Minggu, 03 April 2011

AMENOREA

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP AMENOREA

PENGERTIAN
  • Amenorea ialah keadaan tidak adanya haid untuk sedikitnya 3 bulan berturut-turut. Lazim diadakan pembagian antara amenorea primer dan amenorea sekunder. Kita berbicara tentang amenorea primer apabila seorang wanita berumur 18 tahun ke atas tidak pernah mendapat haid, sedang pada amenorea sekunder penderita pernah mendapat haid, tetapi kemudian tidak dapat lagi (Wiknjosastro, 2008)
  • Amenorea adalah tidak ada atau berhentinya menstruasi secara abnormal yang mengiring penurunan berat badan akibat diet penurunan berat badan dan nafsu makan tidak sehebat pada anoreksianervosa dan tidak disertai problem psikologik (Kumala, 2005)
  • Amenorea primer umunya mempunyai sebab-sebab yang lebih berat dan lebih sulit untuk diketahui, seperti kelainan-kelainan kongenital dan kelainan-kelainan genetik. Adanya amenorea sekunder lebih menunjuk kepada sebab-sebab yang timbul kemudian dalam kehiduapan wanita, seperti gangguan gizi, gangguan metabolisme, tumor-tumor, penyakit infeksi, dan lain-lain. Istilah kriptomenorea menunjuk kepada keadaan di mana tidak tampak adanya haid karena darah tidak keluar berhubung ada yang menghalangi misalnya pada ginatresia himenalis, penutupan kanalis servikalis dan lain-lain. Selanjutnya, ada pula amenorea fisiologik, yakni yang terdapat dalam masa sebelum pubertas, masa kehamilan, masa laktasi, dan sesudah menopause.

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMENGARUHI AMENOREA

1. Faktor Internal

a. Organ Reproduksi
  • Faktor yang mempengaruhi amenorea adalah vagina tidak tumbuh dan berkembang dengan baru, rahim yang tidak tumbuh, indung telur yang tidak tumbuh. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih komplek pada rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna. Kelainan ini disebut ogenesis genitalis bersifat permanen artinya wanita tersebut tidak akan mendapatkan haid selama lamanya (Pardede, 2002).
b. Hormonal
  • Alat rerpoduksi wanita merupakan alat akhir (endorgan). Yang dipengaruhi oleh system hormonal yang komplek. Rangsangan yang datang dari luar masuk dipusat panca indra diteruskan melalui Striae terminalis menuju pusat yang disebut “Puberitas Inhibitor” dengan hambatan tersebut tidak terjadi rangsangan terhadap hypothalamus, yang akan memberikan rangsangan pada “Hipofise Pars Posterior” sebagai “Mother of Glad” (pusat kelenjar-kelenjar). Rangsangan yang terus menerus datang di tangkap panca indera, dengan makin selektif dapat lolos menuju hypothalamus dan selanjutnya terus menuju hipotalamus dan selanjutnya terus menuju hipofise anterior (depan) mengeluarkan hormon yang dapat merangsang kelenjar untuk mengeluarkan hormon spesifiknya yaitu kelenjar tyroid memproduksi hormone tiroksin, kelenjar indung telur memproduksi hormon estrogen dan progesteron, sedangkan kelenjar adrenal menghasilkan hormon adrenalin. Pengeluaran hormon spesifik sangat penting untuk tumbuh kembang mental dan fisik (Pardede, 2002).
  • Perubahan yang berlangsung dalam diri wanita dikendalikan oleh hypothalamus yakni suatu bagian tertentu pada otak manusia. Kurang lebih wanita mengalami datang bulan atau haid, maka hypothalamus itu mulai menghasilkan zat kimia, atau yang kita sebut sebagai “hormon” yang akan dilepaskannya. Hormon pertama yang dihasilkan adalah perangsang kantong rambut (FSH : Folikel Stimulating Hormon). Hormon ini merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam indung telur. Terangsang oleh FSH ini, maka folikel itupun menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada dan alat kemaluan wanita. Meningkatkan taraf estrogen itu dalam darah mempunyai pengaruh pada hypothalamus yang disebut “Feed back negative”. Hal ini menyebabkan faktor berkurangnya faktor pelepasan FSH, akan tetapi juga membuat hypothalamus melepaskan suatu zat yang kedua yakin faktor pelepas berupa hormon lutinasi pada gilirannya pula hal ini menyebabkan kelenjarnya bawah otak melepaskan hormon lutinasi, (LH : Lutinishing Hormon) (Winkjosastro, 2008).
  • Hormon LH ini menyebabkan salah satu folikel itu pecah dan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya pembuahan. Folikel yang tersisa akan berantakan dan di kenal dengan “korpus luteum”. Yang selanjutnya menghasilkan estrogen, lalu mulai mengeluarkan suatu zat baru yang disebut progesterone ini mempersiapkan garis alas dari rahim untuk menerima dan memberi makanan bagi sebuah sel telur yang telah dibuahi apabila sel telur tidak di buahi maka taraf estrogen dan progesterone dalam aliran darah akan merosot, sehingga menyebabkan garis alas menjadi pecah-pecah (Pardede, 2002).
c. Penyakit
  • Beberapa penyakit kronis yang menjadi penyebab terganggunya siklus haid, kanker payudara dan lain-lain. Kelainan ini menimbulkan berat badan yang sangat rendah sehingga datangnya haid akan terganggu (Suhaemi, 2006).

2. Faktor Eksternal

a.Status Gizi
  • Kecukupan pangan yang esensial baik kualitas maupun kuantitas sangat penting untuk siklus menstruasi. Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan yang mengandung zat gizi. Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu untuk memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan (Soetjiningsih, 2004).
  • Beberapa ahli mengatakan perempuan dengan jaringan lemak yang lebih banyak, lebih lama mengalami menstruasi dari pada wanita yang kurus (Pardede, 2002).
b. Gaya hidup
  • Gaya hidup ialah perilaku atau tingkah laku manusia sehari-hari yang merupakan kebiasaan dan berbeda antara individu yang satu dan yang lain. Mengetahui hal ini berarti mengetahui apa yang dapat dijual kepada mereka, juga dimana atau cara bagaimana mereka dapat dijangkau. Gaya hidup boleh kita artikan, pola tingkah laku sehari-hari yang patut dijalankan oleh suatu kelompok sosial di tengah masyarakat, sesuai tuntunan agama. Seperti melakukan kebiasaan yang baik untuk menciptakan hidup sehat setiap hari, sebaliknya menghindari kebiasaan buruk yang berpotensi mengganggu kesehatan (Rhenald, 2001).
  • Gaya hidup yang tidak pernah olahraga dan beraktivitas fisik dapat menyebabkan gangguan pada tubuh yaitu terganggunya siklus menstruasi. Makan dengan porsi yang cukup dan sesuai jadwal serta mengandung gizi seimbang (4 sehat 5 sempurna) dapat menyebabkan kondisi tubuh terasa fit dan terhindar dari kekurangan gizi sehingga siklus menstruasi berjalan normal (Soetjiningsih, 2002).

KLASIFIKASI AMENOREA PATOLOGIK
  • Seperti dikatakan di atas, amenorea primer dan amenorea sekunder masing-masing mempunyai sebab-sebab sendiri, pada amenorea primer kelainan gonad memegang peranan penting. Akan tetapi, banyak sebab ditemukan pada kedua jenis amenorea, oleh karena itu, klasifikasi di bawah ini mencakup sebab-sebab pada amenorea primer dan amenorea sekunder.
  1. Gangguan Organik Pusat, Sebab Organik : Tumor, radang, destruksi
  2. Gangguan Kejiwaan seperti: Syok emosional, psikosis, anoreksi, nervosa, pseudosiesis
  3. Gangguan poros hipotalamus – hipofisis seperti: sindrom amenorea-galaktorea, sindrom stein-laventhal, amenorea hipotalamik,
  4. Gangguan hipofisis sidrom sheehan dan penyakit simmonds, Tumor, Adenoma Basofil (Penyakit Cusching, Ademona Asidofiil (Penyakit Gigantisme), ademona Kromofob (Sindrom Forbes-Albright)
  5. Gangguan Gonad seperti: Kelainan Kongnital, Disgenesis ovarii (sindrom Turner), Sindrom Testicular feminization, Menoupause Prematur,The Intensitive Ovary, Penghentian fungsi ovarium karena operasi, radiasi, radang, dan sebagainya,Tumor sel-granulosa, sel-teka, sel-hilus, adrenal, arenoblastoma,
  6. Gangguan Glandula Suprarenalis Sindrom adrenogenital, Sindrom Chushing, Penyakit Addison,
  7. Gangguan Glandula Tiroidea, Hipotireoidi, Hipertireoidi, Kretinnisme Gangguan Pankreas, Diabeter Mellitus, Gangguan Uterus, vagina, Aplasia dan Hipoplasia uteri, Sindrom Asherman, Endometritis tuberkulosa, Histerektomi, Aplasia vagine,
  8. Penyakit – penyakit umum seperti: Penyakit umum, Gangguan Gizi Obesitas
  9. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid. Premenstrual Tension merupakan keluhan-keluhan yang biasanya mulai satu minggu sampai beberapa hari sebelum datangnya haid, dan menghilang sesudah haid datang, walaupun kadang-kadanag berlangsung terus sampai haid berhenti. Gejala-gejala yang tidak seberapa berat banyak dijumpai, terutama pada wanita-wanita berumur antara 30 dan 45 tahun. Keluhan-keluhan terdiri atas gangguan emosional berupa iritabilitas, gelisah. Insomnia, nyeri kepala, perut kembung, mual, pembersaran dan rasa nyeri pada mamma, dan sebagainya, sedangkan pada kasus-kasus yang berat terdapat depresi, rasa ketakutan, gangguan konsntrasi dan peningkatan gejala-gejala fisik tersebut di atas.
  10. Gangguan pola Menstruasi. Semua sistem kontrasepsi progestogen mengubah pola menstruasi, tetapi mekanisme yang mendasari gangguan menstruasi ini masih belum banyak dipahami. Perubahan-perubahan ini tidak dapat diduga, bervariasi sampai beberapa tingkat terhadap metode dan sangat bervariasi antara masing-masing wanita. Pada sebagian besar pemakaian (kontrasepsi progestrogen) terjadi peningkatan insidensi bercak darah yang tidak teratur dan sedikit atau perdarahan diluar siklus, kadang-kadang berkepanjangan, dan kadang-kadang dengan oligominore atau bahkan amenorrhea (Hanafi, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul. 2003. Metode Penelitian Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
  2. Alimul. 2007 Metode Penelitian Kebidanan dan Tehnik Analisis Data. Jakarta Salemba Medika.
  3. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta.
  4. BKKBN. 2005. Journal of Akseptor KB di Indonesia (Internet). Available from : (http://www.bkkbn.com) (Accessed March 15, 2008).
  5. Depkes RI 2008. Pelayanan Kontrasepsi Available from : (http//.www.depkes-ri.co.id) (Accessed March 15, 2010).
  6. Everett.2008. KB dan Masalah Kesehatan Reproduksi. Jakarta:EGC
  7. Hartanto.2003. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
  8. Hanafi. 2001. Buku Acuan Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : ISBN
  9. Hidayati. 2009. Buku Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta:Salemba Medika
  10. Kumala.2005. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.
  11. Kardianan.2009. Journal of Pelayanan Kontrasepsi (Internet). Available from : (http//.www.info-kia.com.id) (Accessed 15 Juli 2009).
  12. Kurniawan.2008. Ilmu Perilaku. Jakarta:PT. Rineka Cipta
  13. Mitrianti.2009. Peran dan Faktor Yang Mempengaruhi. http://www.pt.bangun setya wacana. Diakses tanggal 15 Juli 2009
  14. Mochtar, Rustam. 2002. Sinopsis Obstetri : Obstetri Operatif, Obstetri Sosial. EGC. Jakarta.
  15. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  16. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta. Jakarta.
  17. Nursalam. 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta.
  18. Pardede.2002. Jenis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Salemba Medika
  19. Rhenald.2001. Kesehatan Reprodukssi da Masalahnya. Jakarta: PT Rhineka Cipta
  20. Soetjiningsih.2002.Tumbuh Kembang.Jakarta:EGC
  21. Saifudin.2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.
  22. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung.
  23. Suhaemi.2006.Kontrasepsi Implant. http//www.suhaemi.web.block. Akses 20 Maret 2010
  24. Sulistyo.2009. Farmakologi dan Terapi. Jakarta:FKUI
  25. Winknjosastro.2008.Ilmu Kandungan. YBPSP. Jakarta
  26. Wiranti.2009. Karakteristik Pola Menstruasi. Availabel online at (http://www.anknya.wordpress.com/wp-loging/php) (Accessed Juni 15, 2009).


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar