Jumat, 18 Maret 2011

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP ISTIRAHAT TIDUR

DEFINISI ISTIRAHAT TIDUR
  • Kesempatan untuk istirahat dan tidur sama pentingnya dengan kebutuhan makan, aktivitas, maupun kebutuhan dasar lainnya. Setiap individu membutuhkan istirahat dan tidur untuk memulihkan kembali kesehatannya (Tarwoto, 2006).
  • Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun yang berakibat badan menjadi lebih segar. Sedangkan tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda (Tarwoto, 2006).

PENGATURAN TIDUR
  • Tidur merupakan aktivitas yang melibatkan susunan saraf pusat, saraf perifer endokrin kardiovaskuler, respirasi dan muskuloskeletal (Robinson ; 2005, dalam Potter). Tiap kejadian tersebut dapat diidentifikasi atau direkam dengan electroencephalogram (EEG) untuk aktivitas listrik otak, pengukuran tonus otot dengan menggunakan electroniogram (EMG) dan electrooculagram (EOG) untuk mengukur pergerakan mata.
  • Pengaturan dan kontrol tidur tergantung dari hubungan antara dua mekanisme sebebral yang secara bergantian mengaktifkan dan menekan pusat otak untuk tidur dan bangun. Reticular activating system (RAS) di bagian batang otak atas diyakini mempunyai sel-sel khusus dalam mempertahankan kewadpasaan dan kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri, dan sensori raba. Juga menerima stimulus dari korteks serebri (emosi, proses pikir). Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan impuls yang diterima dari pusat otak, reseptor sensori perifer misalnya bunyi, stimulus cahaya, dan sistem limbiks seperti emosi.
  • Seseorang yang mencoba untuk tidur, mereka menurup matanya dan berusaha dalam posisi rileks. Jika ruangan glap dan tenang aktivitas RAS menurun, pada saat itu BSR mengeluarkan serum serotinin.

JENIS-JENIS TIDUR
  • Dalam prosesnya tidur dibagi kedalam dua jenis. Pertama jenis tidur yang disebabkan oleh menurunnya kegiatan dalam sistem pengaktifan reticularis, disebut dengan tidur gelombang lambat karena gelombang otak bergerak sangat lambat atau disebut juga dengan NREM. Kedua jenis tidur yang disebabkan oleh penyaluran abnormal dari isyarat-isyarat dalam otak meskipun kegiatan otak mungkin tidak tertekan secara berarti, disebut dengan tidur paradoks, atau disebut tidur REM.

TIDUR GELOMBANG LAMBAT
  • Jenis tidur ini dikenal dengan tidur yang dalam, istirahat penuh atau juga dikenal dengan istilah tidur nyenyak. Pada tidur jenis ini, gelombang oatk bergerak lebih lambat, sehingga menyababkan tidur tanpa mimpi. Tidur gelombang lambat mempunyai ciri: betul-betul istirahat penuh, tekanan darah menurun, frekuensi nafas menurun, pergerakan bola mata melambat, mimpi berkurang dan metabolisme turun.
  • Perubahan selama proses tidur gelobang lambat adalah melalui elektroensefalografi dengan memperlihatkan gelombang otak berada pada setiap tahap tidur, yaitu: pertama, kewaspadaan penuh; kedua, istirahat tenang; ketiga, tidur ringan, keempat; tidur nyenyak.

TAHAP TIDUR JENIS GELOMBANG LAMBAT (TIDUR NYENYAK)

a. Tahap I
  • Tahap I merupakan tahap transisi antara bangun dan tidur dengan ciri: relaks, masih sadar dengan lingkungan, merasa mengantuk, bola mata bergerak dari samping ke samping, frekuensi nafas dan nadi sedikit menurun, dapat bangun segera selama tahap ini berlangsung selama 5 menit.

b. Tahap II
  • Tahap II merupakan tahap tidur ringandan proses tubuh terus menurundengan ciri sebagai berikut: mata pada umumnya menetap, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperatur tubuh menurun, metabolisme menurun, berlangsung pendek, dan berakhir 10-15 menit.

c. Tahap III
  • Tahap III merupakan tahap tidur dengan ciri denyut nadi dan frekuensi nafas dan proses tubuh lainnya lambat, disebabkan oleh adanya dominasi sistem saraf parasimpatik dan sulit untuk bangun.

d. Tahap VI
  • Tahap VI merupakan tahap tidur dalam, dengan kecepatan jantung dan pernafasan turun, sekresi lambung menurun, dan tonus otot menurun.

TAHAP TIDUR JENIS PARADOKS
  • Tidur jenis ini dapat berlangsung pada tidur malam yang terjadi selama 5-20 menit, rata-rata timbul selama 90 menit. Periode pertama terjadi selam 80-100 menit, akan tetapi jika kondisi orang sangat lelah, maka awal tidur sangat cepat bahkan jenis tidur ini tidak ada.
  • Ciri tidur paradoks :
  1. Biasanya disertai dengan mimpi aktif
  2. Lebih sulit dibangunkan daripada selama tidur nyenyak gelombang lambat
  3. Tonus otot selama tidur nyenyak sangat tertekan, menunjukan inhibisi kuat proyeksi spinal atas sistem pengaktivasi retikularis
  4. Frekuensi jantung dan pernafasan menjadi tidak teratur
  5. Pada otot perifer terjadi gerakan otot yang tidak teratur
  6. Mata cepat tertutup dan terbuka, nadi cepat dan irregular, tekanan darah meningkat, sekresi gaster meningkat, dan metabolisme meningkat
  7. Tidur ini penting untuk keseimbangan mental, emosi juga barperan dalam belajar, memori dan adaptasi.

TAHAPAN TIDUR
  • EEG, EMG, dan EOG dapat mengidentifikasi perbedaan signal pada level otak, otot dan aitivtas mata. Normalnya tidur dibagi menjadi dua yaitu nonrapid eye movement (NREM) dan rapid eye movement (REM). Selama masa NREM seseorang terbagi menjadi empat tahapan dan memerlukan kira-kira 90 menit selama siklus tidur. Sedangkan tahapan REM adalah tahapan terakhir kira-kira 90 menit sebelum tidur berakhir.

  • Tahapan tidur NREM
1). NREM tahap I
  1. Tingkat transisi
  2. Merespons cahaya
  3. Berlangsung beberapa menit
  4. Mudah terbangun dengan rangsangan
  5. Aktivitas fisik menurun, tanda vital dan metabolisme menurun
  6. Bila terbangun terasa sedang bermimpi

2). NREM tahap II
  1. Periode suara tidur
  2. Mulai relaksasi otot
  3. Berlangsung 10-20 menit
  4. Fungsi tubuh berlangsung lambat
  5. Dapat dibangunkan dengan mudah

3). NREM tahap III
  1. Periode suara tidur
  2. Mulai relaksasi otot
  3. Berlangsung 10-20 menit
  4. Fungsi tubuh berlangsung lambat
  5. Dapat dibangunkan dengan mudah
  6. Awal tahap dari keadaan tidur nyentak
  7. Sulit dibangunkan
  8. Relaksasi otot menyeluruh
  9. Tekanan darah menurun
  10. Berlangsung 15-20 menit

4). NREM tahap IV
  1. Tidur nyenyak
  2. Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
  3. Untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
  4. Sekresi lambung menurun
  5. Gerak bola mata cepat
  6. Tahap tidur REM
  7. Lebih sulit dibangunkan dibandingkan dengan tidur NREM
  8. Pada orang dewasa normal REM yaitu 20-25 % dari tidur malamnya
  9. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi mimpi
  10. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga berperan dalam belajar, memori, dan adaptasi.

Karakteristik tidur REM
  1. Mata : cepat tertutup dan terbuka
  2. Otot-otot : kejang otot kecil, otot besar imobilisasi
  3. Pernafasan : tidak teratur, kadang dengan apnea
  4. Nadi : cepat dan ireguler
  5. Tekanan darah : meningkat atau fluktuasi
  6. Sekresi gaster : meningkat
  7. Metabolisme : meningkat, temperatur tubuh naik
  8. Gelombang otak : EEG aktif
  9. Siklus tidur : sulit dibangunkan

POLA TIDUR NORMAL

1). Neonatus sampai dengan 3 bulan
  • Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari.
  • Mudah berespons terhadap stimulus
  • Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM

2). Bayi
  • Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam.
  • Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari.
  • Tahap REM 20-30 %.

3). Toddler
  • Tidur 10-12 jam/hari
  • Tahap REM 25%

4). Preschooler
  • Tidur 11 jam pada malam hari
  • Tahap REM 20%

5). Usia sekolah
  • Tidur 10 jam pada malam hari
  • Tahap REM 18,5%

6). Adolensia
  • Tidur 8,5 jam pada malam hari
  • Tahap REM 20%

7). Dewasa muda
  • Tidur 7-9 jam/hari
  • Tahap REM 20-25 %

8). Usia dewasa pertengahan
  • Tidur ± 7 jam/hari
  • Tahap REM 20%

9). Usia tua
  • Tidur ± 6 jam/hari
  • Tahap REM 20-25 %
  • Tahap IV NREM menurun dan kadang-kadang absen
  • Sering terbangun pada malam hari

FUNGSI DAN TUJUAN TIDUR
  • Fungsi dan tujuan tidur secara jelas tidak diketahui, akan tetapi diyakini bahwa tidur dapat digunakan untuk menjaga keseimbangan mental, emosional, kesehatan, mengurangi strees pada paru, kardiovaskular, endokrin, dll. Energi disimpan selama tidur, sehingga dapat diarahkan kembali pada fungsi selular yang penting. Secara umum terdapat dua efek fisiologis dari tidur, yaitu yang pertama, efek dari sistem saraf yang diperkirakan dapat memulihkan kepekaan normal dan keseimbangan diantara berbagai susunan saraf; dan yang kedua yaituefek pada struktur tubuh dengan memulihkan kesegaran dan fungsi dalam organ tubuh karena selama tidur terjadi penurunan.

KEBUTUHAN TIDUR

Usia  Tingkat Perkembangan  Jumlah Kebutuhan Tidur
0 bulan -1 bulan  Masa neonatus  14-18 jam/hari
1 bulan - 18 bulan  Masa bayi  12-14 jam/hari
18 bulan – 3 tahun  Masa anak  11-12 jam/hari
3 tahun – 6 tahun  Masa pra sekolah  11 jam/hari
6 tahun – 12 tahun  Masa sekolah   10 jam/hari
12 tahun – 18 tahun  Masa remaja  8,5 jam/hari
18 tahun – 40 tahun  Masa dewasa muda  7-8jam/hari
40 tahun – 60 tahun  Masa paruh baya  7 jam/hari
60 tahun ke atas  Masa dewasa tua  6 jam/hari (Alimul, 2006)

GANGGUAN POLA TIDUR SECARA UMUM
  • Gangguan pola tidur secara umum merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami atau mempunyai resiko perubahan dalam jumlah dan kualitas pola istirahat yang menyebabkan ketidak nyamanan atau mengganggu gaya hidup yang diinginkan. Gangguan ini terlihat pada pasien dengan kondisi yang memperlihatkan perasaan lelah, mudah terangsang dan gelisah, lesu dan apatis, kehitaman didaerah sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva merah, mata perih, perhatian terpecah-pecah, sakit kepala dan sering menguap atau mengantuk. Penyebab dari gangguan pola tidur ini antara lain kerusakan transpor oksigen, gangguan metabolisme, kerusakan eliminasi, pengaruh obat, imobilitas, nyeri pada kaki, takut operasi, faktor lingkungan yang mengganggu, dll (Alimul, 2006).

FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDUR

1). Penyakit
  • Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur lebih banyak dari normal. Namun demikian, keadaan sakit menjadikan pasien kurang tidur atau tidak dapat tidur. Misalnya pada pasien dengan gangguan pernafasan seperti asma, bronkitis, penyakit kardiovaskuler, dan penyakit persarafan.

2). Lingkungan
  • Pasien yang biasa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman, kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan menghambat tidurnya.

3). Motivasi
  • Motivasi dapat memengaruhi tidur dan dapat menimbulkan keinginan untuk tetap bangun dan waspada menahan kantuk.

4). Kelelahan
  • Apabila mengalami kelelahan dapat memperpedek periode pertama dari tahap REM.

5). Kecemasan
  • Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf simpatis sehingga mengganggu tidurnya.

6). Alkohol
  • Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan minum alcohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah.

7). Obat-obatan
  • Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur antara lain :
  1. Diuretik : menyebabkan insomnia
  2. Anti depresan : supresi REM
  3. Kafein : meningkatkan saraf simpatis
  4. Beta bloker : menimbulkan insomnia
  5. Narkotika : mensuspensi REM



DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz, A, H. 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika
  2. Aziz, A, H., 2008. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : Salemba Medika
  3. Aziz, A, H., 2008. Keterampilan Dasar Praktik Klinik untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
  4. Aziz, A, H., 2008. Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika
  5. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
  6. Aryo, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  7. Banyu, 2010. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.
  8. Damandiri, 2010. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
  9. Davis, E, 2005. Panduan Relaksasi dan Reduksi Stres. Jakarta: EGC.
  10. Hardi, W, 2000. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
  11. Iwan, 2009. Skala Insomnia (KSPBJ Insomnia Rating Scale). http://www.sleepnet.com 24 Juni 2010; 10.00 WIB
  12. Kusyati E, 2006. Keterampilan Dan Prosedur Laboratorium. Jakarta: EGC.
  13. Mar, E, 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatanya. Jakarta: Salemba Medika.
  14. Martono, 2005. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.

  15. , 2006. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Tangerang: Karisma.
  16. Nugroho W, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC
  17. Nursalam, 2007. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  18. Perry, A, 2005. Buku Saku Keterampiln Dan Prosedur Dasar. Jakarta: EGC
  19. Potter A, P, 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta: EGC
  20. Purnomo,W, 2006. Teknik Penulisan Usulan Penelitian Kualitatif Dan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Kesehatan. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga.
  21. Ramaiyah, 2009. Yoga Untuk Kesehatan. Tangerang: Karisma
  22. Robinson, 2005. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  23. Setyoegoro, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: EGC.
  24. Suryabarata, 2010. Metodologi Penelitian. Jakarta: RajaGrafindo Persada
  25. Wahjudi, 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: EGC.
  26. Tarwoto, W, 2006. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  27. Widyantoro, 2010. Yoga yuk, biar fit. Jakarta: Raketindo Primedia Mandiri.
  28. Worby, 2007. Memahami Segala Tentang Yoga. Tangerang: Karisma

1 komentar:

  1. terima kasih infonya pak dokter, jangan lupa mampir ke blog saya http://www.emingko.com

    BalasHapus