Selasa, 26 Maret 2013

FAKTOR MENURUNNYA KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) SELAYANG PANDANG

Dr. Suparyanto, M.Kes


FAKTOR MENURUNNYA KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) SELAYANG PANDANG

KONSEP DASAR KONTRASEPSI

1.Pengertian Kontrasepsi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2005).

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan dapat bersifat sementara maupun permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat - obatan (Proverawati dkk, 2010).

Kontrasepsi adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Sujiyatini dkk,2011).

2.Tujuan Kontrasepsi
Tujuan umum
Membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksana program  KB Nasional yang kuat di masa mendatang, sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas dapat tercapai.

Tujuan utama
Untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat / angka kematian ibu bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas (Sujiyatini dkk, 2011).

3. Macam- macam metode kontrasepsi

a. Metode sederhana
1)    Tanpa alat atau obat: Metode kalender, metode suhu basal, metode lendir serviks, metode simpto - termal, coitus interruptus.
2)    Dengan alat: Kondom pria, diafragma atau kap, tablet berbusa (vaginal tablet), jelli dan cairan berbusa.

b. Metode modern
1)    Pil
2)    Suntikan
3)    Implant
4)    AKDR (alat kontasepsi dalam rahim)

c. Metode mantap dengan cara operasi (Kontrasepsi Mantap)
1)    Pada wanita: metode operasi wanita (MOW) atau tubektomi.
2)    Pada pria: metode operasi pria (MOP) / vasektomi (Hanafi, 2004).

d. Ciri - ciri kontrasepsi yang ideal :
1)    Berdaya guna
2)    Aman
3)    Murah
4)    Mudah didapatkan
5)    Efek samping minimal

e. Syarat- syarat alat kontrasepsi :
1)    Aman pemakaiannya dan dipercaya.     
2)    Tidak ada efek samping yang merugikan.
3)    Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4)    Tidak menganggu hubungan persetubuhan.
5)    Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya.
6)    Cara penggunaannya sederhana dan tidak rumit.
7)    Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat.
8)    Dapat diterima oleh pasangan suami istri (Proverawati dkk, 2010).

f. Faktor yang mempengaruhi keputusan pemilihan kontrasepsi:

a). Faktor sosial – budaya
Tren saat ini tentang jumlah keluarga, dampak jumlah keluarga tempat individu tumbuh dan berkembang terhadap individu tersebut, pentingnya memiliki anak laki - laki dimata masyarakat karena akan meneruskan nama keluarga, apakah masyarakat menghubungkan secara langsung antara jumlah anak yang dimiliki seorang laki - laki dan kejantanannya, nilai dalam masyarakat tentang menjadi seorang "wanita" hanya bila ia dapat "memberi" anak kepada pasangannya.

b). Faktor pekerjaan dan ekonomi
Kemungkinan perpisahan yang lama karena melakukan wajib militer, kebutuhan untuk mengalokasi sumber - sumber ekonomi untuk pendidikan atau sedang memulai suatu pekerjaan atau bidang usaha, kemampuan ekonomi untuk menyediakan calon anak-anaknya dengan makanan, pakaian, tempat berlindung, pendidikan dimasa depan.

c). Faktor keagamaan
Pembenaran terhadap prinsip - prinsip pembatasan keluaraga dan konsep dasar tentang keluarga berencana oleh semua agama.

d). Faktor hukum
Peniadaan semua hambatan hukum untuk pelaksanaan keluaraga berencana sejak diberlakukannya undang - undang negara Connecticut tentang pembatasan penggunaan alat kontrasepsi, yang bertujuan mencegah konsepsi dinyatakan tidak sesuai konstitusi oleh Majelis Tertinggi pada tahun 1965.

e). Faktor fisik
Kondisi - kondisi yang membuat wanita tidak bisa hamil karena alasan kesehatan, usia dan waktu "jam biologis" yang akan habis, gaya hidup tidak sehat, penggunaan obat teratogenik.

f). Faktor hubungan
Stabilitas hubungan, masa krisis, dan penyesuaian yang panjang dengan hadirnya anak.

g). Faktor psikologis
Kebutuhan untuk memiliki anak untuk dicintai dan mencintai orang tuanya, pemikiran bahwa kehamilan dianggap bukti bahwa kita dicintai, keyakinan yang salah bahwa anak akan menyatukan kembali hubungan yang retak, rasa takut untuk mengasuh dan membesarkan anak, ancaman terhadap gaya hidup yang dijalani jika menjadi orang tua.

h). Status kesehatan saat ini dan riwayat genetik
Adanya keadaan atau kemungkinan munculnya kondisi atau penyakit yang dapat ditularkan terhadap bayi misalnya HIV, AIDS (Varney, 2006).

g. Faktor - faktor yang mempengaruhi penilaian individu atau pasangan terhadap pemilihan metode kontrasepsi :
1)    Keinginan untuk mengendalikan kehamilan secara permanen atau sementara.
2)    Efektivitas metode yang digunakan, keefektifan metode kontrasepsi sangat beragam. Jumlah wanita yang tidak menginginkan kehamilannya kemudian mengalami kehamilan selama bulan pertama penggunaan metode kontrasepsi adalah 53%.
3)    Pengaruh media (penekanan pada aspek positif dan negatif atau efek samping metode kontrasepsi).
4)    Efek samping dan pertanyaan yang mungkin muncul tentang keamanan suatu metode.
5)    Kemungkinan manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari setiap metode.
6)    Kemampuan suatu metode untuk mencegah penyakit (HIV, penyakit menular seksual, kanker).
7)    Perkiraan lamanya penggunaan metode kontrasepsi.
8)    Biaya.
9)    Frekuensi hubungan seksual
10) Jumlah pasangan seksual.
11) Faktor sosial (tren sosial saat ini terkait penggunaan berbagai metode).
12) Faktor keagamaan (apakah metode tertentu dikenakan sanksi oleh badan - badan keagamaan yang dianut individu atau pasangan) (Varney, 2006).

KONSEP DASAR IUD ( INTRA UTERI DEVICE)
      
Adalah cara pencegahan kehamilan yang sangat efektif, aman, dan reversibel bagi wanita tertentu, terutama yang tidak terjangkit PMS dan sudah pernah melahirkan (Pendit, 2007).

Intra Uteri Device (IUD) adalah suatu alat plastik atau logam kecil yang dimasukkan ke uterus melalui kanalis servikalis. Walaupun mekanisme kerja pasti tidak diketahui, di hipotesisikan bahwa IUD (Intra Uteri Device) menggangu motilitas sperma dan perjalanan ovum. Riset terakhir menunjukkan bahwa cara kerja utama IUD (Intra Uteri Device) adalah mencegah pembuahan, bertolak belakang dengan kepercayaan yang luas dianut bahwa IUD (Intra Uetri Device) berfungsi sebagai penginduksi abortus.

1. Jenis-jenis IUD

a. Copper T
AKDR berbentuk T, terbuat dari bahan polythelen di mana pada bagian vertikalnya diberi lilitan kawat tembaga halus. Lilitan tembaga halus ini mempunyai efek antifertilisasi (anti pembuahan) yang cukup baik.

b. Copper 7
AKDR ini berbentuk 7 dengan maksud untuk memudahkan pemasangan. Jenis ini mempunyai ukuran diameter batang vertikal 32 mm dan ditambahkan gulungan gulungan kawat tembaga (Cu) yang mempunyai luas permukaan 200 mm2, fungsinya sama seperti halnya lilitan tembaga halus pada jenis copper T.

c. Multi Load
AKDR ini terbuat dari plastik (polyethelen) dengan dua tangan kiri dan kanan berbentuk sayap yang fleksibel. Panjangnya dari ujung atas kebawah 3,6cm. Batangnya diberi gulungan kawat tembaga dengan luas permukaan 250mm atau 375mm untuk menambah efektifitas. Ada 3 ukuran multi load, yaitu standart, small (kecil), dan mini.

d. Lippes Loop
AKDR ini terbuat dari bahan polyethelen, bentuknya seperti spiral atau huruf S bersambung. Untuk memudahkan kontrol, dipasang benang pada ekornya. Lippes Loop terdiri dari 4 jenis yang berbeda menurut ukuran panjang bagian atasnya. Tipe A berukuran 25mm (benang biru), tipe B 27,5 mm 9 (benang hitam), tipe C berukuran 30 mm (benang kuning), dan 30 mm (tebal, benang putih) untuk tipe D (Proverawati dkk, 2010).

2. Cara Kerja IUD
1)    Endometrium mengalami transformasi yang ireguler, epitel atrofi sehingga menggangu implantasi.
2)    Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan sperma.
3)    Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba falopi
4)    Menginaktifkan sperma.

3. Efektifitasnya
Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100 perempuan selama 1 tahun pertama penggunaan (Sujiyatini dkk, 2011).

4. Keuntungan IUD
Keuntungan dari alat kontrasepsi IUD adalah sebagai berikut:
1)    Sebagai alat kontrasepsi efektifitasnya tinggi.
2)    IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
3)    Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari Cu T 380A dan tidak perlu diganti)
4)    Sangat efektif karena tidak perlu lagi mengingat-ingat.          
5)    Tidak mempengaruhi hubungan seksual
6)    Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut untuk hamil.
7)    Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (Cu 380A)
8)    Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI
9)    Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah sbortus (apabila tidak terjadi infeksi) (Proverawati dkk, 2010).

5. Kerugian IUD
a. Efek samping yang umumnya terjadi pada IUD:
1)    Perubahan siklus haid (umumnya terjadi pada 3 bulan pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan)
2)    Saat haid lebih sakit
3)    Haid lebih lama dan banyak
4)    Perdarahan atau spotting antar menstruasi

b. Tidak mencegah IMS termasuk HIV/AIDS
1)    Tidak baik digunakan pada perempuan dengan IMS atau perempuan yang sering berganti pasangan
2)    Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan dengan IMS memakai AKDR. Penyakit radang panggul memicu infertilitas.
3)    Prosedur medis, termasuk pemeriksaan pelvik diperlukan dalam pemasangan AKDR. Seringkali perempuan takut selama pemasangan
4)    Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang dalam waktu 1-2 hari.
5)    Klien tidak melepas AKDR sendiri.
6)    Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena fungsi AKDR untuk mencagah kehamilan normal.
7)    Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR sewaktu-waktu. Untuk melakukan ini perempuan harus memasukan jarinya ke dalam vagina, sebagian perempuan tidak mau melakukan ini (Proverawati, 2010).

6.Yang dapat menggunakan IUD:
1)    Usia produktif. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang.
2)    Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi.
3)    Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
4)    Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi.
5)    Resiko rendah dari IMS.
6)    Tidak menghendaki metode hormonal.
7)    Tidak menyukai untuk mengingat-ingat minum pil setiap hari.
8)    Perokok.
9)    Gemuk ataupun yang kurus.
10) Sedang menyusui.

7. Yang tidak diperkenankan memakai IUD.
Ada beberapa ibu yang dianggap tidak cocok memakai kontrasepsi jenis IUD. Ibu-ibu yang tidak cocok itu adalah mereka yang menderita atau mengalami beberapa keadaan berikut ini:
1)    Kehamilan.
2)    Penyakit kelamin (gonorrhe, sipilis, AIDS, dan sebagainya).
3)    Perdarahan dari kemaluan yang tidak diketahui penyebabnya.
4)    Tumor jinak atau ganas dalam rahim.
5)    Kelainan bawaan dalam rahim

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA IBU DALAM MEMILIH KONTRASEPSI IUD.

1. Pengetahuan / pemahaman yang salah tentang IUD
Kurangnya pengetahuan pada calon akseptor sangat berpengaruh terhadap pemakaian kontrasepsi IUD.

2. Pendidikan Pasangan Usia Subur (PUS) yang rendah
Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

3. Sikap dan pandangan negatif masyarakat
Sikap ini juga berkaitan dengan pengetahuan dan pendidikan seseorang. Banyak mitos tentang IUD seperti dapat mengganggu kenyamanan hubungan suami istri, mudah terlepas jika bekerja terlalu keras, menimbulkan kemandulan, dan lain sebagainya.

4. Sosial budaya dan ekonomi
Tingkat ekonomi mempengaruhi pemilihan jenis kontrasepsi. Hal ini disebabkan karena untuk mendapatkan pelayanan kontrasepsi yang diperlukan akseptor harus menyediakan dana yang diperlukan (Proverawati dkk, 2010).

KONSEP DASAR PERILAKU
Suatu kegiatan atau aktifitas manusia, baik dapat diamati langsung maupun tidak langsung yang diamati oleh pihak luar.

Menurut Notoatmodjo(2007) perilaku adalah keyakinan mengenai tersedianya atau tidaknya kesempatan dan sumber yang diperlukan.

Menurut ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi Organisasi yang bersangkutan.

Menurut Benjamin Bloom perilaku ada 3 domain : perilaku, sikap dan tindakan.

Menurut Roger menjelaskan bahwa sebelum orang menghadapi perilaku baru dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan
1)    Awareness (kesadaran dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap struktur atau obyek).
2)    Interest (dimana orang tersebut adanya ketertarikan).
3)    Evaluation (menimbang terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut).
4)    Trial (dimana orang telah mencoba perilaku baru).
5)    Adoption (dimana subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan terhadap stimulus) (Notoatmodjo, 2007)

1. Teori Determinan Terbentuknya Perilaku

a. Teori Lawrence Green
Menurut Lawrence Green bahwa perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan dimana kesehatan ini dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non behavior causes), selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari 3 faktor, yaitu:
1)    Faktor predisposisi : yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan keyakinan dan nilai-nilai.
2)    Faktor pendukung : yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak bersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Misalnya : Puskesmas, obat-obatan, alat-alat kontrasepsi, jamban.
3)    Faktor pendorong : yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lainnya yang merupakan kelompok retefensi dari perilaku masyarakat.

b. Teori Snehandu B. Kar
Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku merupakan fungsi dari :
1)    Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan kesehatannya (behavior itention)
2)    Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support)
3)    Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accesebility of information)
4)    Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy)
5)    Situasi yang memungkinkan untuk bertindak (action situation)

c. Teori WHO
WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah:
a). Pemikiran dan perasaan (thougts and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan dan penilaian seseorang terhadap objek (objek kesehatan).
1)    Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain
2)    Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek, atau nenek. Seseorang menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu
3)    Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap tindakan-tindakan kesehatan tidak selalu terwujud didalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti oleh tindakan mengacu kepada pengalaman orang lain, sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasar pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang

b). Tokoh penting sebagai panutan, apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh
c). Sumber-sumber daya (resources), mencakup fasilitas, uang, waktu, tenaga dan sebagainya
d). Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan umat manusia (Notoatmodjo, 2007)

2.Faktor yang mempengaruhi Perilaku
a. Faktor Genetik
Perilaku terbentuk dari dalam individu itu sendiri sejak ia dilahirkan.
b. Faktor Eksogen
Meliputi faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial, faktor-faktor yang lain yaitu susunan saraf pusat persepsi emosi.
c. Proses Belajar
Bentuk mekanisme sinergi antara faktor heriditas dan lingkungan dalam rangkat terbentuknya perilaku.

3.BentukPerilaku
a. Perilaku Pasif
Perilaku yang sifatnya tertentu, terjadi dalam diri individu dan tidak bisa diamati. Contoh: berfikir dan bernafas.
b. Perilaku Aktif
Perilaku yang sifatnya terbuka berupa tindakan yang nyata dan dapat diamati secara langsung.

4. Domain Perilaku
Pembagian perilaku ke dalam 3 domain (kewarasan)
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam pembentukan tindakan seseorang over (over behavior)

b. Sikap (Attitude)
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
New Comb, salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu.
Sikap belum merupakan suatu tindakan akan tetapi merupakan predisposisi tindakan sikap perilaku.

c. Praktik/practice
Setelah seseorang mengetahui stimulasi atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapatan terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahuinya.

5. Beberapa Teori Perubahan Perilaku
a. Teori Stimulus Organisme (S-C-R)
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung kepada kualitas rangsang (stimulus) yang berkomunikasi dengan organisme. Sehingga perilaku dapat berubah bila stimulus yang diberikan benar-benar melebihi dari stimulus semula.

b.Teori Testinger (Disconance Theory)
Teori ini didasarkan karena ketidakseimbangan psikologis yang diliputi oleh ketegangan diri yang berusaha untuk mencapai.keseimbangan kembali. Karena dalam diri individu terdapat 2 elemen kogrisi yang saling bertentangan. Sehingga ketidakseimbangan dalam diri seseorang akan menyebabkan perubahan perilaku karena adanya perbedaan 2 elemen dan sama-sama penting.

c.Teori Fungsi.
Teori ini berdasarkan anggapan perubahan perilaku individu tergantung kepada kebutuhan. Sehingga teori fungsi berkeyakinan bahwa perilaku mempunyai fungsi untuk menghadapi dunia luar individu dan senantiasa menyesuaikan diri dengan lingkungannya menurut kebutuhannya.

d.Teori Kurt Lewin
Berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan untuk seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong dan penahan Perilaku itu dapat diubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang sehingga ada 3 kemungkinan perubahan perilaku pada diri seseorang : kekuatan-kekuatan pendorong meningkat kekuatan-kekuatan penahan menurun dan gabungan (Azwar, 2010).

6. Bentuk Perubahan Perilaku
a. Perubahan Alamiah (Natural Change)
Perilaku manusia selalu berubah, sebagian perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial.budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya yang akan mengalami perubahan.

b. Perubahan Rencana (Planed Change)
Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.

c. Kesediaan Untuk Berubah (Readiness To Change)
Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan didalam masyarakat.maka yang sering terjadi adalah sebagian orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian lagi sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda.

7. Strategi Perubahan Perilaku
a. Menggunakan Kekuatan / Kekuasaan
Perubahan perilaku dipaksakan kepada sasaran/masyarakat sehingga ia mau melakukan seperti yang diharapkan. Contoh ini dapat dilakukan pada penerapan Undang- Undang.

b. Pemberian Informasi
Dengan memberikan informasi-informasi.penyuluhan dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hal tersebut. Selanjutnya di pengetahuan-pengetahuan itu akan menimbulkan kesadaran mereka dan akhirnya akan menyebabkan orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya.

c. Diskusi Partisipasi
Dalam memberikan informasi tentang kesehatan tidak searah tetapi dua arah. Hal ini masyarakat tidak hanya pasif menerima informasi, tetapi juga harus aktif berpartisipasi melalui diskusi-diskusi tentang informasi yang diterimannya. Diskusi partisipasi adalah salah satu cara yang baik dalam rangka memberikan informasi dan pesan-pesan kesehatan.
Cara mengukur indikator perilaku atau memperoleh data atau informasi tentang indikator-indikator perilaku tersebut untuk pengetahuan sikap dan praktik agak berbeda (Notoadmodjo, 2007).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
  2. Azwar, Saifudin. 2011. Sikap Manusia dan Teori Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  3. Budiarto, Eko. 2002. Biostatistika Untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : EGC.
  4. BKKBN.2011. Laporan Hasil Pelayanan Kontrasepsi. http://prov.static.bkkbn.go.id/bali.bkkbn.go.id/program/Resume%20Laporan%20Final%20(Hasil%20Penelitian%20KTD).pdf. di akses pada tanggal 16 Januari 2013.
  5. BKKBN.2005. PENCAPAIAN 2010 02 PER KABKOTA. http://jatim.bkkbn.go.id/cms_bkkbn/files/PENCAPAIAN-2010_02-PER_KABKOTA.pdf. diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
  6. BKKBN.2006. Kelebihan dan Kekurangan Kontrasepsi.                              http:// jatim.bkkbn.go.id/2009/05/kb-kontrasepsi/. Diakses pada tanggal 17 Januari 2013.
  7. Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  8. Hidayat, Aziz Alimul. 2007. Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
  9. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
  10. Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
  11. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
  12. Pendit, B. 2007. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : ECG.
  13. Prawirohardjo, Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YBP – SP.
  14. Proverawati, Atikah, dkk. 2010. Panduan Memilih Kontrasepsi. Yogyakarta : Nuha Medika.
  15. Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : YBP - SP.
  16. Sujiyatini, dkk. 2011. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini.  Jogjakarta : Nuha Medika.
  17. Varney, Helen, dkk. 2006. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta : EGC.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar