Kamis, 15 November 2012

VERTIGO

Dr. Suparyanto, M.Kes


VERTIGO

Batasan: perasaan berputar

Macam: vertigo spontan, posisi dan kalori
Vertigo spontan: vertigo yang terjadi tanpa adanya rangsangan (rangsangan dari penyakit: Meniere)
Vertigo posisi: vertigo timbul karena perubahan posisi kepala, vertigo timbul akibat rangsangan kupula canalis semisirkularis oleh debris (kotoran)
Vertigo kalori: vertigo yang terjadi pada pemeriksaan kalori

Vertigo terjadi jika ada rangsangan pada organ keseimbangan/ vestibuler
Rangsangan normal pada test kalori
Rangsangan abnormal: kerusakan sistem vestibuler  (reseptor vestibuler di labirin, organ visual dan propioseptif)
Labirin statis: utrikulus dan sakulus →makula utrikulus (reseptor keseimbangan statis)
Labirin kinetik: canalis semisirkularis → kupula (reseptor keseimbangan kinetis)
Gangguan keseimbangan dapat menyebabkan: vertigo, mual, muntah, bradikardi/tachikardi, berkeringat dingin

Uji keseimbangan:
Uji Romberg: berdiri, tangan dilipat didada, mata ditutup → pada orang normal dapat berdiri lebih 30 detik
Uji berjalan/ Stepping Test: berjalan ditempat 50 langkah, bila tempat berubah > 1 m, atau badan berputar > 30o → ada gangguan keseimbangan

Etiologi:
16%, idiopatik, Kelainan sentral (serebulum) 9,3%, Nistagmus, Hipertensi/ hipotensi, Labirintis, Penyakit jantung, Sklerosis multiple, Penyakit Meniere, Neuritis vestibuler, DM, fraktur labirin, depresi, kolesteatoma, tumor nervus 8, kontusio labirin

PENYAKIT MENIERE
Batasan: penyakit yang menyebabkan manusia tidak bisa berdiri tegak, di temukan oleh Meniere (1861)
Patofisiologi: gejala klinis disebabkan hidrops endolimfe pada koklea dan vestibulum, penyebab hidrops: 1. meningkatnya tekanan hidrostatik pada ujung arteri, 2. berkurangnya tekanan osmotik di dalam kapiler, 3. meningkatnya tekanan osmotik ruang ekstrakapiler, 4. jalan keluar sakus endolimfatikus tersumbat

Etiologi: gangguan biokimia cairan endolimfe, gangguan klinik membran labirin
Gejala klinis:
Trias sindrome Meniere: vertigo, tinitus, dan tuli sensorineural nada rendah
Serangan pertama sangat berat, vertigo disertai muntah
Setiap kali berusaha berdiri, merasa berputar dan muntah (berlangsung hari – minggu)

Penatalaksanaan:
Simptomatik, sedatif dan anti muntah
Vasodilator perifer → untuk mengurangi tekanan hidrops endolimfe
Cairan endolimfe dikurangi dengan operasi
Penguatan saraf dengan neurotropik
Pengobatan nistagmus, neuritis



TINITUS

Dr. Suparyanto, M.Kes


TINITUS

Batasan: adalah gangguan pendengaran berupa sensasi suara (mendenging, menderu, mendesis) tanpa adanya rangsangan dari luar
Pada tinitus terjadi aktivitas elektrik pada area auditoria yang menimbulkan perasaan adanya bunyi, namun impuls bukan berasal dari luar, tetapi berasal dari sumber impuls abnormal dari dalam tubuhnya sendiri

Tinitus merupakan gejala klinis penyakit telinga, perlu dicari penyebabnya untuk mengobatinya

Etiologi:
Gangguan vaskuler  (aterosklerosis, tumor karotis)
Kejang klonus muskulus tensor timpani dan m. stapedius
Intoksikasi obat: salisilat, kina, streptomisin, garamisin, digitalis, kanamisin
Hipertensi
Stress, mens, hamil

Penatalaksanaan:
Perlu diketahui penyebab → Tx berdasar causa
Prinsip pengobatan:
Psikologik:  penyakit tidak membahayakan, perlu santai
Elektrofisiologik: memberi stimulus yang lebih keras dari tinitusnya (dengan alat bantu dengar)
Medikamentosa: antidrepresan, tranquilizer, sedatif, neurotropik, mineral, vitamin
Operatif: jika penyebab tumor, akustik neuroma




GANGGUAN PENDENGARAN

Dr. Suparyanto, M.Kes


GANGGUAN PENDENGARAN

Gangguan pendengaran dibagi:
Tuli konduktif (gangguan hantaran suara di telinga luar dan tengah)
Tuli sensorineural (kelainan pada koklea, nervus 8, otak)
Tuli campur

TEST PENALA (GARPU TALA)
Test Rinne: membandingkan hantaran melalui udara dan tulang yang diperiksa
Test Weber: membandingkan hantaran telinga liri dan kanan
Test Schwabach: membandingkan telinga yang diperiksa dengan telinga normal (pemeriksa)

TEST RINNE
Penala digetarkan, tangkainya diletakan di prosesus mastoid, setelah tidak terdengar, penala diletakan didepan telinga dengan jarak 2 ½ cm
Bila masih mendengar disebut: Rinne (+) → menunjukan telinga masih normal
Bila tidak mendengar disebut: Rinne (-) → menunjukan ada kelainan konduktif

TEST WEBER
Penala digetarkan dan diletakan di vertex, dahi, pangkal hidung, tengah gigi seri atau dagu)
Apabila bunyi penala lebih keras pada salah satu telinga → terjadi lateralisasi
Lateralisasi → menunjukan tempat kelainan konduktif

TEST SCHWABACH
Penala digetarkan, lalu diletakan pada prosesus mastoideus pasien sampai tidak terdengar
Segera pindahkan penala ke prosesus mastoideus pemeriksa (normal)
Bila pemeriksa masih mendengar disebut: memendek
Bila pemeriksa tidak mendengar, pemeriksaan dibalik, jika penderita masih mendengar disebut: memanjang (menunjukan ada kelainan konduktif)

JENIS PEMERIKSAAN
TELINGA KANAN
TELINGA KIRI
Rinne
Negatif
Positif
Weber
Lateralisasi

Schwabach
Memanjang
Sesuai pemeriksa
Kesimpulan
Tuli konduktif
Normal

PENYEBAB TULI
Tuli konduktif: atresia liang telinga, sumbatan serumen, otitis eksterna sirkumskripta, osteoma liang telinga, oklusi tuba eustachius, otitis media, otosklerosis, timpanosklerosis, hemotimpanum, dislokasi oseus auditorius
Tuli sensorineural: tuli sensorineural koklea, dan retrokoklea

Tuli sensorineural koklea: aplasia (kongenital), labirintis, intoksikasi obat, trauma kapitis, trauma acustik, pajanan bising
Tuli sensorineural retrokoklea: neuroma akustik, tumor sudut pons, mieloma multiple, cedera otak, perdarahan otak
Presbikusis: penurunan pendengaran karena usia lanjut


RINITIS

Dr. Suparyanto, M.Kes


RINITIS

RINITIS ALERGIKA
Batasan:  penyakit inflamasi pada mucosa hidung setelah terpajan alergen yang diperantai oleh Ig E
Patofisiologi: kontak alergen pada penderita yang hipersensitif (atopi) akan menyebabkan keluarnya zat mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotriaen, bradikinin, sitokin, yang menyebabkan reaksi alergi seperti: gatal, bersin, hidung buntu, ingus encer

Gejala klinis:
Didahului gatal2 pada hidung, mata
Bersin2 paroksismal, pilek encer dan hidung buntu
Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, sakit kepala
Ada manifestasi alergi pada organ lain/ keluarga
Tanpa tanda infeksi
Sering kambuh jika kontak dengan allergen

Penatalaksanaan:
Menghindari kontak alergen
Medikamentosa: antihistamin, dekongestan (tetes hidung)
Operatif: konkotomi parsial, jika kauterisasi dengan AgNO3 25% tidak berhasil
Imunoterapi → membentuk Ig G blocking antibody dan penurunan Ig E

RINITIS VASOMOTOR
Batasan: sindroma/ gejala kronis yang berupa bersin2, pilek encer dan hidung buntu yang tidak diketahui penyebabnya
Patofisiologi: etiologi pasti belum diketahui, diperkirakan ada ketidak seimbangaan SSO yaitu antara aktivitas kolinergik dan adrenergik
Nama lain: Vasomotor catarrh, vasomotor rinorhoe, nasal vasomotor instability, non alergic perennial rhinitis

Gejala klinis:
Gejala sering dipicu oleh asap, bau menyengat, parfum, alkohol, pedas, udara dingin, kelelahan, stress
Hidung tersumbat, rinorhaoe, bersin2
Biasanya kambuh waktu pagi (dingin), mendung (kelembaban tinggi)

Penatalaksanaan:
Menghindari faktor pencetus
Simptomatis: dekongestan oral, cuci hidung dengan garam fisiologis, kauterisasi dengan AgNO3 25% atau triklor asetat pekat
Operasi: konkotomi