Minggu, 14 April 2013

SEKILAS TENTANG TOXOPLASMOSIS

Dr. Suparyanto, M.Kes

SEKILAS TENTANG TOXOPLASMOSIS

BAB I PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Penyakit ini disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii, yaitu suatu parasit intraselluler yang banyak terinfeksi pada manusia dan hewan peliharaan. Penderita toxoplasmosis sering tidak memperlihatkan suatu gejala klinis yang jelas sehingga dalam menentukan diagnosis penyakit toxoplasmosis sering terabaikan dalam praktek dokter sehari-hari. Apabila penyakit toxoplasmosis mengenai wanita hamil trismester ketiga dapat mengakibatkan hidrochephalus, khorioretinitis, tuli atau epilepsi. Penyakit toxoplasmosis biasanya ditularkan dari kucing atau anjing tetapi penyakit ini juga dapat menyerang hewan lain seperti babi, sapi, domba, dan hewan peliharaan lainnya. Walaupun sering terjadi pada hewan-hewan yangdisebutkan di atas penyakit toxoplasmosis ini paling sering dijumpai pada kucing dan anjing.

Untuk tertular penyakit toxoplasmosis tidak hanya terjadi pada orang yang memelihara kucing atau anjing tetapi juga bisa terjadi pada orang lainnya yang suka memakan-makanan dari daging setengah matang atau sayuran lalapan yang terkontaminasi dengan agent penyebab penyakit toxoplasmosis. Dewasa ini setelah siklus hidup toxoplasma ditemukan maka usaha pencegahannya diharapkan lebih mudah dilakukan. Pada saat ini diagnosistoxoplasmosis menjadi lebih mudah ditemukan karena adanya antibodi IgM atauIgG dalam darah penderita. Diharapkan dengan cara diagnosis maka pengobatan penyakit ini menjadi lebih mudah dan lebih sempurna, sehingga pengobatan yang diberikan dapat sembuh sempurna bagi penderita toxoplasmosis. Dengan jalan tersebut diharapkan insidensi keguguran, cacat kongenital, dan lahir mati yangdisebabkan oleh penyakit ini dapat dicegah sedini mungkin. Pada akhirnya kejadian kecacatan pada anak dapat dihindari dan menciptakan sumber daya manusia yang lebih berkualitas

1.2   Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang pengertian, etiologi ,diagnosis, gejala, cara penularan, pencegahan , pengobatan dan epidemiologi penyakit toxoplasmosis.

BAB II TINAJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Toxopasmosis adalah penyakit zoonosis yang secara alami dapat menyerang manusia, ternak, hewan peliharaan yang lain seperti hewan liar,unggas dan lain-lain. Protozoa toxoplasma gondii merupakan salah satu parasitcoccidian, obligate, intracellular, yang berperan terhadap infeksi yang terjadi pada manusia dan mamalia lain. Toxoplasma gondii merupakan penyebab yang umum terhadap terjadinya inflamasi intraocular di dunia. Kucing merupakan hostdefinitive yang terinfekasi akibat memakan ikan mentah, burung liar, atau tikus.Tiga bentuk protozoa yang hanya terjadi pada tubuh kucing adalah tachyzoit, bradyzoit, dan sporozoit. Manusia dan mamalia hanya terinfeksi oleh tachyzoitdan bradyzoit.

Toxoplasma gondii terdapat dalam 3 bentuk yaitu bentuk trofozoit, kista,dan Ookista. Trofozoit berbentuk oval dengan ukuran 3 – 7 um, dapat menginvasisemua sel mamalia yang memiliki inti sel. Dapat ditemukan dalam jaringan.

2.2 Etiologi
Kongenital toksoplasmosis
Ketika wanita dengan pertahanan tubuh yang lemah terinfeksi saat kehamilan,terjadi tranmisi transplacenta dari Toxoplasma gondii kepada fetus dan menyebabkan terjadinya congenital toksoplasmosis.

Toksoplamosis didapat
  1. Memakan kista jaringan yang berasal dari daging sapi, daging kambing, atau daging babi yang mentah atau setengah matang.
  2. Memakan kista yang berasal dari susu, air, atau sayuran.
  3. Menghirup Ookista
  4. Transfuse darah yang terkontaminasi, transplantasi organ, dan inokulasi yang tidak disengaja saat berada di laboratorium

2.3  Tanda dan Gejala
Umumnya infeksi Toxoplasmosis gondii ditandai dengan gejala seperti infeksi lainnya yaitu demam, malaise, nyeri sendi, pembengkakan kelenjar getah bening (toxoplasmosis limfonodosa acuta). Gejala mirip dengan mononukleosisinfeksiosa. Infeksi yang mengenai susunan syaraf pusat menyebabkan encephalitis (toxoplasma cerebralis akuta). Parasit yang masuk ke dalam otot jantung menyebabkan peradangan. Lesi pada mata akan mengenai khorion dan rentina menimbulkan irridosklitis dan khorioditis (toxoplasmosis ophithal mica akuta). Bayi dengan toxoplamosis kongenital akan lahir sehat tetapi dapat pula timbul gambaran eritroblastosis foetalis, hidrop foetalis.

2.4  Diagnosis
Diagnosis toxoplasmosis dapat ditegakkan berdasarkan  gejala klinis, pemeriksaan serologis dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita. Seperti telah diuraikan diatas, gejala klinis sering kali meragukan dan menemukan parasit dalam jaringan tubuh penderita bukanlah suatu hal yang mudah. Maka pemeriksaan secara serologis terhadap antibodi penderita toxoplasmosis merupakan alat bantu diagnosis yang mudah dan baik.

Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Beberapa jenis pemeriksaan serologis yang umum dipakai ialah :  Dye test Sabin Feldman, Complement Fixation test (CFT), reaksi Fluoresensi antibodi,  Indirect Hemagglutination Test dan enzym linked  immunosorben assay (Elisa).
2.5       Faktor Agent
Sumber penularan dari sporozoa Toxoplasma gondii.
Pengertian sumber penularan adalah terdapatnya hewan yang telah terinfeksi penyakit toxoplasmasis baik yang dipelihara atau yang dimakan.

2.6       Faktor Host
Host (manusia penjamu/ carrir)
  1. Penderita yang terserang penyakit toxoplamosis memiliki kriteria sebagai berikut :
  2. Umur : sebagian besar terjadi pada ibu hamil dan bayi
  3.  Jenis kelamin : pria maupun wanita
  4.  Pendidikan  : pengetahuan terhadap hygene personal
 Agent (sumber penyakit)

2.7       Faktor Environment
Envirotmen (lingkungan)
Faktor faktor yang dapat mempengaruhi  adalah life style atau lingkungan sosial ekonomi. Dimana kebiasaan hidup yang tidak baik dapt mempengaruhi kejadian penyakit ini.

2.8       Port of entry and exit
Toksoplasmosis dapat masuk kedalam tubuh dan menyerang sebagai penyakit melalui:
·         Mulut
·         Kulit
·         Hidung

Toksoplasmosis juga bisa di tularkan dan keluar dari:
·         Mulut
·         Anus
·         Kulit

2.9 Transmisi
Infeksi dapat terjadi bila manusia makan daging  mentah atau kurang matang yang mengandung kista. Infeksi ookista dapat ditularkan dengan vektor lalat, kecoa, tikus, dan melalui tangan yang tidak bersih. Transmisi toxoplasma ke janin terjadi utero melalui placenta ibu hamil yang terinfeksi penyakit ini.  Infeksi juga terjadi di laboratorium, pada peneliti yang bekerja dengan menggunakan hewan percobaan yang terinfeksi dengan toxoplasmosis atau melalui jarum suntik dan alat laboratorium lainnya yang terkontaminasi dengan toxoplasma gondii.

Cara penularannya pada manusia melalui:
·         Makanan dan sayuran/buah-buahan yang tercemar kotoran hewan berbulu (kucing).
·         Makan daging setengah matang dari binatang yang terinfeksi.
·         Melalui transfusi darah atau transplantasi organ dari donor yang terinfeksi toksoplasma.
Melihat cara penularan diatas maka kemungkinan paling besar untuk terkena infeksi toxoplamosis gondii melalui makanan daging yang mengandung ookista dan yang dimasak kurang matang. Kemungkinan ke dua adalah melalui hewan peliharaan. Hal ini terbutki bahwa di negara Eropa  yang banyak memelihara hewan peliharaan yang suka makan daging mentah mempunyai frekuensi toxoplasmosis lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Secara kongenital (bawaan) dari ibu ke bayinya apabila ibu hamil terinfeksi pada bulan-bulan pertama kehamilannya.


BAB III PEMBAHASAN

Yang akan dibahas pada pembahasan makalah ini adalah bagaimana cara pencegahan, pemberantasan dan pengobatan/penatalaksanaan penyakit toxoplasmosis.

3.1 Pencegahan
Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66oC atau dibekukan pada suhu  –20oC. Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga.

Wanita hamil trimester pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.

Cara Mencegah Toksoplasmosis
·         Ambil vaksinasi TORCH (toksoplasma, rubella, cytomegalo dan herpes virus) sebelum kehamilan. Bagi Anda yang baru menikah, jangan sampai terlewatkan program vaksinasi tersebut.
·         Masak daging dengan matang. Gunakan ukuran termometer bila memanggang dalam oven hingga mencapai derajat celcius. Bila tidak menggunakan ukuran suhu, yakinkan bahwa daging telah masak seluruhnya (tidak ada lagi yang masih berwarna kemerahan).
·         Hindari minum susu mentah yang tidak dipasteurisasi, atau telur setengah matang.
·         Cuci bersih/kupas buah-buahan dan sayuran-sayuran yang dimakan mentah.
·         Cuci kembali peralatan masak, piring, pisau dan tangan Anda dengan sabun setelah dipakai mengolah daging mentah.
·         Jangan sentuh mulut, hidung atau mata Anda ketika berkebun atau memasak daging mentah/sayuran yang masih kotor.
·         Cuci tangan sebelum makan.
·         Hindari air yang terkontaminasi. Minumlah dari sumber yang jelas aspek kebersihannya, jangan sembarangan.
·         Jangan memelihara atau mendekati kucing ketika Anda sedang hamil. Bila Anda tetap memutuskan untuk memelihara kucing:
·         Biasakan agar binatang tersebut buang kotoran di tempat yang disediakan dan segera buang kotorannya ke tempat yang aman. Benih toksoplasma (oosit) tidak berbahaya sebelum 24 jam, jadi sebaiknya jangan ditunda-tunda. Gunakan sarung tangan yang langsung dibuang dan cuci bersih tangan Anda setelah melakukannya.
·         Beri makanan yang masak atau catfood, jangan biarkan kucing berkeliaran di luar dan mencari makan sendiri.
·         Jauhkan kucing dari dapur dan meja makan
·         Selalu cuci tangan setelah memegang kucing anda

3.2 Pemberantasan
Cara-cara pemberantasan penyakit toxoplasmosis dengan cara melakukan pencegahan dan penanganan penderita, kontak dan lingkungan.

3.3. Pengobatan/Penatalaksanaan
Untuk mengendalikan infeksi yang persisten ini, umumnya diperlukan reaksi imun tubuh yang memadai (adekuat). Penderita toksoplasma dengan sistem imun yang normal tidak memerlukan pengobatan, kecuali ada gejala-gejala yang berat atau berkelanjutan. Toksoplasmosis pada penderita imunodefisiensi harus diobati karena dapat mengakibatkan kematian. Toksoplasmosis pada ibu hamil perlu diobati untuk menghindari toksoplasmosis bawaan pada bayi. Obat-obatan yang dapat digunakan untuk ibu hamil adalah spiramisin 3gram/hari yang terbagi dalam 3-4 dosis tanpa memandang umur kehamilan, atau bilamana mengharuskan maka dapat diberikan dalam bentuk kombinasi pirimetamin dan sulfadiazin setelah umur kehamilan di atas 16 minggu.

Pada bayi yang menderita toksoplasma bawaan baik bergejala atau tidak, sebaiknya diberikan pengobatan untuk menghindari kelainan lanjutan. Obat-obatan yang digunakan adalah:
·         Pirimetamin 2 mg/kg selama dua hari, kemudian 1 mg/kg/hari selama 2-6 bulan, dikikuti dengan 1 mg/kg/hari 3 kali seminggu, ditambah
·         Sulfadiazin atau trisulfa 100 mg/kg/hari yang terbagi dalam dua dosis, ditambah lagi
·         Asam folinat 5 mg/dua hari, atau dengan pengobatan kombinasi.
·         Spiramisin dosis 100 mg/kg/hari dibagi 3 dosis, selang-seling setiap bulan dengan pirimetamin.
·         Prednison 1 mg/kg/hari dibagi dalam 3 dosis sampai ada perbaikan korioreti-nitis. Perlu dilakukan pemeriksaan serologis ulangan untuk menentukan apakah pengobatan masih perlu diteruskan.

Sebagai strategi baru untuk menanggulangi masalah infeksi toksoplasma yang bersifat persisten ini, digunakan kombinasi imunoterapi dan pengobatan zat antimikroba. Cacat imunologi seluler diobati dengan imunomodulator (Isoprinosine atau levamisol), sedangkan infeksinya dikendalikan dengan pemberian spiramisin. Kombinasi pengobatan ini dimaksudkan untuk memberikan dukungan bagi penderita dengan meningkatkan reaksi imunologik selulernya dan sekaligus mengendalikan infeksi toksoplasmanya.

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan
·         Penyakit toxoplasmosis merupakan penyakit dengan frekuensi tinggi di berbagai negara dan karena gejala klinisnya ringan maka sering kali luput dari pengamatan dokter. Padahal akibat yang ditimbulkannya memberikan beban berat bagi masyarakat seperti abortus, lahir mati, kebutaan maupun cacat kongenital lain.
·         Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamiltrimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.
·         Dalam hal pencegahan toxoplasmosis yang penting ialah menjaga kebersihan, mencuci tangan setelah memegang daging mentah, menghindari feces kucing pada waktu membersihkan halaman atau berkebun. Memasak daging minimal pada suhu 66°C atau  dibekukan pada suhu –20°C.
·         Menjaga makanan agar tidak terkontaminasi dengan binatang rumah atau serangga. Wanita hamil trimester  pertama sebaiknya diperiksa secara berkala akan kemungkinan infeksi dengan toxoplasma gondii. Mengobatinya agar tidak terjadi abortus, lahir mati ataupun cacat bawaan.
·         Diagnosis secara laboratoris cukup mudah yaitu dengan memeriksa antibodi kelas IgG dan IgM terhadap toxoplasma gondii akan dapat diketahui status penyakit penderita.
·         Dianjurkan untuk memeriksakan diri secara berkala pada wanita hamil trimester pertama akan kemungkinan terinfeksi dengan toxoplasmosis.

4.2 Saran
·         Diharapkan dengan membaca makalah ini para pembaca paham tentang penyakit toxoplasmasis.
·         Bagi pembaca disarankan untuk segera melakukan pengobatan jika terkena  penyakit ini dan jangan dianggap remeh karena penyakit ini dapat menyebabkan kematian.
·         Diharapkan bagi pembaca untuk segera meningkatkan hygiene diri dan lingkungan selain itu pembaca dihimbau untuk menjaga stamina tubuh karna penyakit ini akan mudah menular jika kondisi tubuh melemah.


DAFTAR PUSTAKA

·         Ressang A.A. Patologi Khusus Veteriner, IFAD Project, Bali 1984.
·         Schurrenberger, P.R. dan William, T.H. Ikhtisar Zoonosis Penerbit ITB, Bandung, 1991.
·         Partodihardjo, S. Ilmu Reproduksi Hewan, Peberbit Mutiara. Jakarta, 1980.
·         Priyana, A. Oesman F, Kresno SB. Toxoplasmosis Medika No. 12 tahun 14, 1988 : 1164 – 1167
·         http://www.koranpdhi.com/buletin-edisi7/edisi7-toxoplasmosis.htm
·         http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3671/1/fkm-rasmaliah7.pdf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar