Jumat, 18 Februari 2011

KONSEP PERAN SUAMI

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP PERAN SUAMI

PENGERTIAN
  • Peran adalah harapan atau standar perilaku yang telah diterima oleh keluarga, komunitas dan kultur. Perilaku didasarkan pada pola yang ditetapkan melalui sosialisasi dimulai tepat setelah lahir. Peran diri adalah pola sikap, perilaku nilai yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya di masyarakat (Kurniawan, 2008).

  • Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).
  • Berkenaan dengan peran suami tersebut dapat dijelaskan berdasarkan teori peran suami dari Gottlieb adalah informasi verbal dan non verbal, saran, bantuan yang nyata yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subyek atau berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya (Wijayakusuma, 2008).
  • Peran suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerja sama yang positif, ikut membantu menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, membantu mengurus anak-anak serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya.
  • Di Indonesia, iklim paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat, turut menjadi faktor yang membebani peran ibu bekerja, karena masih terdapat pemahaman bahwa pria tidak boleh mengerjakan pekerjaan wanita, apalagi ikut mengurus masalah rumah tangga. Masalah rumah tangga adalah kewajiban sepenuhnya seorang istri. Masalah yang kemudian timbul akibat bekerjanya sang istri, sepenuhnya merupakan kesalahan dari istri dan untuk itu ia harus bertanggung jawab menyelesaikannya sendiri (Wijayakusuma, 2008).

BENTUK PERAN SUAMI 

a. Menyimak Informasi tentang kehamilan
  • Menyimak informasi tentang kehamilan dapat membantu suami dalam mengontrol perubahan fisik dan psikologis ibu selama hamil. Jika suami menginginkan jenis perawatan yang diinginkan selama hamil, suami perlu mencari informasi dan mendiskusikan kehamilan dengan tenaga kesehatan. Berbagai informasi mengenai kehamilan bisa didapat dari buku, majalah, koran, tabloid, tenaga kesehatan, atau situs kehamilan di internet. Dengan mengetahui akar masalah yang terjadi maka ibu bisa lebih tenang dalam menjalani kehamilan yang sehat. Ibu jadi tahu mana yang sesuai dengan kondisinya atau tidak. Sebaliknya, jika tidak berusaha mencari tahu tentang kehamilan, tidak mustahil akan timbul berbagai perasaan yang mungkin saja sangat mengganggu kondisi psikis (Nolan, 2004).

b. Kontrol
  • Kontrol bisa dilakukan pada dokter atau bidan. Saat konsultasi, ibu bisa menanyakan tentang kondisi dirinya dan bayi dalam kandungan. Biasanya, bila ibu perlu penanganan lebih serius, dokter atau bidan akan menganjurkan ibu untuk menemui psikolog atau psikiater yang dapat membantu kestabilan emosi. Mengantar ibu kontrol ke dokter, ini penting karena suami harus tahu apa yang terjadi pada istri. Kalau ada keluhan-keluhan dan informasi-informasi penting seputar kehamilan suami juga harus tahu, agar lebih memahami apa yang dirasakan oleh sang istri. Antenatal care merupakan salah satu tindakan skrining pada ibu hamil untuk mencegah komplikasi selama kehamilan dan persalinan nanti (Yohana, 2008).

c. Perhatian Suami
  • Perhatian yang diberikan oleh suami bisa membangun kestabilan emosi ibu. Misalnya, ibu bisa saja meminta suami untuk menemaninya berkonsultasi ke dokter atau bidan agar merasa lebih nyaman karena ada perhatian dari pasangan. Suami dapat memberikan perhatian terhadap keluhan-keluhan yang dirasakan oleh ibu hamil. Perhatian suami dapat dilihat dari membantu ibu dalam menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, mengelus dan memijat punggung ibu. Mengelus perut yang menunjukkan perhatian pada ibu dan bayi yang dapat membangun kestabilan emosi (Yohana, 2008).

d. Jalin Komunikasi
  • Komunikasi sangat dibutuhkan untuk membantu hubungan dengan ibu hamil. Komunikasi yang baik yaitu dengan dua arah dimana suami tidak mendominan semua pembicaraan. Setiap ada masalah suami meminta pendapat ibu untuk menyelesaikan masalah tersebut. Jangan pernah menutupi perubahan dan keluhan yang terjadi pada saat kehamilan, tetapi komunikasikan dengan suami. Dengan begitu diharapkan suami bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Dukungan dari lingkungan, terutama suami, sangat berpengaruh terhadap kekhawatiran ibu dalam menjalani kehamilan. Sebaliknya, perasaan ibu yang dipendam sendiri tidak akan membawa perubahan. Suami tetap tidak acuh dan masalah ibu jadi berkepanjangan (Nolan, 2004).

e. Perhatikan Kesehatan
  • Tubuh yang sehat akan lebih kuat menghadapi berbagai perubahan, termasuk perubahan psikis. Kondisi ini bisa terwujud dengan berolahraga ringan dan memperhatikan asupan gizi. Suami siaga harus siap ketika sewaktu-waktu istri mengalami keluhan sehubungan dengan kehamilannya. Suami yang tenang bisa membuat istri jadi ikut tenang. Suami siaga harus lebih perhatian mengingatkan dan membantu istrinya untuk kontrol teratur, mengingatkan waktu untuk kunjungan ulang.(Yohana, 2008)

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN PERAN SUAMI
  • Menurut Kurniawan (2008) menyangkut struktur kekuasaan keluarga, ada faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan peran suami meliputi:
a. Kelas sosial
  • Fungsi dari peran suami tentu dipengaruhi oleh tuntutan kepentingan dan kebutuhan yang ada dalam keluarga suami sebagai kepala rumah tangga diwajibkan harus siap dengan tanggung jawab yang di embannya.

b. Bentuk keluarga
  • Keluarga dengan orang tua tunggal jelas berbeda dengan orang yang masih lengkap, demikian juga antara keluarga inti dengan keluarga besar yang beragam dalam pengambilan keputusan dan kepentingan akan rawan konflik peran, semakin banyak keluarga semakin banyak pula yang membantu kita dalm berfikir, keputusan keluarga lebih baik dari keputusan individu.

c. Latar belakang keluarga
1). Kesadaran dan kebiasaan keluarga
  • Kesadaran merupakan titik temu atau equilibrium dari berbagai pertimbangan dan perbandingan yang menghasilkan keyakinan. Kebiasaan yang meningkatkan kesehatan yaitu : tidur teratur, sarapan setiap hari, tidak merokok, tidak minum-minuman keras, tidak makan sembarangan, olah raga, pengontrolan berat badan, segala bentuk kegiatan keluarga dimulai dan dikat oleh suatu kebiasaan dan tradisi oleh pendahulunya .
2). Sumber daya keluarga
  • Sumber daya atau pendapatan keluarga merupakan penerimaan seseorang sebagai imbalan atas semua yang telah dilakukan dengan tenaga atau pikiran seseorang terhadap orang lain atau organisasi lain. Dalam pendapatan ada 2 metode yang dilakukan yaitu : KFM (Kebutuhan Fisik Minimum) dan KHM (Kebutuhan Hidup Minimum), segala sesuatu dalam keluarga akan dihargai jika semua pelaksanaanya dimumulai dengan niat dan kerja keras demi keluarganya pula.

3). Siklus keluarga
  • Sesuai dengan fungsi keluarga yang sedang dialami juga merupakan hal yang dapat mempengaruhi peran karena perbedaan kebutuhan dan kepentingan. Di dalam siklus keluarga peran anggota berbeda misalnya ibu berperan sebagai asah, asuh dan asih, ayah sebagai pencari nafkah dan anak tugasnya adalah belajar dan menuntut ilmu.

CARA PENGUKURAN PERAN
  • Menurut Azwar (2005), pengukuran peran dapat dilakukan dengan menggunakan Skala Likert, dengan kategori sebagai berikut:

Pernyataan Positif/Pernyataan Negatif Nilai
Sangat Setuju : SS 4
Setuju : S 3
Tidak Setuju :TS 2
Sangat Tidak Setuju :STS 1

  • Cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual adalah membandingkan skor tersebut dengan harga rata-rata skor kelompok dimana responden tersebut termasuk. Perbandingan relatif ini menghasilkan interpretasi skor individual sebagai lebih atau kurang favorabel dibandingkan dengan rata-rata kelompoknya. Perbandingan tersebut harus dinyatakan dalam satuan deviasi standar kelompok, artinya mengubah skor individual menjadi skor standar atau baku. hasil interpretasi digunakan untuk mengelompokkan peran responden termasuk dalam berperan bila nilai skor :Tresponden > Mean T dan tidak berperan apabila nilai skor : Tresponden ≤ Mean T (Azwar, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Ananta. 2009. Permasalah Pada Kehamilan Muda. Jakarta : Rineka Cipta
  2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta
  3. Azwar. 2005. Sikap Manusia. Jakarta : EGC
  4. Dinkes Jatim. 2009. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.com. Diakses tanggal 15 Maret 2010
  5. Dinkes Jombang. 2009. Standar Pelayanan Minimal Kabupaten Jombang. http://www.dinkes.jombang.go.id. Diakses tanggal 15 Maret 2010
  6. Firdaus. 2006. Tingginya Angka Kematian Di Dunia. http://www.nakita.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  7. Hamilton. 2001. Perawatan Maternitas. Jakarta : EGC
  8. Harymawan. 2007. Mandeteksi Tanda Bahaya Kehamilan. http://www.info-pult.com.id diakses tanggal 10 Maret 2010
  9. Hidayat. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  10. Hidayat. 2009. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  11. Kurniawan. 2008. Bahaya Yang Sering Terjadi Pada Kehamilan Muda. http://www.info-cyber-neth.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  12. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  13. Nolan. 2004. Kehamilan Dan Melahirkan. Jakarta : EGC
  14. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta PT. Rineka Cipta
  15. Nursalam, 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  16. Putriazka. 2007. Kesehatan Reproduksi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC.
  17. Rachmat. 2007. Komplikasi Kehamilan Risiko Tinggi (High Risk). http://www.info-wikipedia.com.id diakses pada tangal 4 Maret 2010
  18. Rusmi, 2006. Perilaku Manusia. Jakarta : PT. Rineka Cipta
  19. Rochjati. 2003. Skrining Antenatal Care Dan Komplikasi Kehamilan. Surabaya : Unair Press
  20. Sugiyono. 2008. Statistik Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
  21. Suririnah. 2008. Tanda Bahaya Pada Kehamilan Trimester I. http://www.kes-pro.com.id diakses tanggal 15 Maret 2010
  22. Tiran. 2007. Kehamilan Dan Permasalahannya. Jakarta : EGC
  23. Utami. 2008. Panduan Kehamilan Sehat. Yogyakarta : Dian Press
  24. Wijayakusuma. 2008. Peran Suami Dalam Mendeteksi Tanda Kehamilan. http://www.ciberindo-aditama. Diakses tyanggal 19 Maret 2010
  25. Yohana. 2008. Peran Suami Dalam Membantu Istri. http://www.info-sehat.com diakses tanggal 02 April 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar