Kamis, 15 November 2012

RINITIS

Dr. Suparyanto, M.Kes


RINITIS

RINITIS ALERGIKA
Batasan:  penyakit inflamasi pada mucosa hidung setelah terpajan alergen yang diperantai oleh Ig E
Patofisiologi: kontak alergen pada penderita yang hipersensitif (atopi) akan menyebabkan keluarnya zat mediator seperti histamin, prostaglandin, leukotriaen, bradikinin, sitokin, yang menyebabkan reaksi alergi seperti: gatal, bersin, hidung buntu, ingus encer

Gejala klinis:
Didahului gatal2 pada hidung, mata
Bersin2 paroksismal, pilek encer dan hidung buntu
Gangguan pembauan, mata sembab dan berair, sakit kepala
Ada manifestasi alergi pada organ lain/ keluarga
Tanpa tanda infeksi
Sering kambuh jika kontak dengan allergen

Penatalaksanaan:
Menghindari kontak alergen
Medikamentosa: antihistamin, dekongestan (tetes hidung)
Operatif: konkotomi parsial, jika kauterisasi dengan AgNO3 25% tidak berhasil
Imunoterapi → membentuk Ig G blocking antibody dan penurunan Ig E

RINITIS VASOMOTOR
Batasan: sindroma/ gejala kronis yang berupa bersin2, pilek encer dan hidung buntu yang tidak diketahui penyebabnya
Patofisiologi: etiologi pasti belum diketahui, diperkirakan ada ketidak seimbangaan SSO yaitu antara aktivitas kolinergik dan adrenergik
Nama lain: Vasomotor catarrh, vasomotor rinorhoe, nasal vasomotor instability, non alergic perennial rhinitis

Gejala klinis:
Gejala sering dipicu oleh asap, bau menyengat, parfum, alkohol, pedas, udara dingin, kelelahan, stress
Hidung tersumbat, rinorhaoe, bersin2
Biasanya kambuh waktu pagi (dingin), mendung (kelembaban tinggi)

Penatalaksanaan:
Menghindari faktor pencetus
Simptomatis: dekongestan oral, cuci hidung dengan garam fisiologis, kauterisasi dengan AgNO3 25% atau triklor asetat pekat
Operasi: konkotomi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar