Sabtu, 28 Juli 2012

DERMATITIS PADA BAYI

Dr. Suparyanto, M.Kes 

DERMATITIS PADA BAYI

1.    Pengertian Dermatitis
Dermatitis adalah epidermo-dermitis dengan gejala subyektif pruritus. Obyektif tampak inflamasi eritema, vesikulasi, eksudasi, dan pembentukan sisik. Tanda-tanda polimorfi tersebut tidak selalu timbul pada saat yang sama. Penyakit bertendensi residif dan menjadi kronis (Mansjoer,  2000).

Dermatitis merupakan suatu penyakit kulit yang tidak jelas asalnya, ditandai oleh dermatitis eksematous dengan disertai rasa gatal yang intensif. Lesi menjadi liken jika pasien terperangkap dalam siklus scratch-itch. Tampaknya karena faktor iritabel kulit yang diwariskan pasien yang mempunyai riwayat pribadi atau keluarga yang dimulai dengan eksim saat kanak-kanak, asma, demam tinggi, atau rinitis alergia. Penyakit ini mungkin memburuk (52 %) atau membaik (24 %) selama kehamilan (Sarwono, 2008).

2.    Etiologi dermatitis
Penyebab dermatitis kadang-kadang tidak diketahui. Sebagian besar merupakan respons kulit terhadap agen-agen, misalnya zat kimia, protein, bakteri, dan fungus. Respons tersebut dapat berhubungan dengan alergi. Alergi ialah perubahan kemampuan tubuh yang didapat dan spesifik untuk bereaksi (Mansjoer, 2000).

3.    Tanda dan Gejala
Dermatitis muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir. Pada wajah, kulit kepala, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan, kaki atau tungkai bayi terbentuk ruam berkeropeng yang berwarna merah dan berair. Dermatitis seringkali menghilang pada usia 3-4 tahun, meskipun biasanya akan muncul kembali. Pada anak-anak dan dewasa, ruam seringkali muncul dan kambuh kembali hanya pada 1 atau beberapa daerah, terutama lengan atas, sikut bagian depan atau dibelakang lutut. Warna, intensitas dan lokasi dari ruam bervariasi, tetapi selalu menimbulkan gatal-gatal. Rasa gatal seringkali menyebabkan penggarukan yang tak terkendali sehingga penyakitnya semakin buruk. Penggarukan dan penggosokan juga bisa merobek kulit dan menciptakan jalan masuk untuk bakteri sehingga terjadi infeksi.

4.    Pencegahan
Jaga kelembaban kulit. Hindari perubahan suhu dan kelembaban yang mendadak. Hindari berkeringat terlalu banyak atau kepanasan. Kurangi stress. Hindari pakaian yang menggunakan bahan yang menggaruk seperti wool dan lain-lain. Hindari sabun dengan bahan yang terlalu keras, deterjen dan larutan lainnya. Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi seperti serbuk bunga, debu, bulu binatang dan lain-lain. Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi.

5.    Pengobatan
1)    Sistemik
Pada kasus dermatitis ringan diberi antihistamin, atau kombinasi   antihistamin-antiserotonin, antibradikinin, anti-SRS-A.
Pada kasus berat dapat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
2)    Topikal
Prinsip umum terapi topikal diuraikan dibawah ini:
a.    Dermatitis basah (madidans) harus diobati dengan kompres terbuka. Dermatitis kering (sika) diobati dengan krim atau salep.
b.    Makin berat atau akut penyakitnya, makin rendah persentase obat spesifik.
c.    Bila dermatitis akut, diberi kompres. Bila subakut, diberi losio (bedak kocok), pasta, krim atau linimentum (pasta pendingin). Bila kronik diberi salep.
d.    Pada dermatitis sika, bila superfisial, diberikan bedak, losio, krim atau pasta, bila kronik diberi salep. Krim diberikan pada daerah berambut, sedangkan pasta pada daerah yang tidak berambut. Penetrasi salep lebih besar daripada krim (Mansjoer, 2000).

6.    Klasifikasi Dermatitis
a.    Dermatitis kontak
a.    Pengertian
Dermatitis kontak adalah dermatitis karena kontaktan eksternal, yang menimbulkan fenomen sensitisasi (alergik) atau toksik (iritan).
b.    Etiologi
Sekret serangga, lipas, getah tumbuh-tumbuhan, dll. Dapat menimbulkan dermatitis venenata yang berbentuk linear. Bahan kimia terdapat dalam banyak bahan. Soda dalam sabun, zat-zat deterjen (lisol), desinfektan dan zat warna (untuk pakaian, sepatu dll) dapat mengakibatkan dermatitis.
c.    Tanda dan Gejala
Pada bayi yang menggunakan popok sekali pakai bisa terkena dermatitis kontak karena popok terlalu lembab dan kontak langsung dengan air kemih berjam-jam sehingga timbul gejala kemerahan pada lipatan paha dan pantat.
d.    Pencegahan
Hindari kontak dengan iritan atau alergen. Jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan bernanah. Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat. Jaga kebersihan diri dan lingkungan.
e.    Pengobatan
Proteksi terhadap zat penyebab dan penghindaran kontaktan merupakan tindakan penting. Antihistamin sistemik tidak diindikasikan pada stadium permulaan, sebab tidak ada pembebasan histamin. Pada stadium selanjutnya terjadi pembebasan histamin secara pasif. Kortikosteroid sistemik hanya diberikan bila penyakit berat, misalnya prednison 20 mg sehari. Terapi topikal digunakan sesuai dengan petunjuk umum pengobatan dermatitis.

b.    Neurodermatitis Sirkumskripta
a.    Pengertian
Neurodermatitis sirkumskripta atau juga dikenal dengan liken simpleks kronis adalah penyakit peradangan kronis pada kulit, gatal, sirkumskripta, dan khas ditandai dengan likenifikasi. Likenifikasi timbul sebagai respon dari kulit akibat gosokan dan garukan yang berulang-ulang dalam waktu yang cukup lama,  atau kebiasaan menggaruk pada satu area tertentu pada kulit sehingga garis kulit tampak lebih menonjol menyerupai kulit batang kayu. Secara histologis, karakteristik likenifikasinya adalah akantosis dan hyperkeratosis dan secara klinis muncul penebalan dari kulit, utamanya pada permukaan kulit
b.    Etiologi
Penyebab neurodermatitis sirkumskripta belum diketahui secara pasti. Namun ada berbagai faktor yang mendorong terjadinya rasa gatal pada penyakit ini, faktor penyebab dari neurodermatitis sirkumskripta dapat dibagi menjadi dua, yaitu:
a)    Faktor eksterna
·         Lingkungan
Faktor lingkungan seperti panas dan udara yang kering dapat berimplikasi dala menyebabkan iritasi yang dapat menginduksi gatal. Suhu yang tinggi memudahkan seseorang berkeringat sehingga dapat mencetuskan gatal, hal ini biasanya menyebabkan neurodermatits sirkumskripta pada daerah anogenital.
·         Gigitan Serangga
Gigitan serangga dapat meyebabkan reaksi radang dalam tubuh yang mengakibatkan rasa gatal.

b)    Faktor Interna
·         Dermatitis Atopik
Asosiasi antara neurodermatitis sirkumskripta dan gangguan atopik telah banyak dilaporkan, sekitar 26% sampai 75% pasien dengan dermatitis atopic terkena neurodermatits sirkumskripta.
·         Psikologis
Anxietas telah dilaporkan memiliki prevalensi tertinggi yang mengakibatkan neurodermatitis sirkumsripta. Anxietas sebagai bagian dari proses patologis dari lesi yang berkembang. Telah dirumuskan bahwa neurotransmitter yang mempengaruhi perasaan, seperti :dopamine, serotonin, atau peptide opioid, memodulasikan persepsi gatal melalui penurunan jalur spinal.

c.    Tanda dan Gejala
Gatal yang berat merupakan gejala dari liken simpleks kronik. Gatal bias paroksismal, terus-menerus, atau sporadik. Menggosok dan menggaruk mungkin disengaja dengan tujuan menggantikan sensasi gatal dan nyeri, atau dapat secara tidak sengaja yang terjadi pada waktu tidur. Keparahan gatal dapat diperburuk dengan berkeringat, suhu atau iritasi dari pakaian. Gatal juga dapat bertambah parah pada saat terjadi stress psikologis.

d.    Pencegahan
Tidak menggaruk bagian tubuh terlalu lama dalam waktu yang cukup lama.
e.    Pengobatan
a.    Nonmedikamentosa: mengubah cara hidup, cukup istirahat, bila perlu konsul psikiatri.
b.    Medikamentosa: antihistamin dengan efek samping sedatif, topikal: salep yang bersifat antipruritus yang juga keratolitik.

3)    Dermatitis Atopik
a.    Pengertian
Dermatitis atopik dapat disebut juga ekzema konstitusional, ekzema fleksural, neurodermatitis diseminata, prurigo Besnier.
b.    Etiologi
Terdapat stigmata atopi (herediter) pada pasien/anggota keluarga berupa:
·         Rinitis alergik, asma bronkial, hay fever.
·         Alergi terhadap berbagai alergen protein (polivalen).
·         Pada kulit: dermatitis atopik, dermatografisme putih, dan  kecenderungan timbul urtika.
·         Reaksi abnormal terhadap perubahan suhu (hawa udara panas dingin) dan ketegangan (stres).
·         Resistensi menurun terhadap infeksi virus dan    bakteri.
·         Lebih sensitif terhadap serum dan obat.
·         Kadang-kadang terdapat katarak juvenilis.
c.    Tanda dan Gejala
Bisa terjadi pada bayi yang disebut eksim susu. Timbul disekitar pipi dan bibir. Sedang pada anak dapat dijumpai didaerah lipatan siku.

d.    Pencegahan
a)    Hindari kontak dengan iritan atau alergen.
b)    Jika gatal, jangan menggaruk karena dapat terjadi luka, radang dan bernanah.
c)    Hindari stres dan menjalankan pola hidup yang sehat.
d)    Jaga kebersihan diri dan lingkungan.

e.    Pengobatan
Penatalaksanaan seperti dermatitis pada umumnya, terutama menghindari faktor pencetus/faktor predisposisi. Bila eksudasi berat atau stadium akut diberi kompres terbuka, bila dingin dapat diberikan krim kostikosteroid ringan sedang. Pada lesi kronis dan likenifikasi dapat diberikan salep kortikosteroid kuat. Antihistamin merupakan obat pilihan utama sebagai kompetitif histamin. Dapat digunakan golongan sedasi (klasik) maupun nonsedasi (AH baru).

4)    Dermatitis Seboroik
a.    Pengertian
Dermatitis Seboroik (Seborrhoeic Dermatitis, Seborrheic Dermatitis) merupakan peradangan permukaan kulit berbentuk lesi squamosa (bercak disertai semacam sisik), bersifat kronis, yang sering terjadi di area kulit berambut dan area kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea (kelenjar minyak, lemak), seperti kulit kepala, wajah, tubuh bagian atas dan area pelipatan tubuh (ketiak, selangkangan, pantat).
b.    Etiologi
Penyebab Dermatitis Seboroik hingga kini belum diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab Dermatitis Seboroik, antara lain: infeksi jamur Malassezia ovale, faktor imunologi, iklim, genetik, lingkungan, hormonal, dan aktifitas kelenjar sebasea yang berlebihan.
c.    Tanda dan Gejala
Dermatitis Seboroik relatif mudah dikenali karena tandanya yang khas, yakni dijumpainya krusta (bercak disertai semacam sisik) berminyak.
Gejala Pada Bayi:
a)    Di area kepala (bagian depan dan samping) ditandai: krusta tebal, pecah-pecah, berwarna kekuningan dan berminyak. Tanda ini disebut cradle cap karena bentuknya yang mirip topi menutupi kulit kepala.
b)    Dibagian tubuh yang lain, ditandai: ruam berwarna kemerahan, merah kekuningan, dengan krusta berminyak yang menutupi permukaannya.
d.    Pencegahan
Sedapat mungkin penderita Dermatitis Seboroik mengamati pemicu timbulnya kekambuhan. Jika sudah mengenali pemicunya, diupayakan untuk mencegah paparan faktor pemicu.
Pada umumnya penderita Dermatitis Seboroik mengalami kesulitan mengenali pemicu timbulnya kekambuhan. Hal ini wajar mengingat beragamnya faktor-faktor pemicu. Kalaupun faktor pemicunya dapat dikenali, tak jarang penderita sulit menghindarinya, terutama jika faktor-faktor pemicu tersebut merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari, misalnya stress, iklim dan sejenisnya.
e.    Pengobatan
Cari infeksi sebagai faktor pencetus fokal/sistemik, dapat diberikan prednison 20 mg sehari. Pengobatan topikal disesuaikan kondisi penyakit.

5)    Dermatitis Statis
a.    Pengertian
Dermatitis statis atau dermatitis hipostatis merupakan salah satu jenis dermatitis sirkulatorius. Biasanya dermatitis statis merupakan dermatitis varikosum, sebab kausa utamanya ialah insufisiensi vena.
b.    Etiologi
Semua keadaan yang menyebabkan statis peredaran darah di tungkai bawah.
c.    Tanda dan Gejala
Dermatitis statis biasanya timbul di pergelangan kaki pada awalnya kulit menjadi merah dan sedikit bersisik. Setelah beberapa minggu/beberapa bulan warna kulit berubah menjadi coklat gelap.
d.    Pencegahan
Hindari faktor lingkungan lain yang dapat mencetuskan alergi. Hati-hati dalam memilih makanan yang bisa menyebabkan alergi
e.    Pengobatan
Terdiri atas pengobatan kausa kelainan sirkulasi diperbaiki misalnya dengan elevasi tungkai pada saat tidur. Terapi dermatitis diberikan sesuai dengan kondisinya.

7.    Penanganan atau Tindakan Awal Dermatitis
Sebagian besar dermatitis dapat ditangani dengan cara :
1)    Menghindari faktor pemicu yang dapat mengiritasi kulit seperti berikut ini :
a.    Makanan atau air liur disekitar mulut. Bila perlu gunakan pelembab di sekitar pipi sebelum bayi makan.
b.    Gunakan baju yang halus berbahan katun.
c.    Gunakan krim pelembab untuk menghindari kontak dengan faktor iritan.

2)    Menjaga kulit tetap tetap lembab
Berbagai pelembab untuk bayi dapat dipergunakan sesering mungkin. Pelembab dapat digunakan 1-3 kali sehari, atau lebih bila diperlukan. Bahan pelembab yang sering digunakan biasanya berbahan dasar vaselin, aquasol, dan parafin. Gunakan sabun mandi yang tidak mengandung antiseptik dan tidak berbusa.

3)    Mengurangi gatal
a.    Kompres menggunakan air dingin selama 5-10 menit. Setelah itu gunakan pelembab.
b.    Alihkan perhatian bayi saat berusaha menggaruk.
c.    Hindari suhu ruangan yang panas, terutama saat bayi tidur.
d.    Gunakan pelembab secara teratur, terutama sebelum tidur.
e.    Jaga jari bayi tetap bersih, potong jika panjang.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Budiarto. 2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. EGC. Jakarta : 37
2.    Depkes, RI. 2011. Angka Kejadian Dermatitis. http://Tomkian.com diakses tanggal 20 April 2012
3.    Hidayat, A. 2007. Metode Penelitian untuk Kebidanan. Salemba Medika, Jakarta: 32–37
4.    Hidayat, A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Salemba Medika. Jakarta: 134-137
5.    Kristiyani, W. 2010. Asuhan Keperawatan Neonatus dan Anak. Nuha Medika.  Yogyakarta : 15-18
6.    Mansjoer, A. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius. Jakarta :        86-92
7.    Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Rineka Cipta, Jakarta : 219-228
8.    Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta : 101-115
9.    Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta : 92-95
10. Prawiroharjo, S. 2009. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka. Jakarta :
11. 886-889
12. Riyanto, A. 2011. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Nuha Medika, Yogyakarta : 89-94
13. Rosdiana. 2012. Kejadian Dermatitis pada Bayi. http://healt.detik.com diakses tanggal 14 April 2012
14. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendekia Press. Yogjakarta : 41-90
15. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha Medika. Yogyakarta : 55-141
16. Steven. 2005. Perawatan untuk Bayi dan Balita. Arcan. Jakarta : 178-203
17. Sudarti. 2010. Kelainan dan Penyakit pada Bayi dan Anak. Nuha Medika.  Yogyakarta : 15-20
18. Arief. 2010. Neonatus dan Asuhan Keperawatan Anak. Nuha Medika. Yogyakarta : 12-14


Tidak ada komentar:

Posting Komentar