Kamis, 20 Oktober 2011

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Dr. Suparyanto, M.Kes

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

1.Definisi
  • Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bisa cukup bulan atau pun kurang bulan tanpa memandang masa gestasi .
  • BBLR dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, BBL sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1.500 gram. Kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501 - 2.499 gram.
  • Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
  • Dikatakan dr. Caroline, ada dua tipe BBLR.:
  1. BBLR tipe prematur, yakni bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu). 
  2. BBLR tipe KMK (kecil masa kehamilan), yaitu bayi yang lahir cukup bulan – usia kehamilan 38–40 minggu - tetapi memiliki berat badan kurang. 

2. Penyebab BBLR 
  1. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. 
  2. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. 
  3. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar / ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. 

1.Faktor ibu 
  1. Penyakit. Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain. 
  2. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. 
  3. Usia Ibu dan paritas. Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia yang relative muda. 
  4. Faktor kebiasaan ibu. Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. 
2.Faktor janin 
  1. Prematur
  2. Hidramion
  3. Kehamilan kembar/ganda (gemeli)
  4. Kelainan kromosom. 

3.Faktor lingkungan 
  • Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun. 

4.Faktor nutrisi 
  • Nutrisi kurang / status gizi yang rendah ditandai ukuran Lila < 23,5 cm memberikan gambaran / tafsiran berat badan janin rendah atau dibawah normal. 

3. Komplikasi 

  • Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain: Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia 
  • Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain: Gangguan perkembangan 
  1. Gangguan pertumbuhan 
  2. Gangguan penglihatan (Retinopati) 
  3. Gangguan pendengaran 
  4. Penyakit paru kronis 
  5. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit 
  6. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan 

4. Diagnosis 

  • Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu dua jam postpartum dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang 

5. Anamnesis 

  • Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR: 
  1. Umur ibu. 
  2. Riwayat hari pertama haid terakir. 
  3. Riwayat persalinan sebelumnya. 
  4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya. 
  5. Kenaikan berat badan selama hamil. 
  6. Aktivitas. 
  7. Penyakit yang diderita selama hamil.\ Obat-obatan yang diminum selama hamil 

6. Pemeriksaan Fisik 

  • Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: 
  1. Berat badan kurang dari 2500gr 
  2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) 
  3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). 

7. Pemeriksaan penunjang 

  • Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 
  1. Pemeriksaan skor ballard 
  2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan 
  3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektroli dan analisa gas darah. 
  4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. 
  5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 28minggu 

8. Penatalaksanaan/ terapi 

A. Medikamentosa 
  • Pemberian vitamin K1: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 
 B. Diatetik 
  • Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut: Berat lahir 1750 – 2500 gram 
1.Bayi Sehat 
  • Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. 
2.Bayi Sakit 
  • Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: 
  1. Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. 
  2. Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. 
  3. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. 

9. Suportif 

  • Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal: 
  1. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. 
  2. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin. 
  3. Ukur suhu tubuh dengan berkala 

  • Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : 
  1. Jaga dan pantau patensi jalan nafas. 
  2. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit. 
  3. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia). 
  4. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya. 
  5. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui. 

10. Pemantauan (Monitoring) 

a.Pemantauan saat dirawat 

1. Terapi 
  • Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu 
2. Tumbuh kembang 
  • Pantau berat badan bayi secara periodik. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>. Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
  1. Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
  2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumla pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
  3. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
  4. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

b.Pemantauan setelah pulang
  • Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
  1. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
  2. Hitung umur, koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
  3. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
  4. Awasi adanya kelainan bawaan.

11. Pencegahan
  • Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
  1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
  2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
  3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
  4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

DAFTAR PUSTAKA

  1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2010 [diakses tanggal 2 Sptember 2011].
  2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2010 [diakses tanggal 2 September 2011].
  3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
  4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2011 [diakses pada tanggal 10 Agustus 2011].
  5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.
  6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2011. [diakses pada tanggal 10 September 2011].
  7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011
  8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com. Last Update : September 25, 2011. [diakses pada tanggal September 20011].


    Rabu, 19 Oktober 2011

    WANITA USIA SUBUR (WUS)

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    WANITA USIA SUBUR

    A. PENGERTIAN WUS
    • Yang dimaksud dengan wanita usia subur ( WUS ) adalah wanita yang keadaan organ reproduksinya berfungsi dengan baik antara umur 20-45 tahun. Pada wanita usia subur ini berlangsung lebih cepat dari pada pria. Puncak kesuburan ada pada rentang usia 20-29 tahun. Pada usia ini wanita memiliki kesempatan 95% untuk hamil. Pada usia 30-an persentasenya menurun hingga 90%. Sedangkan memasuki usia 40, kesempatan hamil berkurang hingga menjadi 40%. Setelah usia 40 wanita hanya punya maksimal 10% kesempatan untuk hamil. Masalah kesuburan alat reproduksi merupakan hal yang sangat penting untuk diketahui. Dimana dalam masa wanita subur ini harus menjaga dan merawat personal hygiene yaitu pemeliharaan keadaan alat kelaminnya dengan rajin membersihkannya.oleh karena itu WUS dianjurkan untuk merawat diri.
    • Untuk mengetahui tanda-tanda wanita subur antara lain :
    1. Siklus haid
    • Wanita yang mempunyai siklus haid teratur setiap bulan biasanya subur. Satu putaran haid dimulai dari hari pertama keluar haid hingga sehari sebelum haid datang kembali, yang biasanya berlangsung selama 28 hingga 30 hari. Oleh karena itu siklus haid dapat dijadikan indikasi pertama untuk menandai seorang wanita subur atau tidak. Siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh, perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks, panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
    2. Alat pencatat kesuburan
    • Kemajuan teknologi seperti ovulation thermometer juga dapat dijadikan sebagai alat untuk mendeteksi kesuburan seorang wanita. Thermometer ini akan mencatat perubahan suhu badan saat wanita mengeluarkan benih atau sel telur. Bila benih keluar, biasanya thermometer akan mencatat kenaikan suhu sebanyak 0,2 derajat celsius selama 10 hari. Namun jika wanita tersebut tidak mengalami perubahan suhu badan pada masa subur, berarti wanita tersebut tidak subur.
    3. Tes Darah
    • Wanita yang siklus haidnya tidak teratur, seperti datangnya haid tiga bulan sekali atau enam bulan sekali biasanya tidak subur. Jika dalam kondisi seperti ini, beberapa tes darah perlu dilakukan untuk mengetahui penyebab dari tidak lancarnya siklus haid. Tes darah dilakukan untuk mengetahui kandungan hormon yang berperan pada kesuburan seorang wanita.
    4. Pemeriksaan fisik
    • Untuk mengetahui seorang wanita subur juga dapat diketahui dari organ tubuh seorang wanita. Beberapa organ tubuh, seperti buah dada, kelenjar tiroid pada leher, dan organ reproduksi. Kelenjar tiroid yang mengeluarkan hormon tiroksin berlebihan akan mengganggu proses pelepasan sel telur. Sedangkan pemeriksaan buah dada ditujukan untuk mengetahui hormon prolaktin di mana kandungan hormon prolaktin yang tinggi akan mengganggu proses pengeluaran sel telur. Selain itu, pemeriksaan sistem reproduksi juga perlu dilakukan untuk mengetahui sistem reproduksinya normal atau tidak.
    5. Track record
    • Wanita yang pernah mengalami keguguran, baik disengaja ataupun tidak, peluang terjangkit kuman pada saluran reproduksi akan tinggi. Kuman ini akan menyebabkan kerusakan dan penyumbatan saluran reproduksi.

    B. PERHITUNGAN MASA SUBUR
    • Ada beberapa metode yang digunakan untuk dapat menghitung masa subur seorang wanita. Metode yang paling efektif adalah dengan menggunakan pendekatan berbagai indikator biasanya perubahan suhu yang dikombinasikan dengan perubahan lendir serviks. Indikator-indikator ini secara ilmiah telah terbukti merefleksikan perubahan hormonal dan status kesuburan secara akurat.
    • Perhitungan masa subur dengan menggunakan sistem kalender adalah cara natural atau alamiah yang digunakan hanya bila seorang wanita mempunyai siklus menstruasi yang teratur. Perhitungan masa subur ini didasarkan saat ovulasi terjadi pada hari ke 14 dari menstruasi yang akan datang dan dikurangi 2 hari karena sperma dapat hidup selama 48 jam setelah ejakulasi serta ditambahkan 2 hari karena sel telur dapat hidup 24 jam setelah ovulasi.
    • Dengan mengetahui masa subur, ini akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan, yaitu dengan cara:
    1. Menilai kejadian dan waktu terjadinya ovulasi.
    2. Memprediksikan hari-hari subur yang maksimum.
    3. Mengoptimalkan waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan.
    4. Membantu mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
    • Kurangnya pengetahuan tentang kesuburan alat reproduksi khususnya pada wanita, sering kali di kaitkan dengan berbagai macam penyakit,padahal tingkat masa kesuburan setiap orang berbeda – beda tergantung kondisi fisik, mental dan kebersihnnya. Ketidaksuburan alat repproduksi sering kali juga dikaitkan dengan berbagai penyakit yang diderita oleh salah satu pasangan yang mengidapnya, diantaranya 40% faktor ketidaksuburan disebabkan oleh wanita sedangkan 40% lain oleh sebab pria, dan sisa 20% karena keduanya.
    • Namun pada dasarnya ketidaksuburan alat reproduksi pada wanita disebabkan oleh :
    1. Disfungsi hormon
    2. Tersumbatnya saluran telur
    3. Endometriosis.
    4. Kista Ovarii
    5. Pergerakan sperma yang kurang baik.
    • Oleh karena itu Wanita Usia Subur (WUS) harus melakukan pemeriksaan kesehatan (pemeriksaan alat kelamin) walaupun ia memiliki siklus haid/menstruasi yang teratur. Hal ini bukan tanda bahwa wanita itu subur. Artinya WUS harus sehat bebas dari penyakit kelamin. Sebelum menikah WUS sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan agar mengetahui kondisi organ reproduksinya apakah berfungsi dengan baik. Dengan mengadakan pemeriksaan kesehatan maka akan mencegah penyakit alat kelamin. Alat kelamin wanita sangat berhubungan dengan dunia luar yang melalui liang senggama, saluran mulut rahim, rongga/ruang rahim. Saluran telur (tuba falopi) yang bermuara dalam ruang perut. Karena adanya hubungan yang langsung ini infeksi alat kelamin wanita disebabkan oleh hubungan seks yang tidak sehat, sehingga infeksi bagian luarnya berkelanjutan dapat berjalan menuju ruang perut dalam bentuk infeksi selaput dinding perut atau disebut juga peritonitis.
    • Sistem pertahanan dari alat kelamin wanita yang cukup baik yaitu dari sistem asam, biasanya sistem pertahanan yang lainnya dengan cara pengeluaran lendir yang selalu mengalir ke luar yang menyebabkan bakteri yang dibuang dalam bentuk menstruasi, sistem pertahanan ini sangat lemah, sehingga infeksinya sering dibendung dan pasti menjalar ke segala arah yang menimbulkan infeksi mendadak dan menahun.
    • Contoh penyakit alat kelamin pada wanita adalah “LEUKOREA”. Leukorea adalah keputihan, yaitu cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.
    • Leukorea dibedakan atas 2 bagian yaitu :
    1. Leukorea Normal (Fisiologis): Terjadi pada fase sekresi antara hari ke 10-16 menstruasi melalui rangsangan seksual.
    2. Leukorea abnormal: Terjadi pada semua infeksi alat kelamin yaitu : infeksi bibit kemaluan, liang senggama, mulut rahim dan jaringan penyangganya, dan infeksi penyakit hubungan kelamin.
    • Leukorea bukanlah penyakit, tetapi gejala penyakit yang dapat oleh ditentukan dengan pertanyaan.Yaitu :
    1. Kapan mulainya?
    2. Berapa jumlahnya?
    3. Serta gejala penyertanya?
    • Penanganannya perlu dilakukan pemeriksaan, seperti : pemeriksaan fisik umum dan khusus, pemeriksaan laboratorium/rutin. Pemeriksaan mencakup : Pewarnaan gram, preparat basah, preparat KOH, kultur/pembiakan, dan Pap Smear.
    • Beberapa hal yang bisa menghambat atau menganggu kesuburan seorang wanita :
    1.Siklus haid yang tidak teratur atau terlambat
    • Seiring dengan bertambahnya usia masalah kesuburan wanita akan berkurang dan terganggu karena berbagai hal seperti sel telur menjadi cepat mati, berkurangnya produksi lendir leher rahim, dan masa sel telur berovulasi menjadi lebih pendek.
    • Siklus haid normal adalah sekitar 35 hari. Siklus haid yang lebih panjang dari normal berhubungan erat dengan unovulatory (tidak adanya sel telur yang dihasilkan indung telur). Sementara siklus haid yang tidak teratur bisa disebabkan karena adanya gangguan kista ovarium atau penyakit lainnya, kondisi stress, kecapean, terganggunya keseimbangan hormone. Anda tentu perlu memeriksakan diri ke dokter bila mengalami masalah gangguan ini.
    2.Berat badan yang tidak seimbang
    • Hampir sekitar 30 – 40 % wanita saat ini mengalami masalah kesuburan dan gangguan pembuahan (konsepsi). Gangguan kesuburan tersebut biasanya disebabkan karena masalah berat badan yang tidak seimbang, terlalu gemuk atau terlalu kurus. Idealnya, berat badan sebelum hamil (pada masa pra konsepsi) tidak melebihi atau kurang dari 10 % berat badan normal sesuai tinggi badan.
    • Wanita usia subur tidak boleh terlalu kurus dan tentu harus memerhatikan asupan gizinya. Namun kenyataannya, banyak wanita usia subur yang makan tidak teratur, tidak sarapan pagi misalnya atau sering makan junk food yang kadar gizinya tidak seimbang. Status gizi selama masa prakonsepsi yaitu sekitar 3 – 6 bulan sebelum berencana konsepsi (berencana untuk hamil) akan berdampak terhadap bayi dilahirkan nantinya. Terlalu gemuk akan menyebabkan terganggunya keseimbangan hormone-hormon yang dapat menghambat kesuburan.
    • Diketahui bahwa tubuh membutuhkan 17 % lemak tubuh pada awal siklus haid, dan 22 % sepanjang siklus haid tersebut. Lemak tubuh mengandung enzim aromatase, yaitu sejenis enzim yang dibutuhkan untuk memproduksi hormone estrogen.
    3. Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endrometriosis
    • Masalah ketidaksuburan pada wanita biasanya juga timbul akibat adanya sindrom ovarium polisistik atau Poli Cycstic Ovary Syndrome (PCOS) dan Endometriosis.
    • PCOS merupakan gangguan dimana folikel (kantung sel telur) tidak berkembang dengan baik, sehingga tidak terjadi ovulasi (pematangan sel telur). Wanita yang mengalami PCOS ini menjadi infertile (tidak subur) karena tidak ada sel telur yang matang, sehingga tidak akan terjadi pembuahan. Gejala yang timbul dari PCOS ini biasanya adalah siklus haid yang tidak teratur (terlambat, tidak haid, atau haid 2 – 3 kali dalam sebulan).
    • Sementara Endometriosis merupakan suatu keadaan patologi pada system reproduksi perempuan dimana jaringan selaput lendir rahim (endometrium) yang seharusnya berada dalam rahim, malah tumbuh di luar rongga rahim (saluran telur /tuba falopi, indung telur, atau pada rongga pinggul). Hal ini bisa mengganggu kesuburan wanita sehingga akan menghambat terjadinya kehamilan. Diperkirakan sekitar 30 – 40 % wanita dengan keluhan endometriosis sulit memiliki keturunan.
    4. Adanya infeksi penyakit TORCH
    • Infeksi TORCH sering menimbulkan gangguan kesuburan wanita. Sel telur yang terinfeksi TORCH menjadi rusak, mengecil dan tidak bisa dibuahi sehingga menjadi sulit hamil. Lebih jauh mengenai TORCH, Anda bisa membaca artikel “TORCH, Waspadai Infeksi dan Penyebarannya“.
    5. Rokok
    • Merokok tidak hanya akan mengganggu kesehatan, namun juga dapat menghambat dan menimbulkan masalah pada kesuburan Anda. Dalam asap rokok terdapat lebih dari 4000 zat racun seperti karbon monoksida (CO), Nitrogen oksida, sianida, ammonia, asetilen, benzaldehide, methanol, nikotin, dan lain sebagainya. Pada wanita, merokok dapat menyebabkan penurunan produksi sel telur sehingga dapat menganggu kesuburan.
    • Apabila perokok wanita tersebut hamil, akan timbul berbagai masalah pada kehamilan dan bayi yang dilahirkan nanti. Misalnya, perkembangan janin terhambat, resiko keguguran kehamilan akan semakin meningkat, kelahiran bayi premature dan Bayi Berat Lahir rendah.
    6. Efek samping obat
    • Setiap obat pasti memiliki efek samping. Anda yang berencana ingin hamil, kurangilah kebiasaan pemakaian sembarang obat. Pantangan konsumsi sembarang obat tidak hanya berlaku pada masa sebelum kehamilan, namun akan terus berlanjut pada masa selama kehamialan dan masa setelah persalinan yaitu masa menyusui.
    • Apabila sakit cobalah penyembuhan dengan cara alami, misalnya mengatasi flu dengan banyak minum, istirahat yang cukup dan makan makanan yang bergizi. Langkah pencegahan agar tidak mudah sakit tentu merupakan langkah yang lebih baik dan tepat. Untuk itu, jagalah kondisi kesehatan Anda agar tubuh Anda selalu bugar dan siap untuk hamil.
    • Itulah beberapa masalah kesuburan yang sering terjadi pada wanita. Masalah-masalah tersebut dapat menghambat atau mengganggu kesuburan Anda, sehingga menjadi sulit hamil. Hal-hal tersebut harus dipantang dan dihindari bila Anda ingin segera (cepat) hamil. Siapkan kondisi kesehatan yang benar-benar fit dan prima sebelum kehamilan, agar Anda siap menjalani kehamilan selama sembilan bulan ke depan dan bayi Anda pun akan tumbuh sehat.

    C. PENYAKIT INFEKSI KELAMIN PADA WANITA

    1. Infeksi Kelenjar Bartholini
    • Disebabkan oleh bakteri gonorea, siapolokokus atau streptococus. Pada pemeriksaannya dijumpai pembengkakan kelenjar, padat, berwarna merah, nyeri, dan panas.
    • Pengobatan : dengan insisi yang mengurangi pembengkakan mengeluarkan isinya.
    • Therapy : antibiotik dosis tepat
    • Yang menahun dalam letak kista bartholini yang diperlukan tindakan marsupialisasi. Yaitu operasi menyembuhkan kista dalam membuka, mengeluarkan isi dan menjahit tepi kista di irisan kulit.
    2. Kondiloma Akuminata
    • Berbentuk seperti bunga kol dengan jaringan ikat dan tertutup oleh epitel hiperkeratasis (Penebalan lapisan tanduk). Penyebabnya semacam virus sejenis virus veruka. 
    • Pengobatan pada infeksi ini dengan tungtura podofilin 10%.
    3.Infeksi Vagina (Vulvitis) Diabetika
    • Terdapat pembengkakan vagina, merah dan terutama ada rasa gatal yang hebat, dapat disertai dengan rasa nyeri. Ini terjadi pada mereka yang berbadan relatif gemuk. Pada pemerikaan laboratorium dijumpai penyakit kencing manis.
    4.Infeksi Liang Senggama (Vaginitis)
    • Di dalam liang senggama hidup bersama saling menguntungkan beberapa bakteri yaitu hasil doderlain, stafilokokus dan streptokokus, serta hasil difteroid. Secara umum gejala infeksi liang senggama (vaginitis) disertai infeksi bagian luar (bibir), pengeluaran cairan (bernanah), terasa gatal dan terbakar. Pada permukaan kemaluan luar tampak merah membengkak dan terdapat bintik-bintik merah.
    5.Infeksi Spesifik Vagina
    • Beberapa infeksi khusus pada vagina meliputi trikomonas vaginalis, dengan gejala leukorea encer sampai kental, berbau khas, gatal dan rasa terbakar. Disebabkan oleh bakteri trikomonas vaginalis. Cara utama penularannya adalah dengan hubungan seksual. Infeksi vagina lain adalah kandidiasis vaginitis, yang disebabkan oleh jamur candida albican. Leukorea berwarna putih, bergumpal dan sangat gatal, dan pengobatan dengan mycostatin sebagai obat minum atau dimasukkan kedalam liang senggama.
    6.Servisitis Akuta
    • Infeksi ni dapat disebabkan oleh gonokokus (gonorea) sebagai salah satu infeksi hubungan seksual. Gejalanya pembengkakan mulut rahim, pengeluaran cairan bernanah, adanya rasa nyeri yang dapat menjalar kesekitarnya.
    7.Servisitis Menahun (Kronis)
    • Infeksi ini terjadi pada sebagian besar wanita yang telah melahirkan. Terdapatnya perlukaan ringan pada mulut rahim. Gejalanya leokorea yang kadang sedikit atau banyak dan dapat terjadi perdarahan (saat berhubungan seks).
    8.Penyakit Radang Panggul
    • Infeksi ini sebagian berkaitan dengan infeksi alat kelamin bagian atas. Bentuk infeksi ini dapat mendadak (akut) dengan gejala nyeri dibagian perut bawah.
    • Ada pula Penyakit menular seksual yang banyak dialami oleh wanita usia subur yang melakukan hubungan seks bebas, berikut dampak melakukan hubungn seks bebas antara lain :
    a.Penyakit Gonore
    • Penyakit ini paling banyak dijumpai dalam jajaran penyakit hubungan seksual. Penyebabnya Neisseria gonorhoe, tergolong bakteri diplokokus berbentuk buah kopi. Gejala umumnya adalah rasa gatal dan patas diujung kemaluan, rasa sakit saat kencing dan banyak kencing, diikuti pengeluaran nanah diujung kemaluan dapat bercampur darah. Upaya preventif agar tidak terinfeksi gonore pada mata dilakukan pemberian tetes mata nitras argentil 1% secara crede dan tetes mata dengan antibiotika langsung pada BBL.
    b.Penyakit Sifilis
    • Penyebab : Treponema pallidum, ordo spirochaetaeas. Yang diserang adalah semua organ tubuh, sehingga cairan tubuh mengandung Treponema pallidum. Masa inkubasinya sekitar 10-90 hari dan rata-rata 3 minggu. Timbul perlukaan di tempat infeksi masuk, terdapat infiltrat (pemadatan karena serbuan sel darah putih) yang mengelupas dan menimbulkan perlukaan dengan permukaan bersih, berwarna merah dan kulit terdapat tanda radang membengkak dan nyeri. Upaya preventif yaitu melakukan pemeriksaan sebelum pernikahan.
    c.Trikomoniasis
    • Adalah infeksi genitalia yang disebabkan oleh trichomonas vaginalis. Trikomoniasis pada wanita pada keadaan akut terdapat gejala lendir vagina banyak dan berbusa, bentuk putih bercampur nanah terdapat perubahan warna (kekuningan, kuning-hijau), berbau khas. Adanya iritasi pada lipatan paha dan kulit sekitar kemaluan sampai liang dubur. Dengan penyampaian penyakit pada alat kelamin maka WUS diharapkan akan memeriksakan kesehatan dan menjaga kebersihan dan tidak melakukan hubunganseks bebas serta tidak berganti-ganti pasangan untuk mencegah penyakit menular seksual.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Departemen Kesehatan Repubik Indonesia. Undang-undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan. http: //id.wikipedia.org/wiki/promosi kesehatan, diakses tanggal 25 September 2008
    2. Iqi, Iqbal, 2008, Promosi Kesehatan, dalam http://iqbal-iqi.blogspot.com, diakses tanggal 15 Oktober 2008.
    3. Kapalawi, Irwandi, 2007, Tantangan Bidang Promosi Kesehatan Dewasa Ini, dalam Irwandykapalawi.wordpress.com, diakses tanggal 25 September 2008.
    4. Tawi, Mirzal, 2008, Pemberdayaan Masyarakat dalam Promosi Kesehatan, diambil dari http://syehaceh.wordpress.com/2008/05/13/pemberdayaan-masyarakat-dalam-promkes, diakses tanggal 15 Oktober 2008
    5. Taylor, Shelley E., 2003, Health Psychology, 5th edition, New York: McGraw Hill.
    6. WHO, 1986, The Ottawa Charter for Health Promotion, Geneva: WHO, dari http://www.who.int/health promotion/conferences/previous/ottawa/en/, diakses tanggal 25 September 2008.

    Sabtu, 15 Oktober 2011

    PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    PEMENUHAN GIZI PADA BALITA

    1.MENGENAL BALITA
    Secara harfiah, balita atau anak bawah lima tahun adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia dibawah satu tahun juga termasuk dalam golongan ini. Namun, karena faal (kerja alat tubuh semestinya) bayi usia di bawah satu tahun berbeda dengan anak usia diatas satu tahun, banyak ilmuwan yang membedakannya. Utamanya, makanan bayi berbentuk cair, yaitu air susu ibu (ASI), sedangkan umumnya anak usia lebih dari satu tahun mulai menerima makanan padat seperti orang dewasa.
    Anak usia 1-5 tahun dapat pula dikatakan mulai disapih atau selepas menyusu sampai dengan prasekolah. Sesuai dengan pertumbuhan badan dan perkembangan kecerdasannya, faal tubuhnya juga mengalami perkembangan sehingga jenis makanan dan cara pemberiannya pun harus disesuaikan dengan keadaannya. Menurut Persagi (1992), berdasarkan karakteristiknya, balita usia 1-5 tahun dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga tahun yang dikenal dengan “ batita “ dan anak usia lebih dari tiga tahun sampai lima tahun yang dikenal dengan usia “ prasekolah”. Batita sering disebut konsumen pasif, sedangkan usia prasekolah lebih dikenal sebagai konsumen aktif.

    2.KARAKTERISTIK BALITA
    Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

    3.KARAKTERISTIK USIA PRASEKOLAH
    Pada usia prasekolah, anak menjadi konsumen aktif, yaitu mereka sudah dapat memilih makanan yang disukainya. Masa ini juga sering dikenal sebagai “ masa keras kepala “. Akibat pergaulan dengan lingkungannya terutama dengan anak-anak yang lebih besar, anak mulai senang jajan. Jika hal ini dibiarkan, jajanan yang dipilih dapat mengurangi asupan zat gizi yang diperlukan bagi tubuhnya sehingga anak kurang gizi.
    Perilaku makan sangat dipengaruhi oleh kedaan psikologis, kesehatan, dan sosial anak. Oleh karena itu, kedaan lingkungan dan sikap keluarga merupakan hal yang sangat penting dalam pemberian makan pada anak agar anak tidak cemas dan khawatir terhadap makanannya. Seperti pada orang dewasa, suasana yang menyenangkan dapat membangkitkan selera makan anak.

    4.PERAN MAKANAN BAGI BALITA

    a.Makanan sebagai sumber zat gizi
    Didalam makanan terdapat enam jenis zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Zat gizi ini diperlukan bagi balita sebagai zat tenaga, zat pembangun, dan zat pengatur.

    1)Zat tenaga
    Zat gizi yang menghasilkan tenaga atau energi adalah karbohidrat , lemak, dan protein. Bagi balita, tenaga diperlukan untuk melakukan aktivitasnya serta pertumbuhan dan perkembangannya. Oleh karena itu, kebutuhan zat gizi sumber tenaga balita relatif lebih besar daripada orang dewasa.

    2)Zat Pembangun
    Protein sebagai zat pembangun bukan hanya untuk pertumbuhan fisik dan perkembangan organ-organ tubuh balita, tetapi juga menggantikan jaringan yang aus atau rusak.

    3)Zat pengatur
    Zat pengatur berfungsi agar faal organ-organ dan jaringan tubuh termasuk otak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
    Berikut ini zat yang berperan sebagai zat pengatur.
    1. Vitamin, baik yang larut air ( vitamin B kompleks dan vitamin C ) maupun yang larut dalam lemak (vitamin A, D, E, dan K ).
    2. Berbagai mineral, seperti kalsium, zat besi, iodium, dan flour.
    3. Air, sebagai alat pengatur vital kehidupan sel-sel tubuh.

    5.KEBUTUHAN GIZI BALITA
    Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

    a.Kebutuhan Energi
    Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia.

    b.Kebutuhan zat pembangun
    Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relatif lebih kecil.

    c.Kebutuhan zat pengatur
    Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

    6.BEBERAPA HAL YANG MENDORONG TERJADINYA GANGGUAN GIZI
    Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

    Berbagai faktor yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada anak Balita antara lain sebagai berikut :

    a.Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan
    Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang sungguhpun berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkan seadanya saja. Dengan demikian, kejadian gangguan gizi tidak hanya ditemukan pada keluarga yang berpenghasilan kurang akan tetapi juga pada keluarga yang berpenghasilan relatif baik (cukup). Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah makanan bagi kesehatan tubuh mempunyai sebab buruknya mutu gizi makanan keluarga, khususnya makanan anak balita.
    Menurut Dr. Soegeng Santoso, M.pd, 1999, masalah gizi Karena kurang pengetahuan dan keterampilan dibidang memasak menurunkan komsumsi anak, keragaman bahan dan keragaman jenis masakan yang mempengaruhi kejiwaan misalnya kebosanan.

    b.Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu
    Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapae menurunkan harkat keluarga. Jenis sayuran seperti genjer, daun turi, bahkan daun ubi kayu yang kaya akan zat besi, vitamin A dan protein dibeberapa daerah masih dianggap sebagai makanan yang dapat menurunkan harkat keluarga.

    c.Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan
    Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk makan telur, ikan, ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada datanya dan hanya diwarisi secara dogmatis turun temurun, padahal anak itu sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan tubuhnya.
    Kadang-kadang kepercayaan orang akan sesuatu makanan anak kecil membuat anak sulit mendapat cukup protein. Beberapa orang tua beranggap ikan, telur, ayam, dan jenis makanan protein lainnya memberi pengaruh buruk untuk anak kecil. Anak yang terkena diare malah dipuasakan (tidak diberi makanan). Cara pengobatan seperti ini akan memperburuk gizi anak. ( Dr. Harsono, 1999).

    d.Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu
    Kesukaan yang berlebihan terhadap suatu jenis makanan tertentu atau disebut sebagai faddisme makanan akan mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua zat gizi yang diperlukan.

    e.Jarak kelahiran yang terlalu rapat
    Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita gangguan gizi oleh karena ibunya sedang hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir, sehingga ibunya tidak dapat merawatnya secara baik.
    Anak yang dibawah usia 2 tahun masih sangat memerlukan perawatan ibunya, baik perawatan makanan maupun perawatan kesehatan dan kasih sayang, jika dalam masa 2 tahun itu ibu sudah hamil lagi, maka bukan saja perhatian ibu terhadap anak akan menjadi berkurang.akan tetapi air susu ibu ( ASI ) yang masih sangat dibutuhkan anak akan berhenti keluar.
    Anak yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke jurang malapetaka yang menderita gizi buruk, yang apabila tidak segera diperbaiki maka akan menyebabkan kematian. Karena alasan inilah dalam usaha meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran dan kehamilan.

    f.Sosial Ekonomi
    Keterbatasan penghasilan keluarga turut menentukan mutu makanan yang disajikan. Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluarga akan turut menentukan hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun jumlah makanan.

    g.Penyakit infeksi
    Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan. Diare dan muntah dapat menghalangi penyerapan makanan.
    Penyakit-penyakit umum yang memperburuk keadaan gizi adalah: diare, infeksi saluran pernapasan atas, tuberculosis, campak, batuk rejan, malaria kronis, cacingan. ( Dr. Harsono, 1999).

    7.AKIBAT GIZI YANG TIDAK SEIMBANG

    a.Kekurangan Energi dan Protein (KEP)
    Berikut ini sebab-sebab kurangnya asupan energi dan protein.
    1. Makanan yang tersedia kurang mengandung energi
    2. Nafsu makan anak terganggu sehingga tidak mau makan
    3. Gangguan dalam saluran pencernaan sehingga penyerapan sari makanan dalam usus terganggu
    4. Kebutuhan yang meningkat, misalnya karena penyakit infeksi yang tidak diimbangi dengan asupan yang memadai.
    Kekurangan energi dan protein mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan balita terganggu.Gangguan asupan gizi yang bersifat akut menyebabkan anak kurus kering yang disebut dengan wasting. Wasting, yaitu berat badan anak tidak sebanding dengan tinggi badannya. Jika kekurangna ini bersifat menahun ( kronik), artinya sedikit demi sedikit, tetapi dalam jangka waktu yang lama maka akan terjadi kedaan stunting. Stunting, yaitu anak menjadi pendek dan tinggi badan tidak sesuai dengan usianya walaupun secara sekilas anak tidak kurus.

    Berdasarkan penampilan yang ditunjukkan, KEP akut derajat berat dapat dibedakan menjadi tiga bentuk.
    1)Marasmus
    Pada kasus marasmus, anak terlihat kurus kering sehingga wajahnya seperti orang tua.Bentuk ini dikarenakan kekurangan energi yang dominan.
    2)Kwashiorkor
    Anak terlihat gemuk semu akibat edema, yaitu penumpukan cairan di sela- sela sel dalam jaringan. Walaupun terlihat gemuk, tetapi otot-otot tubuhnya mengalami pengurusan (wasting). Edema dikarenakan kekurangan asupan protein secara akut (mendadak), misalnya karena penyakit infeksi padahal cadangan protein dalam tubuh sudah habis.
    3)Marasmik-kwashiorkor
    Bentuk ini merupakan kombinasi antara marasmus dan kwashiorkor. Kejadian ini dikarenakan kebutuhan energi dan protein yang meningkat tidak dapat terpenuhi dari asupannya.

    b.Obesitas
    Timbulnya Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktor keturunan dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992), obesitas sering ditemui pada anak-anak sebagai berikut :
    1. Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol.
    2. Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat.
    3. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi.
    4. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia berbuat sesuai keinginan orangtua.
    5. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik.

    8.PENYEBAB BALITA KURANG NAFSU MAKAN :
    a.Faktor penyakit organis
    b.Faktor gangguan psikologi
    Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai berikut :
    1. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi menjadi frustasi dan menangis
    2. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
    3. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang diinginkan / membosankan
    4. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
    5. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah makan bersama kedua orang tuanya.
    c.Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
    Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan (faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan makanan)
    1. Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter.
    2. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal yang dapat dilakukan.
    • Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan anak dan disajikan semenarik mungkin.
    • Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
    • Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya waktu makan disesuaikan denga waktu makan keluarga karena anak punya semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarga (orangtua)
    • Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan yang baik.
    Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut ini.
    1. Diusahakan waktu makan teratur dan makanan diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
    2. Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar anak tetap mau makan nasi.
    3. Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
    4. Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau gizi lebih.
    5. Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan perkembangan anak.

    2.MENU MAKANAN BALITA
    Makanan memegang peranan penting dalam pertumbuhan fisik dan kecerdasan anak. Oleh karenanya, pola makan yang baik dan teratur perlu diperkenalkan sejak dini, antara lain dengan pengenalan jam-jam makan dan variasi makanan.
    Gizi seimbang dapat dapat dipenuhi dengan pemberian makanan sebagai berikut :
    1. Agar kebutuhan gizi seimbang anak terpenuhi, makanan sehari-hari sebaiknya terdiri atas ketiga golongan bahan makanan tersebut.
    2. Kebutuhan bahan makanan itu perlu diatur, sehingga anak mendapatkan asupan gizi yang diperlukannya secara utuh dalam satu hari. Waktu-waktu yang disarankan adalah :
    • Pagi hari waktu sarapan.
    • Pukul 10.00 sebagai selingan. Tambahkan susu.
    • Pukul 12.00 pada waktu makan siang.
    • Pukul 16.00 sebagai selingan
    • Pukul 18.00 pada waktu makan malam.
    • Sebelum tidur malam, tambahkan susu.
    • Jangan lupa kumur-kumur dengan air putih atau gosok gigi.
    Contoh Pola Jadwal Pemberian Makanan Menjelang Anak Usia 1 Tahun
    Perlu diketahui, jadwal pemberian makanan ini fleksibel (dapat bergeser, tapi jangan terlalu jauh)
    • Pukul 06.00 : Susu
    • Pukul 08.00 : Bubur saring/Nasi tim
    • Pukul 10.00 : Susu/Makanan selingan
    • Pukul 12.00 : Bubur saring/Nasi tim
    • Pukul 14.00 : Susu
    • Pukul 16.00 : Makanan selingan
    • Pukul 18.00 : Bubur saring /nasi tim
    • Pukul 20.00 : Susu.

    MAKANAN SELINGAN BALITA
    Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada usia dewasa sampai lanjut.
    Gizi makanan sangat mempengaruhi pertumbuhan termasuk pertumbuhan sel otak sehingga dapat tumbuh optimal dan cerdas, untuk ini makanan perlu diperhatikan keseimbangan gizinya sejak janin melalui makanan ibu hamil. Pertum-buhan sel otak akan berhenti pada usia 3-4 tahun.
    Pemberian makanan balita sebaiknya beraneka ragam, menggunakan makanan yang telah dikenalkan sejak bayi usia enam bulan yang telah diterima oleh bayi, dan dikembangkan lagi dengan bahan makanan sesuai makanan keluarga.
    Pembentukan pola makan perlu diterapkan sesuai pola makan keluarga. Peranan orangtua sangat dibutuhkan untuk membentuk perilaku makan yang sehat. Seorang ibu dalam hal ini harus mengetahui, mau, dan mampu menerapkan makan yang seimbang atau sehat dalam keluarga karena anak akan meniru perilaku makan dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dalam keluarga.
    Makanan selingan tidak kalah pentingnya yang diberikan pada jam di antara makan pokoknya. Makanan selingan dapat membantu jika anak tidak cukup menerima porsi makan karena anak susah makan. Namun, pemberian yang berlebihan pada makanan selingan pun tidak baik karena akan mengganggu nafsu makannya.
    Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral, seperti arem-arem nasi isi daging sayuran, tahu isi daging sayuran, roti isi ragout ayam sayuran, piza, dan lain-lain.

    Fungsi makanan selingan adalah :
    1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan makanan selingan.
    2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya (pagi, siang dan malam).
    3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita

    Makanan selingan yang baik dibuat sendiri di rumah sehingga sangat higienis dibandingkan jika dibeli di luar rumah.
    Bila terpaksa membeli, sebaiknya dipilih tempat yang bersih dan dipilih yang lengkap gizi, jangan hanya sumber karbohidrat saja seperti hanya mengandung gula saja. Makanan ini jika diberikan terus-menerus sangat berbahaya. Jika sejak kecil hanya senang yang manis-manis saja maka kebiasaan ini akan dibawa sampai dewasa dan risiko mendapat kegemukan menjadi meningkat. Kegemukan merupakan faktor risiko pada usia yang relatif muda dapat terserang penyakit tertentu.

    3.MAKANAN YANG BAIK UNTUK OTAK
    Tingkat kemampuan berpikir seorang anak umumnya dipengaruhi oleh jenis makanan yang dikonsumsi setiap hari. Perlu diketahui, makanan yang dikonsumsi tersebut akan berpengaruh dalam meningkatkan kemampuan otak.
    Berikut ini beberapa makanan yang diketahui dapat meningkatkan kemampuan otak seorang anak : 

    Sereal
    Satu mangkuk sereal baik untuk mengawali hari si kecil. Namun kita sebaiknya tetap hati-hati dalam memilihnya karena kini cukup banyak sereal yang mengandung sekitar 50% gula dengan sedikit serat, vitamin, dan mineral.

    Telur
    Telur kaya akan protein, seng, vitamin A (untuk penglihatan), vitamin D (untuk pertumbuhan tulang), vitamin E (untuk mencegah penyakit), dan vitamin B12 (untuk membentuk sel darah merah). Kuning telur mengandung lecithin yang dianggap penting sebagai makanan otak, yang bersifat baik untuk daya ingat dan konsentrasi karena mengandung zat besi yang penting bagi fungsi otak.

    Buah kiwi
    Buah kiwi mengandung vitamin C sekitar dua kali lipat dibandingkan buah jeruk dan satu buah kiwi akan memberikan kebutuhan vitamin C harian bagi orang dewasa. Vitamin C penting untuk menyerap zat besi dari dalam makanan. Karena vitamin C tidak bisa disimpan dalam tubuh, maka anak-anak perlu mengonsumsi makanan yang kaya akan vitamin C untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari

    Buah pisang
    Pisang adalah sumber karbohidrat dengan kandungan energi yang baik. Konsumsi satu buah pisang sebagai cemilan akan membantu anak menjaga tingkat energi dan konsentrasinya sepanjang hari.

    Buah-buahan kering
    Cobalah untuk mengenalkan buah-buahan kering pada anak-anak, sebagai pudding atau snack ditengah hari. Buah-buahan yang kering diketahui kaya akan zat besi dan juga sumber energi.

    Minyak ikan
    Beberapa jenis asam lemak tidak dibuat di dalam tubuh dan harus diperoleh dari makanan. Lemak menjadi komponen utama otak. Perlu diketahui, sebagian besar otak terdiri dari asam lemak yang berperan penting dalam fungsi sel-sel otak.

    Keju
    Keju adalah makanan yang kaya akan zat gizi, protein, dan kalsium yang bersifat baik untuk kesehatan tulang dan gigi. Keju juga bersifat baik untuk gigi anak karena dapat membantu menetralisir asam penyebab kerusakan gigi.

    4.POLA ASUH BARU UNTUK PERKEMBANGAN ANAK
    Setiap orangtua tentu menginginkan yang terbaik bagi putra-putrinya. Hal itu dapat dicapai dengan menerapkan pola pengasuhan positif terhadap buah hati mereka.
    Di Amerika Serikat, berkembang sebuah kampanye 'five-a-day' untuk perkembangan anak, yang berasal dari sebuah wadah pemikir bernama CentreForum. 

    Kampanye itu berisi lima hal penting yang harus dilakukan setiap orangtua terhadap anak-anaknya, yaitu : 

    1.Membaca untuk anak selama 15 menit
    Otak anak-anak mempelajari bahasa jauh lebih mudah pada tahun-tahun awal. Selain itu, paparan kata-kata yang berbeda sebanyak mungkin juga membantu membangun kosakata mereka. 

    2.Bermain di lantai bersama anak selama 10 menit
    Bayi biasanya berusaha berinteraksi melalui ocehan dan gerak tubuh. Orang tua harus mendorongnya dengan bermain pada tingkat fisik mereka, yaitu di lantai. 

    3.Bercakap-cakap dengan anak selama 20 menit tanpa televisi
    Anak-anak dari latar belakang miskin biasanya jauh lebih sedikit mendengarkan kata-kata yang diucapkan setiap harinya, dibandingkan mereka yang berasal dari keluarga kaya.
    Dengan mematikan televisi dan berbicara, orangtua dapat meningkatkan kemampuan verbal dan keahlian membaca anak-anaknya, serta mempersiapkan mereka untuk bersekolah. 

    4.Mengadopsi sikap positif dan sering memuji
    Terdapat bukti signifikan bahwa positive parenting dapat membantu mengurangi tingkat stres anak-anak dan memperkuat ikatan orangtua dengan anaknya. Selain itu, jangan pelit memberikan pujian ketika anak melakukan sesuatu yang baik. 

    5.Memberikan makanan bergizi untuk perkembangan
    Diet yang baik membantu otak untuk berkembang. Jadi, pastikan anak mendapatkan kecukupan nutrisi termasuk memakan sayur dan buah. Selain itu, memberikan ASI eksklusif juga dipandang sebagai hal terbaik bagi bayi.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Santosa, Sugeng. 2004. Kesehatan dan Gizi. Jakarta : PT.Rieneka Cipta.
    2. Emawati F., Yuniar R, Susilawati, Herman. 2000. Kebutuhan Ibu Hamil Akan Tablet Besi Untuk Pencegahan Anemia . Penelitian Gizi dan Makanan . Jilid 23 : 92
    3. Libuae P . Perbaikan Gizi Anak Sekolah Sebagai Investasi SDM. dalam Kompas 9 September 2002 .
    4. Syamsuri, Istamar. 2004. Biologi SMA kelas XI. Jakarta : Erlangga.
    5. Nasution, A.H., dkk. 1988. Gizi untuk Kebutuhan Fisiologis Khusus. Terjemahan. PT Gramedia. Jakarta.
    6. Almasyhuri . 1998 . Survey Tingkat Prevalensi Anemia pada Ibu Hamil. Penelitian Gizi dan Makanan. Jilid 21: 15
    7. Alimul, Aziz Hidayat 2005, Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I, Surabaya : Salemba Medica
    8. Rini, 2009, Konsultan Tumbuh Kembang Anak, http://www.clubnutricia.co.id/my_ toddler/toddler_nutrition




    Kamis, 06 Oktober 2011

    KONSEP KONSELING

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    KONSEP KONSELING

    PENGERTIAN KONSELING
    • Konseling adalah suatu hubungan professional antara seorang konselor terlatih dan seorang klien. Hubungan ini biasanya dilakukan orang per orang. Hubungan dirancang untuk membantu klien memahami dan memperjelas pandangan hidupnya, belajar mencapai tujuan yang ditentukan sendiri melalui pilihan – pilihan yang bermakna dan penyelesaian masalah emosional atau antar pribadi (Yulifah, 2009: 82).
    • Konseling adalah proses pemberian informasi obyektif dan lengkap, dilakukan secara sistematik dengan paduan keterampilan komunikasi interpersonal, teknik bimbingan dan penguasaan pengetahuan klinik bertujuan untuk membantu seseorang mengenali kondisinya saat ini, masalah yang sedang dihadapi dan menentukan jalan keluar/ upaya untuk mengatasi masalah tersebut (Saifuddin, 2001: 39).
    • Konseling adalah proses pemberi bantuan seseorang kepada orang lain dalam membuat suatu keputusan atau memecahkan suatu masalah melalui pemahaman terhadap fakta, harapan, kebutuhan dan perasaan klien (Saraswati, 2002: 15).

    TUJUAN KONSELING
    • Tujuan konseling dimaksudkan sebagai pemberian layanan untuk membantu masalah klien, karena masalah klien yang benar – benar telah terjadi akan merugikan diri sendiri dan orang lain, sehingga harus segera dicegah dan jangan sampai timbul masalah baru (Yulifah, 2009: 84).

    TAHAPAN KONSELING
    • Lima langkah/tahapan dalam konseling adalah sebagai berikut (YPKP, Depkes RI & IBI, 2006).
    1.Membina hubungan melalui membangun rapport-tahap awal.
    • Membina hubungan yang ramah, dapat dipercaya, dan menjamin kerahasiaan.
    1. Mengucapkan salam.
    2. Mempersilakan klien duduk.
    3. Menciptakan situasi yang membuat klien merasa nyaman.
    2.Identifikasi masalah.
    • Beberapa klien mungkin akan menyampaikan secara langsung permasalahannya saat konselor menanyakan maksud dan tujuan klien mendatangi konselor. Namun tidak jarang, konselor harus menggunakan keterampilannya untuk mampu menangkap permasalahan yang dihadapi dari cerita/penjelasan klien. Selama identifikasi masalah konselor harus menjadi pendengar yang baik dan mengamati tanda – tanda nonverbal.
    3.Penyelesaian masalah.
    • Berikan informasi setepat dan sejelas mungkin sesuai dengan persoalan yang diajukan, termasuk berbagai alternatif jalan keluar. Hindari memberikan informasi yang tidak dibutuhkan klien.
    4.Pengambilan keputusan.
    • Mendorong dan membantu klien untuk menentukan jalan keluar atas persoalan yang dihadapinya.
    5.Menutup/menunda konseling
    • Bila klien terlihat puas, ucapkan salam penutup. Bila diskusi dengan klien belum selesai dan klien belum mampu mengambil keputusan, tawarkan klien untuk mengaturr pertemuan selanjutnya.

    KETERAMPILAN YANG HARUS DIMILIKI KONSELOR 

    1.Keterampilan observasi
    • Dalam mengobservasi sesuatu hal penting yang perlu diperhatikan :
    1. Pengamatan obyektif adalah berbagai tingkah laku yang kita lihat dan dengar.
    2. Interpretasi/penafsiran adalah kesan yang kita berikan terhadap apa yang kita lihat (amati) dan kita dengar.
    2.Keterampilan mendengar
    • Terdapat empat bentuk mendengarkan yang bisa digunakan sesuai dengan situasi yang dihadapi yaitu :
    1. Mendengar pasif (diam), dilakukan bila klien dan keluarga sedang menceritakan masalahnya.
    2. Memberi tanda perhatian verbal dan non verbal, seperti hmm, yaa, oh begitu, lalu, terus, atau sesekali mengangguk.
    3. Mengajukan pertanyaan untuk mendalami dan klarifikasi.
    4. Mendengar aktif, yaitu dengan memberikan umpan balik/merefleksikan isi ucapan dan perasaan klien dan keluarga.
    3.Keterampilan bertanya
    • Semua jenis pertanyaan dapat dikelompokkan menjadi :
    1. Pertanyaan tertutup, pertanyaan yang menghasilkan jawaban ya atau tidak.
    2. Pertanyaan terbuka, pertanyaan biasanya memakai kata tanya bagaimana atau apa, mengapa. (Yulifah, 2009).

    KONSELING KELUARGA
    • Konseling keluarga merupakan penerapan konseling pada situasi khusus
    • yang berfokus pada masalah-masalah yang berhubungan dengan situasi keluarga dan penyelenggaraannya melibatkan anggota keluarga (Latipun, 2001: 174-175).
    • Konseling keluarga bagian yang penting karena memandang keluarga tidak hanya dilihat sebagai faktor menimbulkan masalah, dimana tiap anggota keluarga merupakan sistem yang saling mempengaruhi sehingga untuk merubah masalah yang dialami diperlukan perubahan dalam sistem keluarganya dan penyelesaian masalah akan efektif jika melibatkan anggota keluarga yang lain (Latipun, 2001).

    TUJUAN KONSELING KELUARGA
    • Tujuan konseling keluarga oleh para ahli dirumuskan secara berbeda sesuai dengan pendekatan yang dilakukan, pada umumnya adalah :
    1. Memfasilitasi komunikasi pikiran dan perasaan antar anggota.
    2. Mengganti gangguan dan tidak fleksibelnya peran dan kondisi.
    3. Memberi pelayanan sebagai model.
    4. Pendidikan peran yang ditujukan kepada anggota keluarga yang lain. (Yulifah, 2009).

    PENDEKATAN KONSELING KELUARGA
    • Pelaksanaan konseling keluarga dilakukan dengan tiga pendekatan yaitu:
    1.Pendekatan sistem keluarga .
    • Menurut Murray bowen, anggota keluarga itu bermasalah jika keluarga itu tidak berfungsi (Disfunctioning family).Karenanya dalam keluarga terdapat kekuatan yang dapat membuat anggota keluarga bersama-sama melawan yang mengarah pada individualitas.
    2.Pendekatan Conjoint.
    • Menurut Satir Latipun (2001) menyatakan bahwa anggota keluarga menjadi bermasalah jika tidak mampu melihat dan mendengarkan keseluruhan yang dikomunikasikan anggota keluarga yang lain.
    3.Pendekatan struktural.
    • Menurut Latipun (2001) menyatakan bahwa masalah keluarga sering terjadi karena struktur keluarga dan pola transaksi yang dibangun tidak tepat, dimana batas-batas subsistem dan sistem keluarga itu tidak jelas, sehingga untuk mengatasi suatu masalah perlu dirumuskan kembali struktur keluarga dengan memperbaiki transaksi dan pola hubungan yang lebih sesuai.

    BENTUK KONSELING KELUARGA
    • Dalam pelaksanaannya konseling keluarga berbentuk :
    1.Memandang klien sebagai pribadi dalam konteks sistem.
    • Pada bentuk ini klien merupakan bagian dari sistem keluarga sehingga masalah yang dialami dan pemecahannya tidak bisa mengesampingkan peran keluarga.
    2.Berfokus pada saat ini.
    • Bentuk konseling ini adalah mengatasi masalah yang dihadapi klien saat ini bukan masa lampau. Konseling disesuaikan dengan keperluannya dimana seluruh anggota keluarga harus ikut serta dalam konseling karena mereka tidak hanya berbicara tentang keluarganya tetapi juga terlibat dalam penyusunan rencana perubahan dan tindakannya (Luddin, 2010).

    PROSES DAN TAHAPAN KONSELING KELUARGA
    • Dalam mengatasi masalah keluarga terjadi beberapa tahapan konseling (Luddin, 2010) :
    1.Sesi pengenalan.
    • Pada sesi ini terjadi perkenalan antara petugas dengan keluarga dan identifikasi masalah.
    2.Sesi pengajaran.
    • Pada sesi ini keluarga mendapatkan pendidikan dalam bentuk perilaku.
    3.Sesi model.
    • Pada sesi ini keluarga melihat cara mengimplementasikan perilaku yang telah dipelajari pada sesi pengajaran.
    4.Sesi terapis/trial.
    • Pada sesi ini keluarga mencoba mengimplementasikan model perilaku yang telah didapat.
    5.Sesi penerapan dan evaluasi.
    • Pada sesi ini keluarga menerapkan apa yang telah didapat dan petugas mengevaluasi dengan cara melakukan kunjungan rumah.

    FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBERHASILAN KONSELING
    • Menurut Luddin (2010), faktor yang mempengaruhi keberhasilan konseling keluarga yaitu:
    1.Usia klien
    • Klien berusia dewasa dimungkinkan lebih sulit dilakukan modifikasi persepsi dan tingkah lakunya dibandingkan dengan klien berusia belasan tahun, karena berhubungan dengan fleksibelitas kepribadiannya.
    2.Jenis kelamin
    • Jenis kelamin terutama berkaitan dengan perilaku model, faktor modeling sangat penting dalam upaya pembentukan tingkah laku baru.
    3.Tingkat pendidikan.
    • Pendidikan seseorang mempengaruhi cara pandangnya terhadap diri dan lingkungan, sehingga akan berbeda cara menyikapi proses berlangsungnya konseling pada klien yang berpendidikan tinggi dengan yang pendidikan rendah.
    4.Intelegensi
    • Intelegensi pada prinsipnya mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri dan cara pengambilan keputusan. Klien yang berintelegensi tinggi akan banyak berpartisipasi, lebih cepat, dan tepat dalam membuat suatu keputusan.
    5.Status sosial ekonomi.
    • Status sosial ekonomi berpengaruh terhadap tingkah laku. Individu yang berasal dari keluarga dengan status ekonomi yang baik akan mempunyai sikap dan pandangan yang positif tentang masa depannya dibandingkan keluarga yang status ekonominya rendah.
    6.Sosial budaya
    • Yang termasuk dalam sosial budaya adalah pandangan keagamaan dan kelompok etnis.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
    2. Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
    3. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
    4. Departemen Kesehatan RI. 2007. Komunikasi Efektif Buku Bantu Bidan Siaga. Jakarta: Depkes RI
    5. Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
    6. Krisnatuti, D. 2008. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Swadaya
    7. Latipun. 2001. Psikologi Konseling (Edisi 3). Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.
    8. Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar – Dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
    9. Mahdiana. 2010. Mengenal Penyakit Stroke, Diabetes, Jantung. Jakarta: Gramedia
    10. Mansjoer, A. dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Amedia Aesculapius
    11. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
    12. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
    13. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
    14. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
    15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
    16. Price, S. A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
    17. Ramayulis, R dkk. 2009. Menu dan Resep untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Plus
    18. Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas dan Neonatal. Jakarta: Depkes RI.
    19. Saraswati, Lukman. 2002. Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Gunung Mulia.
    20. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
    21. Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
    22. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Pengetahuan. http://dr-suparyanto.blogspot.com/konsep-dasar-pengetahuan.html. Diakses tanggal 21 Maret 2011 pukul 12.30
    23. Syafiie, I. K. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama
    24. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
    25. Tjokroprawiro A. (1994) Diabetes Mellitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar- Dasar Terapi. Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
    26. Triaseka, 2007, Diabetes Mellitus, http://www.parenting.ueuo.com/ tanggal diakses 20 April 2011).
    27. Yulifah, Rita. 2009. Komunikasi Dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika


    PENGERTIAN KELUARGA

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    PENGERTIAN KELUARGA

    DEFINISI
    1. Menurut Departemen Kesehatan RI (1988) dalam Ali (2010), keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung.
    2. Ali (2010) mengatakan keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan darah, perkawinan, dan adopsi dlam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya.
    3. Menurut BKKBN (1999) dalam Sudiharto (2007) keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dam materiil yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya.

    BENTUK KELUARGA
    • Menurut Sudiharto (2007), beberapa bentuk keluarga adalah sebagai berikut:
    1. Keluarga Inti ( nuclear family ), adalah keluarga yang dibentuk karena ikatan perkawinan yang direncanakan yang terdiri dari suami, istri, dan anak- anak baik karena kelahiran (natural) maupun adopsi.
    2. Keluarga asal (family of origin), merupakan suatu unit keluarga tempat asal seseorang dilahirkan.
    3. Keluarga Besar ( extended family ), keluarga inti ditambah keluarga yang lain (karena hubungan darah), misalnya kakek, nenek, bibi, paman, sepupu termasuk keluarga modern, seperti orang tua tunggal, keluarga tanpa anak, serta keluarga pasangan sejenis (guy/lesbian families).
    4. Keluarga Berantai, keluarga yang terbentuk karena perceraiandan/atau kematian pasangan yang dicintai dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan suatu keluarga inti.
    5. Keluarga duda atau janda ( single family ), keluarga yang terjadi karena perceraian dan/atau kematian pasangan yang dicintai.
    6. Keluarga komposit ( composite family), keluarga dari perkawinan poligami dan hidup bersama.
    7. Keluarga kohabitasis ( Cohabitation ), dua orang menjadi satu keluarga tanpa pernikahan, bisa memiliki anak atau tidak. Di Indonesia bentuk keluarga ini tidak lazim dan bertebtangan budaya timur. Namun, lambat laun, keluarga kohabitasi ini mulai dapat diterima.
    8. Keluarga inses (incest family), seiring dengan masuknya nilai-nilai global dan pengaruh informasi yang sangat dahsyat, dijumpai bentuk keluarga yang tidak lazim, misalnya anak perempuan menikah dengan ayah kandungnya, ibu menikah dengan anak kandung laki-laki, paman menikah dengan keponakannya, kakak menikah dengan adik dari satu ayah dan satu ibu, dan ayah menikah dengan anak perempuan tirinya. Walaupun tidak lazim dan melanggar nilai-nilai budaya, jumlah keluarga inses semakin hari semakin besar. Halini dapat kita cermati melalui pemberitaan dari berbagai media cetak dan elektronik.
    9. Keluarga tradisional dan nontradisional, dibedakan berdasarkan ikatan perkawinan. Keluarga tradisional diikat oleh perkawinan, sedangkan keluarga nontradisional tidak diikat oleh perkawinan. Contoh keluarga tradisional adalah ayah-ibu dan anak hasil dari perkawinan atau adopsi. Contoh keluarga nontradisional adalah sekelompok orang tinggal di sebuah asrama

    CIRI-CIRI KELUARGA
    • Menurut Ali (2010) ciri-ciri keluarga di Indonesia adalah:
    1. Mempunyai ikatan keluarga yang sangat erat yang dilandasi oleh semangat kegotongroyongan.
    2. Merupakan satu kesatuan utuh yang dijiwai oleh nilai budaya ketimuran yang kental yang mempunyai tanggung jawab besar.
    3. Umumnya dipimpin oleh suami sebagai kepala rumah tangga yang dominan dalam mengambil keputusan walaupun prosesnya melalui musyawarah dan mufakat.
    4. Sedikit berbeda antara yang tinggal di pedesaan dan di perkotaan—keluarga di pedesaan masih bersifat tradisional, sederhana, saling menghormati satu sama lain dan sedikit sulit menerima inovasi baru.

    FUNGSI KELUARGA
    • Menurut Friedman (1999) dalam Sudiharto (2007), lima fungsi dasar keluarga adalah sebagai berikut:
    1. Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta kasih serta, saling menerima dan mendukung
    2. Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi social dan belajar berperan di lingkungan social
    3. Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia
    4. Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga, seperti sandang, pangan, dan papan
    5. Fungsi perawatan kesehatan, adalah kekampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
    • Kemampuan keluarga melakukan asuhan keperawatan atau pemeliharaan kesehatan memengaruhi status kesehatan keluarga dan individu.

    Tugas-tugas keluarga dalam pamaliharaan kesehatan menurut Friedman adalah:
    1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarga
    2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat
    3. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang sakit
    4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota keluarga
    5. Mempertahankan hubunga timbal balik antara anggota keluarga dan fasilitas kesehatan

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Ahmadi, A. 2003. Ilmu Sosial Dasar. Jakarta: Rineka Cipta
    2. Ali, Z. 2006. Pengantar Keperawatan Keluarga. Jakarta: EGC
    3. Arikunto, S. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
    4. Departemen Kesehatan RI. 2007. Komunikasi Efektif Buku Bantu Bidan Siaga. Jakarta: Depkes RI
    5. Hidayat, A.A.A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika
    6. Krisnatuti, D. 2008. Diet Sehat untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta : Penebar Swadaya
    7. Latipun. 2001. Psikologi Konseling (Edisi 3). Malang: Universitas Muhamadiyah Malang.
    8. Luddin, Abu Bakar. 2010. Dasar – Dasar Konseling. Bandung: Citapustaka Media Perintis.
    9. Mahdiana. 2010. Mengenal Penyakit Stroke, Diabetes, Jantung. Jakarta: Gramedia
    10. Mansjoer, A. dkk. 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Amedia Aesculapius
    11. Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
    12. Notoatmodjo, S. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta
    13. Notoatmodjo, S. 2007. Kesehatan Masyarakat: Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
    14. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
    15. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
    16. Price, S. A. 2006. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
    17. Ramayulis, R dkk. 2009. Menu dan Resep untuk Penderita Diabetes Melitus. Jakarta: Penebar Plus
    18. Saifuddin, Abdul Bari. 2001. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternitas dan Neonatal. Jakarta: Depkes RI.
    19. Saraswati, Lukman. 2002. Pelatihan Keterampilan Komunikasi Interpersonal. Jakarta: Gunung Mulia.
    20. Smeltzer, S. C. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta: EGC
    21. Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan Transkultural. Jakarta: EGC
    22. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Pengetahuan. http://dr-suparyanto.blogspot.com/konsep-dasar-pengetahuan.html. Diakses tanggal 21 Maret 2011 pukul 12.30
    23. Syafiie, I. K. 2007. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama
    24. Tambayong, J. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
    25. Tjokroprawiro A. (1994) Diabetes Mellitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Dasar- Dasar Terapi. Edisi 2. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
    26. Triaseka, 2007, Diabetes Mellitus, http://www.parenting.ueuo.com/ tanggal diakses 20 April 2011).
    27. Yulifah, Rita. 2009. Komunikasi Dan Konseling Dalam Kebidanan. Jakarta: Salemba Medik


    IMPLEMENTASI DAN ADMINISTRASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)

    Dr. Suparyanto, M.Kes

    IMPLEMENTASI DAN ADMINISTRASI BANTUAN OPERASIONAL KESEHATAN (BOK)



    DASAR HUKUM
    1. UU No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
    2. UU No 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara
    3. UU No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
    4. UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
    5. UU No 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah
    6. UU No 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
    7. UU No 10 Tahun 2010 tentang APBN Tahun Anggaran 2011
    8. PP No 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota
    9. PP No 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
    10. PP No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
    11. Perpres No 24 Tahun 2010 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara
    12. Perpres No 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014
    13. Peraturan Presiden No 29 tahun 2010 tentang Rencana Kerja Pemerintah Tahun 2011
    14. Permenkes No 210/Menkes/Per/I/2010 tentang Petunjuk Teknis Bantuan Operasional Kesehatan Tahun 2011
    15. Peraturan Menteri Keuangan No.156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan
    16. Peraturan Menteri Keuangan No. 100/PMK.02/2011 tentang Standar Biaya tahun 2011.
    17. Peraturan Menteri Keuangan No. 248/PMK.07/2010 tentang Perubahan Atas PMK No. 156/PMK.07/2008 tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan .
    18. SK Menkes No. 1752/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pelimpahan Wewenang Penetapan Pejabat yang diberi wewenang dan tanggungjawab untuk atas nama Menteri Kesehatan selaku Pengguna Anggaran/Barang dalam pengelolaan anggaran Kementerian Kesehatan yang dilaksanakan di tingkat Kab/Kota TA. 2011, yaitu Bupati/Walikota Kepala Daerah Kab/kota untuk atas nama Menteri Kesehatan RI selaku pengguna anggaran/Barang menandatangani SK penetapan pejabat pengelola anggaran Kementerian Kesehatan di tingkat Kab/Kota.

    DEFINISI BOK
    • Adalah bantuan dana dari Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan dalam membantu pemerintahan kabupaten dan pemerintahan kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Kesehatan menuju Millennium Development Goals (MDGs) dengan meningkatkan kinerja Puskesmas dan jaringannya serta Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan promotif dan preventif.

    TUJUAN BOK

    UMUM
    • Meningkatnya akses dan pemerataan pelayanan kesehatan masyarakat utamanya kegiatan promotif dan preventif untuk mewujudkan pelayanan kesehatan sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Kesehatan dengan fokus pencapaian target Millennium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015.
    KHUSUS
    1. Meningkatnya cakupan Puskesmas dalam pelayanan yang ber-sifat promotif dan preventif.
    2. Tersedianya dukungan biaya untuk upaya pelayanan kesehatan yang bersifat promotif dan preventif bagi masyarakat.
    3. Terselenggaranya proses lokakarya mini di Puskesmas dalam perencanaan pelayanan kesehatan bagi masyarakat.

    RUANG LINGKUP KEGIATAN BOK
    1. Upaya Kesehatan di Puskesmas
    2. Penunjang Pelayanan Kesehatan
    3. Penyelenggaraan Manajemen Puskesmas
    4. Pemeliharaan Ringan

    KEGIATAN YANG TIDAK DAPAT DIBIAYAI BOK
    1. Upaya kuratif dan rehabilitatif
    2. Gaji, uang lembur, insentif
    3. Pemeliharaan gedung (sedang dan berat)
    4. Pemeliharaan kendaraan
    5. Biaya listrik, telepon, dan air
    6. Pengadaan obat, vaksin, dan alat kesehatan
    7. Biaya konsumsi untuk penyuluhan
    8. Pencetakan
    9. ATK dan penggandaan untuk kegiatan rutin Puskesmas

    MEKANISME PEMBAYARAN DANA BOK




    MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN

    Bupati/ Walikota
    1. Menetapkan dengan Surat Keputusan Penunjukan KPA
    2. Menyerahkan DIPA kepada para Kepala Satker (KPA)

    Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
    1. Menyampaikan SK yang berkaitan dengan pelaksana anggaran kepada Kepala KPPN, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kemenkeu
    2. Mengajukan permohonan dispensasi TUP kepada Kanwil Dirjen Perbendaharaan, Kemenkeu
    3. Mengajukan dispensasi perubahan UP ke Kanwil Dirjen Perbendaharaan dan dispensasi pembayaran UP > Rp.20 juta (untuk hal-hal tertentu)
    4. Mengajukan revisi / perubahan DIPA / RKAKL sesuai dengan ketentuan yang berlaku
    5. Menetapkan dengan Surat Keputusan sebagai-mana tersebut pada butir 1 di atas

    Pejabat Pembuat Komimen (PPK)
    1. Mengajukan usulan permohonan dispensasi TUP, perubahan UP dan pembayaran UP >Rp.10 juta kepada KPA
    2. Mengajukan SPP- UP, TUP, GUP dan LS kepada Pejabat Penandatangan SPM

    Penguji Tagihan & Penandatangan SPM
    1. Melakukan pengujian SPP yang diajukan oleh PPK
    2. Menerbitkan SPM-UP, TUP, GUP dan LS setelah dilakukan pengujian SPP

    Bendahara Pengeluaran
    1. Setelah diterbitkannya SP2D oleh KPPN, Bendahara Pengeluaran menindaklanjuti sesuai tugas-tugas perbendaharaan :
    2. Menerima, menyimpan dan membayar uang sesuai persetujuan PPK.
    3. Melakukan pencatatan / pembukuan ke dalam BKU dan BKP sesuai mutasi keuangan yang dilaksanakan
    4. Melakukan pungutan, penunjukan dan menyetorkan pajak-pajak atas pembebanan yang dikenai pajak-pajak.
    5. Mengeluarkan dana ke Pengelola Keuangan Puskesmas

    Pengelola Keuangan Puskesmas
    1. Menerima uang dari Bendahara Pengeluaran, membayar, mencatat/ membukukan serta mem-pertanggung-jawabkan
    2. Tata cara dan syarat pengajuan uang :
    3. Menyampaikan rencana kegiatan hasil Lokakarya Mini dengan melampirkan TOR beserta rincian biaya kepada KPA/PPK sebagai bahan pengajuan TUP ke Kanwil Perbendaharaan/KPPN
    4. Mengajukan surat permohonan uang kepada KPA/PPK
    5. Uang yang diterima oleh Pengelola Keuangan Puskesmas dipergunakan sesuai rencana dan dalam pembayarannya diketahui oleh Kepala Puskesmas

    MEKANISME PEMBAYARAN
    1. Penggunaan Rekening Pemerintah
    2. Melalui UP dan TUP
    3. Penggantian Uang Persediaan (GUP)
    4. Pembayaran Langsung (LS)
    5. Perjalanan Dinas
    6. Pengadaan Barang/Jasa (Paket Meeting)

    BENTUK PERTANGGUNGJAWABAN
    1. Kegiatan Rapat bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran surat undangan, daftar hadir, bukti biaya konsumsi, daftar penerimaan transpotasi dan notulen rapat
    2. Pertemuan bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi, surat undangan peserta, notulen rapat, kerangka acuan, jadual kegiatan, daftar penerimaan uang harian, penerimaan biaya transpotasi
    3. Honorarium bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan lampiran daftar penerima honorarium, SK penetapan petugas
    4. Uang harian, transport, penginapan petugas monev bentuk pertanggungjawabannya berupa kwintansi dengan rincian penerimaan yang ditandatangani petugas dilampiri bukti transportasi dan penginapan berupa kuitansi atau surat pernyataan biaya riil dengan lampiran surat tugas, SPPD, dan laporan monev
    5. Paket meeting untuk membiayai Akomodasi hotel, sewa ruang pertemuan, sewa komputer & LCD serta perlengkapan peserta pertemuan bentuk pertanggungjawabannya berupa kuitansi dengan melampirkan kontrak / SPK
    6. ATK dan fotokopi bentuk pertanggungjawaban-nya berupa kwintansi dengan melampirkan faktur barang
    7. Setiap Satuan Kerja Kuasa Pengguna Anggaran wajib membuat Laporan Pelaksanaan setiap Kegiatan sesuai dengan Pedoman
    MEKANISME PELAPORAN

    REFERENSI
    1. KemenKes, 2011, Implementasi dan Administrasi BOK, Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Gizi Dan Kia