2x makanan selingan (jam 10.00 dan 16.00), serta 3x ASI (saat bagun pagi, sebelum tidur siang dan malam).
  • Jadwal pemberian makanan tambahan menurut umur, jenis makanan, frekuensi pemberian dapat dilihat pada berikut :

Tabel: Jadwal Pemberian Makanan Tambahan Menurut Umur, Jenis Makanan dan Frekuensi Pemberian

Umur Jenis Makanan Berapa kali sehari
6 – 7 bulan:
  1. ASI Kapan diminta
  2. Bubur lunak/sari buah
  3. Bubur : bubur havermoot/ bubur tepung beras merah 1 – 2 kali sehari

7 – 9 bulan:
  1. ASI Kapan diminta
  2. Buah-buahan
  3. Hati ayam atau kacang-kacangan
  4. Beras merah atau ubi
  5. Sayuran (wortel, bayam)
  6. Air tajin 3 – 4 kali sehari

9 – 12 bulan:
  1. ASI Kapan diminta
  2. Buah-buahan
  3. Bubur atau roti
  4. Daging/kacang-kacangan/ayam/ikan
  5. Beras merah/kentang/labu/jagung
  6. Sari buah 4 – 6 kali sehari. (Krisnatuti D, Yenrina, 2000)

TIPS MEMPERKENALKAN MP-ASI
  • Perkenalkan hanya satu jenis makanan baru dan berikan selama 2 sampai 4 hari sebelum perkenalkan makanan yang lain untuk memastikan bayi anda tidak alergi terhadap makanan tersebut.
  • Urutan pemberian makan:
  1. Mulailah pemberian makanan padat dengan makanan yang paling tidak menyebabkan alergi (kadar protein paling rendah), yaitu serelia (beras merah, beras putih, havermut). Campurkan dengan ASI, air atau susu formula hingga semi-cair.
  2. Beberapa ahli gizi merekomendasikan agar sayuran diperkenalkan sebelum buah, karena buah yang rasanya manis akan membuat sayuran yang rasanya kurang manis menjadi tidak menarik untuk bayi. Mulailah dengan sayuran yang rasanya hambar seperti kentang, kacang hijau, labu, zucchini, baru kemudian perkenalkan buah seperti pisang, alpukat, apel, pir, blewah, timun suri.
  • Pangku bayi anda atau dudukkan di kursi makan atau tempat duduk bayi saat anda menyuapi bayi anda. Posisi makan yang semestinya adalah digendong anda atau didudukkan di tempat duduk bayi – pilihlah posisi yang paling aman untuk anda dan bayi anda.
  • Mulai pemberian makanan padat secara bertahap. Untuk mempermudah peralihan, mulailah pemberian makanan padat dengan makanan yang sudah dikenalnya – ASI atau susu formula. Mulailah pemberian makanan padat dengan meletakkan sedikit makan di ujung sendok dan letakkan sendok tersebut di tengah lidah bayi. Lihat reaksi bayi anda. Anda mungkin akan mendapatkan senyum tanda persetujuan atau seringai tanda tidak setuju. Cobalah untuk memperkenalkan satu makanan baru selama tiga kali. Ada kemungkinan bayi anda makan dengan tidak teratur. Ingatlah bahwa pada usia ini anda hanya memperkenalkan bayi anda pada makanan dan tekstur baru.
  • Ketahui kapan harus berhenti memberi makan. Bayi anda akan berhenti makan bila dia sudah kenyang. Jangan memaksa untuk tetap memberi makan. Apabila bayi anda sudah kenyang dia mungkin akan memberikan tanda-tanda sebagai berikut: mengatupkan bibir, menutup mulut, muntah, memainkan atau menggigit puting, memalingkan wajah dari sendok yang didekatkan ke mulutnya, menyandarkan tubuh ke belakang, makan atau minum lebih sedikit dan tertidur. Penting bagi bayi anda untuk merespon tanda-tanda lapar yang timbul dari dalam dirinya sendiri sebagai dasar dari kebiasaan makan yang sehat untuk sepanjang hidupnya.
  • Berikan makanan tanpa tambahan gula atau garam. Bayi anda tidak membutuhkan tambahan gula atau garam. Menambahkan bahan-bahan tersebut tidak akan memperbaiki nilai nutrisi dari makanannya dan membuat bayi Anda menetapkan makanan seperti ini sebagai standar pilihan makanan di masa mendatang.
  • Jangan berikan madu selama 1 tahun pertama. Madu tidak boleh diberikan untuk bayi dibawah 12 bulan. Jangan tambahkan madu pada makanan bayi anda atau mencelupkan dotnya ke dalam madu. Madu terbukti dapat menyebabkan penyakit serius, botulisme yang dapat menyebabkan kematian.
  • Botol harus digunakan untuk cairan seperti susu formula atau air putih bukan untuk makanan. Apabila tidak direkomendasikan oleh DSA anda, jangan masukkan jus buah, cereal atau makanan semi cair/padat lainnya ke dalam botol susu karena dapat menyebabkan bayi anda makan terlalu banyak.
  • Gunakan boks bayi untuk tidur, bukan untuk makan. Tidur dengan botol susu bisa meyebabkan berbagai masalah untuk bayi anda.
  • Botol berisi susu, jus atau cairan lain yang mengandung gula bisa berkumppul di gigi bayi anda dan menyebakan terjadinya pembusukan gigi, yang disebut nursing-bottle caries - karies susu.
  • Minum dari botol sambil tiduran bisa menyebabkan infeksi telinga bagian tengah. (Suhaemi, 2005)

PRINSIP PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI
  • Berikan makanan yang kaya akan gizi sesuai dengan piramida makanan. Saat ini yang dipakai adalah konsep makanan sehat seimbang seperti yang dituangkan dalam piramida makanan. Segitiga makanan ini akan membantu kita cara memfokuskan dan menseleksi makanan. Porsi terbesar makanan kita adalah yang tertera di paling bawah piramida makanan, yaitu beras dan sereal sedangkan makanan yang kebutuhannya sangat sedikit adalah yang di puncak piramida yaitu lemak dan gula.
  • Tingkatkan tekstur, frekuensi dan porsi makanan secara bertahap Kebutuhan energi dari makanan adalah sekitar 200 kcal/hari untuk bayi usia 6-8 bulan, 300 kcal/hari untuk bayi usia 9-11 bulans, dan 550 kcal/hari untuk anak usia 12-23 bulan
  • Memperhatikan bahan makanan untuk bayi
  • Sediakan makanan buatan sendiri dengan bahan-bahan lokal, perhatikan keamanan dan kebersihan dalam menyiapkan. Menyimpan dan memberikan makanan
  • Pemberian makanan dengan kasih sayang. Pahami kebutuhan dan kondisi bayi. (Djaeni, 2000)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI
a.Sosial Ekonomi
  • Faktor sosial ekonomi sangat berperan dimana sosial ekonomi yang cukup atau baik akan memudahkan mencari pelayanan kesehatan yang lebih baik. Faktor ekonomi berkaitan erat dengan konsumsi makanan atau dalam penyajian makanan keluarga khususnya dalam pemberian MP-ASI. Kebanyakan penduduk dapat dikatakan masih kurang mencukupi kebutuhan dirinya masing-masing. Keadaan umum ini dikarenakan rendahnya pendapatan yang mereka peroleh dan banyaknya anggota keluarga yang harus diberi makan dengan jumlah pendapatan rendah (SKRT, 2004).
b.Status Pekerjaan
  • Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu bagi ibu-ibu yang mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Markum, 2003). Seorang yang memerlukan banyak waktu dan tenaga untuk menyeleseikan pekerjaan yang dianggap penting dan memerlukan perhatian dengan adanya pekerjaan. Masyarakat yang sibuk akan memiliki waktu yang sedikit untuk memperoleh informasi, sehingga tingkat pendidikan yang mereka peroleh juga berkurang, sehingga tidak ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya dan cenderung memberikan MP-ASI pada bayi.
c.Sosial Budaya
  • Faktor sosial budaya sangat berperan dalam proses terjadinya masalah pemberian MP-ASI diberbagai kalangan masyarakat. Unsur-unsur budaya mampu menciptakan suatu kebiasaan untuk memberikan MP-ASI pada bayi dengan alasan bayi tidak akan kenyang dengan diberikan ASI saja.
d.Kemauan Ibu
  • Seorang ibu yang secara tidak sadar berpendapat bahwa menyusui hanyalah merupakan beban saja bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk ukuran tubuhnya, tidak akan dapat menyusui anaknya dengan baik perasaan tersebut mempunyai pengaruh negative terhadap produksi susu . (Kristina, 2007).

KARAKTERISTIK IBU 

1). Tingkat Pendidikan Dalam Pemberian MP-ASI
  • Tingkat pendidikan merupakan jenjang pendidikan terakhir yang ditempuh seseorang tingkat pendidikan merupakan suatu wahana untuk mendasari seseorang berprilaku secara ilmiah.
  • Tingkat pendidikan yang rendah akan susah mencerna pesan atau informasi yang disampaikan (Notoatmodjo, 2003). Pendidikan diperoleh melalui proses belajar yang khusus diselenggarakan dalam waktu tertentu, tempat tertentu dan kurikulum tertentu, namun dapat diperoleh dari bimbingan yang diselenggarakan sewaktu-waktu dengan maksud mempertinggi kemampuan atau ketrampilan khusus. Dalam garis besar ada tiga tingkatan pendidikan yaitu pendidikan rendah, pendidikan menengah, dan tinggi. Masing-masing tingkat pendidikan tersebut memberikan tingkat pengetahuan tertentu yang sesuai dengan tingkat pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan formal yang diperoleh, semakin tinggi pula pengetahuan tentang pemberian MP-ASI yang tepat (Tarmudji, 2003).
2). Umur Ibu
  • Umur adalah lama hidup individu terhitung saat mulai dilahirkan sampai berulang tahun (Nursalam, 2003). Semakin cukup umur, tingkat kematangan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa (Nursalam, 2003).
3). Pengetahuan
  • Dari hasil penelitian (FKUI) tampak bahwa ibu yang berpendidikan rendah sampai menengah lebih cepat memberikan susu botol daripada ibu yang tidak berpendidikan formal. Ibu yang tidak formal sebagian telah mengetahui apa dampak dari pemberian MP-ASI dini sehingga mendorong ibu untuk menyusui bayinya sendiri (Notoatmodjo, 2005).

REFERENSI:
  1. Arikunto, 2005. Prosedur penelitian dengan pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
  2. Binadiknakes, 2001. Elektromedik dan pengembangannya. Edisi No 17.
  3. BKKBN, 2002. Informasi Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
  4. BKKBN, 2004. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi: Kebijakan Program dan Kegiatan tahun 2005-2009. Jakarta: BKKBN.
  5. BKKBN, 2005. Unit Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: BKKBN.
  6. Bhuono, 2005. Strategis Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS. Yoagyakarta: Andi offset.
  7. Manuaba, 2002. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC.
  8. Hartanto, 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
  9. Hastono, 2008. Metode Statistik Inferensial. Jakarta: Universitas Indonesia.
  10. Mansjoer, 2003. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2 Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indoensia.
  11. Notoatmodjo, 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
  12. Nursalam, 2003. Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: Infomedika.
  13. Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitan Ilmu Keperawatan, Edisi III . Jakarta: Salemba Medika.
  14. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 2004. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
  15. Soedigdo, 2002. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis, Jakarta: Binarupa Aksara.
  16. Sugiyono, 2006. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfa Beta.
  17. Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan edisi 4. Jakarta: EGC.
  18. Verralls, 2008. Anatomi dan Fisiologi Terapan dalam Kebidanan Edisi ke 3. Jakarta: EGC
  19. Wiknjosastro, 2006. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar