Sabtu, 06 Agustus 2011

DIARE

Dr. Suparyanto, M.Kes

DIARE

1.Pengertian Diare
  • Diare adalah sebuah penyakit di mana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih memiliki kandungan air berlebihan. Di Dunia ke-3, diare adalah penyebab kematian paling umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun (Utami, 2005).
  • Diare ialah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula bercampur lendir dan darah atau lendir saja (Soetjiningsih, 2004).
  • Diare atau gastroenteritis (GE) adalah suatu infeksi usus yang menyebabkan keadaan faeces bayi encer dan/atau berair, dengan frekuensi lebih dari 3 kali perhari, dan kadang disertai muntah. Muntah dapat berlangsung singkat, namun diare bisa berlanjut sampai sepuluh hari. Kondisi ini dapat merupakan gejala dari luka, penyakit, alergi (fructose, lactose), penyakit dari makanan atau kelebihan vitamin C dan biasanya disertai sakit perut, dan seringkali mual dan muntah. Ada beberapa kondisi lain yang melibatkan tapi tidak semua gejala diare, dan definisi resmi medis dari diare adalah defekasi yang melebihi 200 gram per hari (Safitri, 2006).

2.Penyebab Diare
  1. Virus (penyebab diare tersering dan umumnya karena Rotavirus) gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, tidak ada darah lendir, berbau asam.
  2. GE (Gastro enteritis atau flu perut) terbanyak karena virus.
  3. Bakteri. Berak-berak dengan darah/lendir, sakit perut. Memerlukan antibioka sebagai terapi pengobatan.
  4. Parasite (Giardiasis). Berak darah positif atau negatif dan lendir, sakit perut perlu antiparasite agar parasit yang ada didalam perut mati sehingga diare dapat teratasi.
  5. Anak sedang terapi dengan pemakaian antibiotika. Bila diare terjadi saat anak sedang dalam pengobatan antibiotika, maka hubungi dokter anda.
  6. Alergi susu formula, diare biasanya timbul beberapa menit atau jam setelah minum susu tersebut, biasanya pada alergi susu sapi dan produk-produk yang terbuat dari susu sapi.
  7. Infeksi dari bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain; misalnya infeksi saluran kencing, infeksi telinga, campak dll.
  8. Pengolahan makanan yang salah
  9. Konsumsi alkohol yang berlebihan, terutama dalam seseorang yang tidak cukup makan.
  10. Tumbuhnya gigi pada anak sering disertai diare. Hal ini diduga berhubungan dengan kondisi psikologis anak.
  11. Kepekaan terhadap suatu makanan dalam diet. Diet yang salah misalnya mengurangi makan dan mengkonsumsi obat-obat pelangsing dapat menyebabkan diare.
  12. Terlalu banyak buah, sari buah (terutama apel atau anggur) atau makan jenis pencahar lainnya.

Menurut Nelson (2003) faktor penyebab diare, antara lain :

a. Faktor infeksi
  • Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare pada balita. Jenis infeksi yang umumnya menyerang adalah sebagai berikut :
  1. Infeksi bakteri oleh kuman E.colly, salmonella, dan vibrio cholerae (kolera).
  2. Infeksi basil (disentri)
  3. Infeksi virus, entero virus dan adeno virus.
  4. Infeksi parasit oleh cacing (Asculis)
  5. Infeksi jamur (candidiasis)
  6. Infeksi akibat orang lain (radang tonsil dan radang tenggorokan).

b. Faktor Malabsorsi

1). Malabsorbsi karbohidrat
  • Kepekaan balita ke dalam laktobacillus ke dalam susu formula menyebabkan diare, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah perut jika sering terkena diare maka pertumbuhan anak akan terganggu.
2). Malabsorbsi lemak
  • Dalam makanan terdapat lemak yang disebut trigliserida dengan bantuan kelenjuar limpase mengubah lemak menjadi unisel yang siap absorbinya di usus. Jika tidak ada lipase akan terjadi kerusakan mukosa usus. Diare dapat muncul karena lemak tidak terserat dengan baik.
c). Faktor makanan
  • Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun, terlalu banyak lemak, sayuran mentah dan kurang matang.
d). Faktor psikologis
  • Rasa takut, cemas dan tegang jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare kronis.

3.Jenis Diare
  • Karakteristik diare :
a. Mayor (harus terdapat satu atau lebih)
  1. Feses lunak, cair atau
  2. Peningkatan frekuensi defekasi
b. Minor (mungkin terdapat)
  1. Dorongan
  2. Kram atau nyeri abdomen
  3. Frekuensi bising usus meningkat
  4. Peningkatan dalam keenceran atau volume feses. (Lynda Juall, 2006).

  • Penatalaksanaan diare bergantung pada jenis klinis penyakitnya, yang dengan mudah ditentukan saat anak pertama kali sakit. Pemeriksaan laboratorium tidak diperlukan. Empat jenis klinis diare antara lain:
  1. Diare akut bercampur air (termasuk kolera) yang berlangsung selama beberapa jam/hari: bahaya utamanya adalah dehidrasi, juga penurunan berat badan jika tidak diberikan makan/minum
  2. Diare akut bercampur darah (disentri): bahaya utama adalah kerusakan usus halus (intestinum), sepsis (infeksi bakteri dalam darah) dan malnutrisi (kurang gizi), dan komplikasi lain termasuk dehidrasi.
  3. Diare persisten (berlangsung selama 14 hari atau lebih lama): bahaya utama adalah malnutrisi (kurang gizi) dan infeksi serius di luar usus halus, dehidrasi juga bisa terjadi.
  4. Diare dengan malnutrisi berat (marasmus atau kwashiorkor): bahaya utama adalah infeksi sistemik (menyeluruh) berat, dehidrasi, gagal jantung, serta defisiensi (kekurangan) vitamin dan mineral (Safitri, 2006).
4. Gejala Diare
  1. Tinja yag encer : tinja tampak seperti air cucian beras atau air tajin
  2. Lebih sering buang air besar : frekuensi buang air besar meningkat sehingga mengakibatkan dehidrasi yang disertai keadaan turgor kulit menurun, mata cekung.
  3. Tinja berlendir
  4. Muntah : timbulnya muntah disebabkan karena asam lambung meningkat.
5. Pencegahan Diare
  • Diare tidak selalu dapat dicegah, tetapi resikonya dapat dikurangi :
  1. Teruskan Pemberian Air Susu Ibu (ASI)
  2. Melarutkan sari buah yg diberikan kepada bayi; membatasi jumlah total pemberian sari buah (beberapa bayi dan anak kecil diketahui mengalami diare khronis akibat meminum sekitar 1 liter sari apel atau anggur setiap harinya).
  3. Menerapkan perilaku mencuci tangan dengan sabun pada saat yang tepat. Waktu yang tepat di sini menunjukkan pada aktivitas berkontak langsung dengan benda-benda yang kotor.
  4. Perhatikan kebersihan dan gizi yang seimbang untuk pemberian makanan pendamping ASI setelah bayi berusia 4 bulan.
  5. Ingat untuk menjaga kebersihan dari makanan atau minuman yang kita makan. Juga kebersihan perabotan makan ataupun alat bermain si kecil.

6. Penatalaksanaan Diare

a. Untuk bayi yang menyusui ASI
  1. Hentikan makanan padat
  2. Berikan cairan suplemen cairan jernih
  3. Lanjutkan menyusu ASI
b. Untuk bayi menyusu formula
  1. Hindari cairan cairan carbohidrat tinggi (mis: minuman ringan gelatin,jus jeruk, minuman berkafein,kaldu ayam atau daging)
  2. Gunakan larutan rehidrasi oral (mis: Pedialite, lytran, reselite, resol). Berikan 60-80 ml/kg selama lebih dari dua jam untuk diare ringan sampai sedang.
  3. Secara bertahap tambahan pada diet reguler (kecuali produk susu setelah 36 sampai 48 jam setelah 3 sampai 5 hari, secara bertahap tambahkan susu skim pada susu encer sampai menjadi susu kental.
  4. Secara bertahap kenalkan formula (formula encer pada formula kental)
  5. Jelaskan diet BRATT (banana, rice, aplecouce, teh dan touse) untuk mengatasi efek diare

c. Penatalaksanaan diare yang lain, antara lain :
  1. Lakukan observasi awal penyebab diare..
  2. Anak penderita diare ringan tetap dapat mengkonsumsi makanan biasa, termasuk susu. ASI tetap dapat diberikan.Jika anak terlihat kembung setelah minum susu sapi atau formula, hubungi DSA. Diskusikan kemungkinan mengganti susu. Biasanya susu yang digunakan yaitu susu free-lactose (FL). Cairan khusus (pengganti cairan tubuh) umumnya belum diperlukan pada anak penderita diare ringan.
  3. Anak penderita diare sedang dapat dirawat di rumah dengan pengawasan ekstra dan petunjuk dari DSA-nya.
  4. Jangan membuat sendiri cairan ini. Takaran dan kandungan dari oralit sangat kompleks.
  5. Untuk diare berat dengan gejala-gejala dehidrasi berat harus diberi cairan infus.
  6. Banyak minum (paling sedikit 55 cc air setiap jam) untuk menggantikan cairan yg hilang melalui diare.
  7. Lanjutkan makanan padat, jika bayi sudah biasa makan makanan padat.
  8. Jika ada muntah, makanan padat biasanya tidak diberikan sampai muntah ini berhenti. Tetapi tawarkan cairan yang bening (sari buah yang diencerkan atau cairan rehidrasi, jika dianjurkan oleh dokter) atau untuk anak yg sudah lebih besar, tawarkan es lilin yang dibuat dari sari buah yang diencerkan.
  9. Ketika tinja mulai normal kembali, biasanya setelah dua atau tiga hari, dokter akan menganjurkan anda untuk kembali ke diet bayi yang biasanya, tetapi tetap membatasi susu dan produk susu lainnya (kecuali asi atau susu formula untuk satu atau dua hari lebih lama.
  10. Pada diare yang berlangsung selama dua minggu atau lebih, pada bayi yang minum susu botol, dokter mungkin menganjurkan perubahan susu formulanya.
  11. Pengobatan untuk membantu meringankan gejala :
a.  Loperamide (“Imodium”)
  • Petunjuk penggunaan: untuk mengawali, konsumsi dua butir tablet. Kemudian gunakan satu tablet tiap kali anda buang air besar (jangan konsumsi lebih dari 8 tablet dalam jangka waktu 24 jam). Jangan berikan obat ini pada bayi, anak-anak dan wanita hamil.
b. Bismuth subsalicylate (“Pepto-bismol”)
  • Pentunjuk penggunaan: apabila anda menggunakan tablet, minum dua butir tablet tiap 30 menit hingga diare berkurang. Jangan mengkonsumsi lebih dari 16 tablet dalam jangka waktu 24 jam. Apabila anda menggunakan obat cair, minum 6 sendok teh (30 mls) setiap 30 menit hingga diare berkurang. Jangan mengkonsumsi obat lebih dari 8 kali dalam jangka waktu 24 jam. Jangan berikan pada bayi dan anak-anak. (Suririnah, 2007)
7. Kriteria Dehidrasi Karena Diare
  • Derajat dehidrasi dinilai dari tanda dan gejala yang menggambarkan kehilangan cairan tubuh. Pada tahap awal, yang ada hanya mulut kering dan rasa haus. Seiring meningkatnya dehidrasi, muncul tanda-tanda seperti: meningkatnya rasa haus, gelisah, elastisitas (turgor) kulit berkurang, membran mukosa kering, mata tampak cekung, ubun-ubun mencekung (pada bayi), dan tidak adanya air mata sekalipun menangis keras.
a. Dehidrasi minimal atau tanpa dehidrasi (kehilangan < 3% cairan tubuh) 
  1. Status mental: baik, waspada 
  2. Rasa haus: minum baik, mungkin menolak cairan 
  3. Denyut nadi: normal 
  4. Kualitas kecukupan isi nadi: normal 
  5. Pernapasan: normal 
  6. Mata: normal 
  7. Air mata: ada 
  8. Mulut dan lidah: lembap (basah) 
  9. Elastisitas kulit: cepat kembali setelah dicubit 
  10. Pengisian kapiler darah: normal 
  11. Suhu lengan dan tungkai: hangat 
  12. Produksi urin: normal sampai berkurang 
b.Dehidrasi ringan sampai sedang (kehilangan 3 – 9% cairan tubuh) 
  1. Status mental: normal, lesu, atau rewel 
  2. Rasa haus: haus dan ingin minum terus 
  3. Denyut nadi: normal sampai meningkat 
  4. Kualitas kecukupan isi nadi: normal sampai berkurang 
  5. Pernapasan: normal; cepat 
  6. Mata: agak cekung 
  7. Air mata: berkurang 
  8. Mulut dan lidah: kering 
  9. Elastisitas kulit: kembali sebelum 2 detik 
  10. Pengisian kapiler darah: memanjang (lama) 
  11. Suhu lengan dan tungkai: dingin 
  12. Produksi urin: berkurang 
c. Dehidrasi berat (kehilangan > 9% cairan tubuh)
  1. Status mental: lesu, sampai tidak sadar
  2. Rasa haus: minum sangat sedikit, sampai tidak bisa minum
  3. Denyut nadi: meningkat, sampai melemah pada keadaan berat
  4. Kualitas kecukupan isi nadi: lemah, sampai tidak teraba
  5. Pernapasan: dalam
  6. Mata: sangat cekung
  7. Air mata: tidak ada
  8. Mulut dan lidah: pecah-pecah
  9. Elastisitas kulit: kembali setelah 2 detik
  10. Pengisian kapiler darah: memanjang (lama), minimal
  11. Suhu lengan dan tungkai: dingin, biru
  12. Produksi urin: minimal (sangat sedikit) (Safitri, 2006)

d. Penanganan Dehidrasi Karena Diare Di Rumah

1). Pemberian makanan bayi
  • Jika ibu menyusui, ASI terus diberikan dan diberikan lebih sering. Bayi dengan susu formula boleh diberikan cairan rehidrasi oral selama 12 jam pertama, setelah itu dilanjutkan dengan pemberian susu formula lebih sedikit dari jumlah yang biasa diberikan, namun diberikan lebih sering.
2). Cairan Rehidrasi Oral (CRO)/Clear fluid
  • Anak dengan diare harus terus minum CRO atau clear fluid. CRO yang kita kenal bisanya oralit (dalam bentuk kantung sachet dengan atau tanpa rasa tambahan) atau CRO khusus anak (yang tersedia dalam kemasan botol plastik dengan aneka rasa). Cairan tersebut dapat dibeli di apotek atau toko obat, tapi bila tidak tersedia dapat diberikan CRO lain seperti yang disebutkan di bawah ini. Untuk bayi hingga usia sembilan bulan, pembuatan CRO harus menggunakan air mendidih yang telah didinginkan.
  • Cara membuat CRO
  1. Oralit satu sachet dilarutkan dengan dua gelas (400 ml) air
  2. CRO khusus anak (kemasan botol) siap digunakan
  3. Larutan gula satu sendok makan gula dilarutkan dengan dua gelas (200 ml) air
  4. Limun (bukan yang rendah kalori) satu gelas limun dilarutkan dgn 4 gelas (800mL) air
  5. Jus Buah satu gelas jus dilarutkan dengan empat gelas (800 ml) air . Perhatian : Minuman mengandung gula harus diencerkan, karena terlalu banyak gula pada bayi kecil dapat memperberat diare. (Safitri, 2006)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul Aziz.2003. Metode dan Riset Keperawatan. PT.Rineka Cipta. Jakarta.
  2. Amirudin. 2007. Praktik Menyusui di Dunia. http://www.nakita.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
  3. Arikunto, S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
  4. BKKBN, 2008. Cakupan ASI Eksklusif. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal 7 Maret 2009.
  5. Dinkes, Jatim. 2007. Standar Pelayanan Minimal. http://www.dinkes-jatim.com. diakses tanggal 7 Maret 2009.
  6. Heather. 2001. Promosi ASI Eksklusif. http://www.info-balita.com.id diakses tanggal 7 Maret 2009.
  7. Jensen. 2005. Kebutuhan Cairan Ibu Menyususi. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal 7 Maret 2009.
  8. Kristina.2007. ASI Eksklusif dan Diare. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
  9. Linda, Juall.2006. Diagnosa Keperawtan. Jakarta:EGC
  10. Lita. 2007. Rendahnya Pemberian ASI. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal 7 Maret 2009.
  11. Nazir. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia
  12. Markum.2003.Diare Pada Balita. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7 April 2009
  13. Notoatmodjo. 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  14. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  15. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
  16. Nursalam, 2003. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
  17. Pekey. 2007. Prevalensi Pemberian ASI. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal 7 April 2009.
  18. Safitri.2006. ASI Eksklusif. http://www.info ibu.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
  19. SKRT.2004. Angka Kejadian Diare. Jakarta:PT. Rineka Cipta
  20. Suciningsih.2004.Susu Formula dan Diare. http://www.kompas.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
  21. Sugiyono. 2006. Statistik Untuk Kesehatan. ALFABETA. Bandung
  22. Supariasa.2001. Pemantauan Status Gizi. Jakarta:EGC
  23. Suradi, 2006. ASI Menyelamatkan Jiwa Bayi. http://www.kompas.com. diakses tanggal 7 Maret 2009
  24. Suririnah. 2007.Faktor Penyebab Diare. http://WWW. Info-Balita.com.id diakses pada tanggal 7 Maret 2009
  25. Tarmudji.2003.Faktor Pemberian ASI Eksklusif. Jakarta:Salemba Medika
  26. Utami, Roesli. 2004. ASI dan Manfaatnya. http://www.Pikiran-Rakyat.com. diakses tanggal 7 Maret 2009.
  27. Utami. 2005. Diare Pada Balita. . http: // WWW. Info-kia.com. id diakses pada tanggal 7 Maret 2009
  28. Warta.2006. Diare. http: // WWW. Info-balita.com. id diakses pada tanggal 7 Maret 2009





Tidak ada komentar:

Posting Komentar