Minggu, 11 November 2012

SEKILAS TENTANG BAYI GUMOH

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG BAYI GUMOH (REGURGITASI)

1.    Pengertian Regurgitasi
Regurgitasi adalah suatu keadaan yang normal dimana bayi memuntahkan sebagian susu yang telah ditelan, jika berlebihan dan tidak ditangani, bisa mengakibatkan komplikasi serta terganggunya pertumbuhan bayi (Hegar, 2005). Regurgitasi berbeda dengan muntah – muntah, bedanya regurgitasinya terjadi seperti ilustrasi air yang mengalir kebawah, bisa sedikit (seperti meludah) atau cukup banyak bersifat pasif. Sedangkan muntah cenderung dalam jumlah banyak dan dengan kekuatan atau tanpa kontraksi lambung (Erlina, 2008).

2.    Penyebab Regurgitasi
A).ASI atau air susu yang diberikan melebihi kapasitas lambung
Lambung yang penuh menyebabkan bayi regurgitasi. Ini terjadi karena makanan yang terdahulu belum sampai ke usus, sudah di isi makanan lagi. Akibatnya bayi regurgitasi.
B).Posisi menyusui yang salah
Sering ibu menyusui sambil tiduran dengan posisi miring, sementara posisi bayi tidur terlentang. Akibatnya susu dari lambung kembali kerongkongan sehingga terjadi regurgitasinya.

C).Pemakaian lubang dot yang salah
Jika bayi suka lubang dot besar diberi lubang dot yang kecil, bayi akan malas menghisap, karena lama. Akibatnya susu tetap keluar dari lubang dot dan memenuhi mulut bayi dan lebih banyak udara masuk. Udara yang masuk kedalam lambung membuat bayi regurgitasi.

D).Klep penutup lambung belum berfungsi sempurna
Dari mulut, susu akan masuk kesaluran pencernaan atas, baru kemudian ke lambung. Diantara kedua organ tersebut terdapat klep penutup lambung. Pada bayi klep ini belum sempurna, akibatnya bayi dalam posisi yang salah susu akan keluar dari mulut.

E).Terlalu aktif
Pada saat bayi menggeliat atau pada saat bayi terus menerus menangis ini akan membuat tekanan di dalam perutnya tinggi, sehingga keluar dari mulut (Erlina, 2008).

F).Bayi kembung
Lambung bayi terisi oleh udara, sehingga cairan yang masuk mudah terdesak keluar.

G).Pemakaian gurita yang terlalu ketat
Pemakaian gurita yang terlalu ketat dapat menghambat mengembangnya lambung, sehingga menurunkan daya tampung lambung. Selain itu pemakaian gurita membuat organ pernafasan dan pencernaan kurang berkembang maksimal.

H).Intoleransi susu formula
Bayi tidak dapat mencerna laktosa yang dikandung susu formula, sehingga terjadi reflek muntah setiap kali minum.

I).Pemberian makanan pendamping ASI terlalu dini (<6 bulan="bulan" span="span">
Pencernaan belum siap menerima makanan padat, sehingga rentan terjadi perlukaan lambung, usus dan diare.

J).Cacat bawaan
Bila cacat pada mulut maupun pencernaan bagian dalam, yang menyebabkan bayi tidak mampu menelan atau mencerna makanan (Raihan, 2009).

3.    Penanganan Regurgitasi
A)Saat bayi regurgitasi sebaiknya miringkan atau tengkurapkan bayi.
Biarkan saja bayi regurgitasi sampai tuntas, jangan ditahan agar regurgitasinya tidak masuk kedalam saluran nafas yang dapat berakibat fatal. Jangan mengangkat bayi saat regurgitasi, segera mengangkat bayi ketika tidur itu berbahaya, karena regurgitasi bisa turun lagi, masuk ke paru-paru dan akhirnya malah mengganggu paru bisa radang paru.

B)Jika regurgitasi keluar lewat hidung bersihkan segera regurgitasinya dengan tisu atau kain. Regurgitasi yang keluar lewat hidung lebih baik, dari pada cairan dihirup dan masuk ke dalam paru-paru karena bisa menyebabkan radang atau infeksi, regurgitasi pada bayi tidak hanya keluar dari mulut tapi juga bisa dari hidung. Hal ini terjadi karena mulut, hidung dan tenggorokkan mempunyai saluran yang tidak berhubungan. Pada saat regurgitasinya berlebih dan tidak semuanya bisa keluar dari mulut, maka cairan keluar lewat hidung (Erlina, 2008).

Namun jika gumoh ini disertai dengan komplikasi, maka perlu penanganan lebih lanjut dari dokter untuk menghentikannya. Gumoh yang berbahaya ini disebabkan karena asam lambung meningkat yang dipicu oleh iritasi di kerongkongan, peradangan di kerongkongan, sehingga bayi menolak makan dan diminum akhirnya berpengaruh pada berat badan bayi yang tak kunjung bertambah. Selain itu anak jadi gelisah, rewel, nangis, dan selalu menolak minum (Yuanita, 2008)

4.    Cara mencegah Regurgitasi
Langkah – langkah berikut akan mengurangi frekuensi dan jumlah regurgitasi (Shelov, 2005)
1)    Hindarkan memberikan ASI atau susu saat bayi berbaring, jaga agar bayi tetap pada posisi tegak sekitar 30 menit setelah menyusui.
2)    Hindari meletakkan bayi dikursi bayi karena akan meningkatkan tekanan pada perut.
3)    Hindari merangsang aktivitas berlebihan setelah bayi disusui.
4)    Kontrol jumlah ASI dan susu yang diberikan, berikan ASI dan susu sedikit demi sedikit tapi sering selalu usahakan cairan yang masuk lebih banyak dari cairan yang keluar.
5)    Cek lubang dot yang digunakan untuk memberikan ASI atau susu, jika lubang terlalu kecil akan meningkatkan udara yang masuk, jika terlalu besar akan mengalir dengan cepat yang bisa memungkinkan bayi regurgitasi.
6)    Hindarkan pemberian ASI dan susu ketika bayi sangat lapar karena bayi akan tergesa-gesa saat minum sehingga akan menimbulkan udara masuk.
7)    Jika menyusui, posisi bayi dimiringkan, kepala bayi lebih tinggi daripada kakinya sehingga membentuk sudut 45°, jadi cairan yang masuk bisa turun kebawah (Erlina, 2008).
8)    Hindari interuptus, suatu yang mengejutkan, lampu yang terang dan gangguan lainnya saat menyusui.
9)    Ganjal kepala bayi dengan sesuatu yang agak keras (bantal) dan taruh posisi bayi dalam posisi miring. Hal ini membuat kepala lebih tinggi dari pada lambungnya dan mencegah bayi tersedak kalau dia regurgitasi pada saat tidur (Shelov, 2005).
10) Perbaiki teknik menyusui. Cara menyusui yang benar adalah mulut bayi menempel pada sebagian aerola dan dagu menempel payudara ibu.
11) Apabila menggunakan botol, perbaiki cara minumnya. Posisi botol diatur sedemikian rupa sehingga susu menutupi seluruh permukaan botol dan dot harus masuk seluruhnya kedalam mulut bayi.
12) Sendawakan bayi sesaat setelah minum, bayi yang selesai minum jangan langsung ditidurkan, tetapi perlu disendawakan terlebih dahulu. Sendawa dapat dilakukan sebagai berikut :

a)    Gendong bayi dengan posisi tegak dengan kepalanya bersandar di bahu ibu tahan kepala dengan punggung sewaktu menepuk – nepuk punggung bayi dengan lembut, sampai terdengar bayi bersendawa.
b)    Dudukkan bayi dipangkuan ibu, dengan menyongkong dada dan kepalanya menggunakan satu tangan, sementara tangan yang satunya menepuk –nepuk punggung bayi.
c)    Telungkupkan bayi dipangkuan ibu, sokong kepalanya sehingga lebih tinggi daripada dadanya, dan dengan lembut tepuk atau putar tangan ibu pada punggung si bayi (Shelov, 2005).

DAFTAR PUSTAKA

1.    Alimul, Aziz. 2007. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Salemba Medika. Jakarta
2.    Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipka. Jakarta
3.    Azwar, Saifuddin. 2010. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Pustaka Pelajar. Yogyakarta
4.    Badriul, Hegar. 2005. Gumoh Bisa Mengganggu Pertumbuhan Bayi. http://www.suaramerdeka.com diakses tanggal 15 April 2012
5.    Donna. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. EGC. Jakarta
6.    Erlina. 2008. Gumoh dan Muntah. http://kuliahbidan.wordpress.com diakses tanggal 15 April 2012
7.    Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Nuha Medika. Yogyakarta
8.    Notoatmodjo, Soekitdjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta. Jakarta
9.    Nursalam. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat dan Bidan). Salemba Medika. Jakarta
10. Nursalam. 2009. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta
11. Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Mitra Cendikia. Yogyakarta
12. Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Graha Ilmu.             Yogyakarta
13. Sodikin. 2011. Asuhan Keperawatan Anak: Gangguan Sistem Gastrointestinal dan Hepatobilier. Salemba Medika. Jakarta
14. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung
15. Sugiyono. 2007. Statistika untuk Penelitian. CV. Alfabeta. Bandung
16. Wawan, A dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar