Kamis, 20 Oktober 2011

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

Dr. Suparyanto, M.Kes

BERAT BAYI LAHIR RENDAH (BBLR)

1.Definisi
  • Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gram, bisa cukup bulan atau pun kurang bulan tanpa memandang masa gestasi .
  • BBLR dibedakan menjadi dua bagian. Pertama, BBL sangat rendah bila berat lahir kurang dari 1.500 gram. Kedua, BBLR bila berat lahir antara 1.501 - 2.499 gram.
  • Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 (satu) jam setelah lahir.
  • Dikatakan dr. Caroline, ada dua tipe BBLR.:
  1. BBLR tipe prematur, yakni bayi yang lahir lebih awal dari waktunya (kehamilan < 37 minggu). 
  2. BBLR tipe KMK (kecil masa kehamilan), yaitu bayi yang lahir cukup bulan – usia kehamilan 38–40 minggu - tetapi memiliki berat badan kurang. 

2. Penyebab BBLR 
  1. Penyebab terbanyak terjadinya BBLR adalah kelahiran prematur. 
  2. Faktor ibu yang lain adalah umur, paritas, dan lain-lain. 
  3. Faktor plasenta seperti penyakit vaskuler, kehamilan kembar / ganda, serta faktor janin juga merupakan penyebab terjadinya BBLR. 

1.Faktor ibu 
  1. Penyakit. Seperti malaria, anaemia, sipilis, infeksi TORCH, dan lain-lain. 
  2. Komplikasi yang tejadi pada kehamilan ibu seperti perdarahan antepartum, pre-eklamsia berat, eklamsia, dan kelahiran preterm. 
  3. Usia Ibu dan paritas. Angka kejadian BBLR tertinggi ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu dengan usia yang relative muda. 
  4. Faktor kebiasaan ibu. Faktor kebiasaan ibu juga berpengaruh seperti ibu perokok, ibu pecandu alkohol dan ibu pengguna narkotika. 
2.Faktor janin 
  1. Prematur
  2. Hidramion
  3. Kehamilan kembar/ganda (gemeli)
  4. Kelainan kromosom. 

3.Faktor lingkungan 
  • Yang dapat berpengaruh antara lain; tempat tinggal di daratan tinggi, radiasi, sosio-ekonomi dan paparan zat-zat racun. 

4.Faktor nutrisi 
  • Nutrisi kurang / status gizi yang rendah ditandai ukuran Lila < 23,5 cm memberikan gambaran / tafsiran berat badan janin rendah atau dibawah normal. 

3. Komplikasi 

  • Komplikasi langsung yang dapat terjadi pada bayi berat lahir rendah antara lain: Hipotermia Hipoglikemia Gangguan cairan dan elektrolit Hiperbilirubinemia Sindroma gawat nafas Paten duktus arteriosus Infeksi Perdarahan intraventrikuler Apnea of Prematurity Anemia 
  • Masalah jangka panjang yang mungkin timbul pada bayi-bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) antara lain: Gangguan perkembangan 
  1. Gangguan pertumbuhan 
  2. Gangguan penglihatan (Retinopati) 
  3. Gangguan pendengaran 
  4. Penyakit paru kronis 
  5. Kenaikan angka kesakitan dan sering masuk rumah sakit 
  6. Kenaikan frekuensi kelainan bawaan 

4. Diagnosis 

  • Menegakkan diagnosis BBLR adalah dengan mengukur berat lahir bayi dalam jangka waktu dua jam postpartum dapat diketahui dengan dilakukan anamesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang 

5. Anamnesis 

  • Riwayat yang perlu ditanyakan pada ibu dalam anamnesis untuk menegakkan mencari etiologi dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya BBLR: 
  1. Umur ibu. 
  2. Riwayat hari pertama haid terakir. 
  3. Riwayat persalinan sebelumnya. 
  4. Paritas, jarak kelahiran sebelumnya. 
  5. Kenaikan berat badan selama hamil. 
  6. Aktivitas. 
  7. Penyakit yang diderita selama hamil.\ Obat-obatan yang diminum selama hamil 

6. Pemeriksaan Fisik 

  • Yang dapat dijumpai saat pemeriksaan fisik pada bayi BBLR antara lain: 
  1. Berat badan kurang dari 2500gr 
  2. Tanda-tanda prematuritas (pada bayi kurang bulan) 
  3. Tanda bayi cukup bulan atau lebih bulan (bila bayi kecil untuk masa kehamilan). 

7. Pemeriksaan penunjang 

  • Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan antara lain: 
  1. Pemeriksaan skor ballard 
  2. Tes kocok (shake test), dianjur untuk bayi kurang bulan 
  3. Darah rutin, glukosa darah, kalau perlu dan tersedia fasilitas diperiksa kadar elektroli dan analisa gas darah. 
  4. Foto dada ataupun babygram diperlukan pada bayi baru lahir dengan umur kehamilan kurang bulan dimulai pada umur 8 jam atau didapat/diperkirakan akan terjadi sindrom gawat nafas. 
  5. USG kepala terutama pada bayi dengan umur kehamilan 28minggu 

8. Penatalaksanaan/ terapi 

A. Medikamentosa 
  • Pemberian vitamin K1: Injeksi 1 mg IM sekali pemberian, atau Per oral 2 mg sekali pemberian atau 1 mg 3 kali pemberian (saat lahir, umur 3-10 hari, dan umur 4-6 minggu) 
 B. Diatetik 
  • Bayi prematur atau BBLR mempunyai masalah menyusui karena refleks menghisapnya masih lemah. Untuk bayi demikian sebaiknya ASI dikeluarkan dengan pompa atau diperas dan diberikan pada bayi dengan pipa lambung atau pipet. Dengan memegang kepala dan menahan bawah dagu, bayi dapat dilatih untuk menghisap sementara ASI yang telah dikeluarkan yang diberikan dengan pipet atau selang kecil yang menempel pada puting. ASI merupakan pilihan utama: Apabila bayi mendapat ASI, pastikan bayi menerima jumlah yang cukup dengan cara apapun, perhatikan cara pemberian ASI dan nilai kemampuan bayi menghisap paling kurang sehari sekali. Apabila bayi sudah tidak mendapatkan cairan IV dan beratnya naik 20 g/hari selama 3 hari berturut-turut, timbang bayi 2 kali seminggu. Pemberian minum bayi berat lahir rendah (BBLR) menurut berat badan lahir dan keadaan bayi adalah sebagai berikut: Berat lahir 1750 – 2500 gram 
1.Bayi Sehat 
  • Biarkan bayi menyusu pada ibu semau bayi. Ingat bahwa bayi kecil lebih mudah merasa letih dan malas minum, anjurkan bayi menyusu lebih sering (contoh; setiap 2 jam) bila perlu. Pantau pemberian minum dan kenaikan berat badan untuk menilai efektifitas menyusui. Apabila bayi kurang dapat menghisap, tambahkan ASI peras dengan menggunakan salah satu alternatif cara pemberian minum. 
2.Bayi Sakit 
  • Apabila bayi dapat minum per oral dan tidak memerlukan cairan IV, berikan minum seperti pada bayi sehat. Apabila bayi memerlukan cairan intravena: 
  1. Berikan cairan intravena hanya selama 24 jam pertama. 
  2. Mulai berikan minum per oral pada hari ke-2 atau segera setelah bayi stabil. Anjurkan pemberian ASI apabila ibu ada dan bayi menunjukkan tanda-tanda siap untuk menyusu. 
  3. Apabila masalah sakitnya menghalangi proses menyusui (contoh; gangguan nafas, kejang), berikan ASI peras melalui pipa lambung : Berikan cairan IV dan ASI menurut umur, Berikan minum 8 kali dalam 24 jam (contoh; 3 jam sekali). Apabila bayi telah mendapat minum 160 ml/kgBB per hari tetapi masih tampak lapar berikan tambahan ASI setiap kali minum. Biarkan bayi menyusu apabila keadaan bayi sudah stabil dan bayi menunjukkan keinginan untuk menyusu dan dapat menyusu tanpa terbatuk atau tersedak. 

9. Suportif 

  • Hal utama yang perlu dilakukan adalah mempertahankan suhu tubuh normal: 
  1. Gunakan salah satu cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi, seperti kontak kulit ke kulit, kangaroo mother care, pemancar panas, inkubator atau ruangan hangat yang tersedia di tempat fasilitas kesehatan setempat sesuai petunjuk. 
  2. Jangan memandikan atau menyentuh bayi dengan tangan dingin. 
  3. Ukur suhu tubuh dengan berkala 

  • Yang juga harus diperhatikan untuk penatalaksanaan suportif ini adalah : 
  1. Jaga dan pantau patensi jalan nafas. 
  2. Pantau kecukupan nutrisi, cairan dan elektrolit. 
  3. Bila terjadi penyulit, harus dikoreksi dengan segera (contoh; hipotermia, kejang, gangguan nafas, hiperbilirubinemia). 
  4. Berikan dukungan emosional pada ibu dan anggota keluarga lainnya. 
  5. Anjurkan ibu untuk tetap bersama bayi. Bila tidak memungkinkan, biarkan ibu berkunjung setiap saat dan siapkan kamar untuk menyusui. 

10. Pemantauan (Monitoring) 

a.Pemantauan saat dirawat 

1. Terapi 
  • Bila diperlukan terapi untuk penyulit tetap diberikan Preparat besi sebagai suplemen mulai diberikan pada usia 2 minggu 
2. Tumbuh kembang 
  • Pantau berat badan bayi secara periodik. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lair ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500>. Bila bayi sudah mendapatkan ASI secara penuh (pada semua kategori berat lahir) dan telah berusia lebih dari 7 hari :
  1. Tingkatkan jumlah ASI denga 20 ml/kg/hari sampai tercapai jumlah 180 ml/kg/hari
  2. Tingkatkan jumlah ASI sesuai dengan peningkatan berat badan bayi agar jumla pemberian ASI tetap 180 ml/kg/hari
  3. Apabila kenaikan berat badan tidak adekuat, tingkatkan jumlah pemberian ASI hingga 200 ml/kg/hari
  4. Ukur berat badan setiap hari, panjang badan dan lingkar kepala setiap minggu.

b.Pemantauan setelah pulang
  • Diperlukan pemantauan setelah pulang untuk mengetahui perkembangan bayi dan mencegah/ mengurangi kemungkinan untuk terjadinya komplikasi setelah pulang sebagai berikut:
  1. Sesudah pulang hari ke-2, ke-10, ke-20, ke-30, dilanjutkan setiap bulan.
  2. Hitung umur, koreksi Pertumbuhan; berat badan, panjang badan dan lingkar kepala.
  3. Tes perkembangan, Denver development screening test (DDST)
  4. Awasi adanya kelainan bawaan.

11. Pencegahan
  • Pada kasus bayi berat lahir rendah (BBLR) pencegahan/ preventif adalah langkah yang penting. Hal-hal yang dapat dilakukan:
  1. Meningkatkan pemeriksaan kehamilan secara berkala minimal 4 kali selama kurun kehamilan dan dimulai sejak umur kehamilan muda. Ibu hamil yang diduga berisiko, terutama faktor risiko yang mengarah melahirkan bayi BBLR harus cepat dilaporkan, dipantau dan dirujuk pada institusi pelayanan kesehatan yang lebih mampu.
  2. Penyuluhan kesehatan tentang pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim, tanda tanda bahaya selama kehamilan dan perawatan diri selama kehamilan agar mereka dapat menjaga kesehatannya dan janin yang dikandung dengan baik.
  3. Hendaknya ibu dapat merencanakan persalinannya pada kurun umur reproduksi sehat (20-34 tahun)
  4. Perlu dukungan sektor lain yang terkait untuk turut berperan dalam meningkatkan pendidikan ibu dan status ekonomi keluarga agar mereka dapat meningkatkan akses terhadap pemanfaatan pelayanan antenatal dan status gizi ibu selama hamil

DAFTAR PUSTAKA

  1. United Nations Children’s Fund/World Health Organization. Low Birthweight. UNICEF, New York, 2004. Avaliable from : http://www.childinfo.org/areas/birthweight.htm. Last Update : Nov 2010 [diakses tanggal 2 Sptember 2011].
  2. Setyowati T. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Bayi Lahir dengan Berat Badan Rendah (Analisa data SDKI 1994). Badan Litbang Kesehatan, 1996. Avaliable from : http://www.digilib.litbang.depkes.go.id. Last Update : 2010 [diakses tanggal 2 September 2011].
  3. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI). Bayi Berat Lahir Rendah. Dalam : Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Jakarta : 2004 ; 307-313.
  4. World Health Organization (WHO). Development of a strategy towards promoting optimal fetal growth. Avaliable from : http://www.who.int/nutrition/topics/feto_maternal/en.html. Last update : January 2011 [diakses pada tanggal 10 Agustus 2011].
  5. Mutalazimah. Hunbungan Lingkar Lengan Atas dan Kadar Hb Ibu Hamil dengan Bayi Berat Lahir Rendah di RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Dalam : Jurnal Penelitian Sains & Teknologi. Vol. 6. 2005; 114-126.
  6. Suradi R. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) Melihat situasi dan kondisi bayi. Avaliable from : http://www.IDAI.or.id. Last Update : 2011. [diakses pada tanggal 10 September 2011].
  7. Sitohang NA. Asuhan keperawatan pada bayi berat lahir rendah. Medan : Universitas Sumatera Utara. 2011
  8. Subramanian KS. Low Birth Weight Infant. Avaliable from : http://www.eMedicine.com. Last Update : September 25, 2011. [diakses pada tanggal September 20011].


    Tidak ada komentar:

    Posting Komentar