Kamis, 02 Mei 2013

SEKILAS TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN

KONSEP PESERTA KB

1. Pengertian peserta KB
Peserta KB adalah Pasangan Usia Subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat/obat kontrasepsi (BKKBN, 2007).

2. Jenis-jenis peserta KB
1)    Peserta KB aktif adalah peserta yang pada saat ini menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2)    Peserta KB aktif kembali adalah pasangan Usia Subur (PUS) yang telah menggunakan kontrasepsi selama tiga bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan, dan menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama maupun berganti cara setelah berhenti/ istirahat kurang lebih tiga bulan berturut-turut dan  bukan karena hamil.
3)    Peserta Baru adalah peserta yang baru pertama kali menggunakan alat/ obat kontrasepsi atau PUS yang kembali menggunakan alat kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4)    Peserta Dini adalah para ibu yang menerima salah satu cara kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5)    Peserta Langsung adalah para istri yang memekai salah satu alat kontrasepsi dalam waktu 40 har setelah melahirkan atau abortus.
6)    Peserta Drop out adalah peserta yang menghentikan pemakaian kontrasepsi lebih dari 3 bulan (BKKBN, 2007).

KONSEP DASAR KONTRASEPSI
1. Pengertian Kontrasepsi
Keluarga Berencana menurut WHO 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapat kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami atau istri, menentukan jumlah anak dalam keluarga. (Hanafi,2004). Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk mencegah terjadinya kehamilan. Usaha-usaha itu dapat bersifat sementara, dapat juga bersifat permanen. Yang bersifat permanen dinamakan pada wanita tubektomi dan pada pria vasektomi. (Prawirohardjo, 2009)

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya ini dapat bersifat sementara maupun bersifat permanen, dan upaya ini dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obat-obatan (Atikah, 2010).

2. Macam-Macam Metode Kontrasepsi
1. Metode Sederhana
a. Tanpa alat
1)    Coitus Interruptus ( senggama terputus)
2)    KB alamiah
a.    Metode kalender ( pantang berkala)
b.    Metode suhu basal tubuh
c.    Metode pengamatan lendir/mukosa serviks
d.    Metode keefe (autopalpation)
e.    Metode simpto-termal
f.     Metode menyusui tanpa haid (Lactational Amenorrhea Method)

3). Dengan alat
a). Mekanis (Barrier)
i. Kondom pria
ii.Barrier intra-vaginal          :
·         diafragma
·         kap serviks (Cervikal Cap)
·         spons
·         kondom wanita

b). Kimiawi
i. Spermatisida:       
·         vaginal cream
·         vaginal foam
·         vaginal jelly
·         vaginal suppositoria
·         vaginal tablet (busa)
·         vaginal soluble film

2. Metode Modern
a. Kontrasepsi hormonal
1). Per-oral
a). Pil Oral Kombinasi (POK)
b). Mini-pil
c). Morning-after pil

b. Injeksi/Suntikan
DMPA, NET-EN, microspheres, microcapsules

c. Sub-kutis: implant
(alat kontrasepsi bawah kulit = AKBK)
1). Implant Non-biodegradable (Norplant, Norplant-2, ST-1435, Implanon)
2). Implant biodegradable (Capronor, Pellets)

d. Intra Uterine Devices (IUD/AKDR)
1). Copper-T
2). Copper-7
3). Multi Load
4). Lippes Lop

e. Kontrasepsi Mantap
1). Tubektomi
2). Vasektomi

3. Tujuan Pelayanan Kontrasepsi
1. Tujuan Umum
Pemberian dukungan dan pemantapan penerimaan gagasan KB yaitu dihayatinya NKKBS.

2. Tujuan Khusus
Penurunan angka kelahiran yang bermakna.

4. Syarat Kontrasepsi
Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu metode
kontrasepsi yang baik adalah :
1)    Aman pemakaiannya dan dipercaya
2)    Tidak ada efek samping yang merugikan
3)    Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4)    Tidak mengganggu hubungan persetubuhan
5)    Tidak memerlukan bantuan medis atau control yang ketat selama   pemakaiannya
6)    Cara penggunaannya sederhana atau tidak rumit
7)    Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat
8)    Dapat diterima oleh pasangan suami istri

KONSEP DASAR KONTRASEPSI IMPLANT

1. Pengertian implant
Implant adalah suatu alat kontrasepsi yang mengandung levonorgestrel yang dibungkus dalam kapsul silastic-silicone (polydimethylsiloxane) dan disusukan di bawah kulit (Prawirohardjo, 2009).   

Implan adalah :
1)    Alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit lengan atas sebelah dalam.
2)    Terdiri dari dua batang silatik berukuran panjang 4,5 cm yang masing-masing batang silatiknya berisi 75 ml levonogestrel.
3)    Kedua batang silatik berisi levonogestrel tersebut dipasang dibawah kulit pada lengan bagian atas akan mengeluarkan hormon progesteron sedikit demi sedikit setiap harinya.
4)    Jika implant dicabut kesuburan bisa pulih dan kehamilan bisa terjadi.

2. Macam-macam Implant
1)    Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang diisi dengan 36 mg Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
2)    Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2mm, yang diisi dengan 68 mg 3 keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
3)    Jadena dan indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrel dengan lama kerja 3 tahun.
4)    Uniplant juga merupakan sistem satu batang yang dipasarkan dibeberapa negara amerika latin dan menggunakan nonogestrel asetat sebagai progestogennya. Implan ini efektif sampai 1 tahun (Dyah .N, 2009).

3. Ciri-ciri Kontrasepsi Implant
1)    Efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant atau implanon
2)    Nyaman
3)    Dapat dipakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi
4)    Pemasangan dan pencabutan perlu pelatihan
5)    Kesuburan segera kembali setelah implan dicabut
6)    Efek samping utama berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea.
7)    Aman dipakai pada masa laktasi.

4. Keuntungan kontrasepsi implant
Keuntungan kontrasepsi implant adalah sebagai berikut:
1)    Efektifitas tinggi, Kepustakaan melaporkan angka kegagalannya  adalah 0,2 – 1 kehamilan per 100 perempuan.
2)    Dapat digunakan untuk jangka panjang (5 tahun) dan bersifat revesibel.
3)    Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan.
4)    Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.
5)    Bebas dari pengaruh estrogen.
6)    Tidak mengganggu kegiatan senggama.
7)    Tidak mengganggu asi.
8)    Klien hanya perlu kembali ke klinik jika ada keluhan.
9)    Dapat di cabut setiap saat sesuai dengan kebutuhan.

5. Keuntungan Non Kontrasepsi
Keuntungan Non kontrasepsi pada pengguna kontrasepsi Implant sebagai berikut:
1)    Mengurangi nyeri haid.
2)    Mengurangi jumlah darah haid.
3)    Mengurangi/memperbaiki anemia.
4)    Melindungi terjadinya kanker endometrium.
5)    Menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara.
6)    Melindungi diri dari beberapa penyebab penyakit radang panggul.
7)    Menurunkan angka kejadian endometriosis.

6. Keterbatasan
Pada kebanyakan klien dapat menyebabkan perubahan pola haid berupa perdarahan bercak (spotting), hiperminorea atau meningkatkan jumlah darah haid serta amenorea.

Timbulnya keluhan-keluhan seperti :
1)    Nyeri kepala.
2)    Peningkatan/penurunan berat badan.
3)    Nyeri payudara.
4)    Perasaan mual .
5)    Pening/pusing kepala.
6)    Perubahan perasaan (mood) atau kegelisahan (nervousness).
7)    Membutuhkan tindak pembedahan minor untuk insersi dan pencabutan.
8)    Tidak memberi efek terhadap infeksi menular seksual termasuk AIDS.
9)    Klien tidak dapat menghentikan sendiri pemakaian kontrasepsi ini sesuai sengan keinginan akan tetapi harus pergi ke klinik untuk pencabutan.
10) Efektifitasnya menurun bila menggunakan obat-obatan tuberkulosis (rifompisin) atau obat epilepsy (fenitolin dan berbiturat).
11) Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan per tahun).

7. Yang Boleh Menggunakan Implant
1)    Usia reproduksi.
2)    Telah memiliki anak atau belum.
3)    Menghendaki kontrasepsi yang memiliki efektifitas tinggi dan menghendaki kehamilan jangka panjang.
4)    Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi.
5)    Pasca persalinan dan tidak menyusui.
6)    Pasca keguguran.
7)    Tidak menginginkan anak lagi tapi menolak sterilisasi.
8)    Riwayat kehamilan ektopik.
9)    Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darh, atau anemia bulan sabit (sickle celi).
10) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal yang mengandung estrogen.
11) Sering lupa menggunakan pil.

8. Yang Tidak Boleh Menggunakan Implant
1)    Hamil atau diduga hamil.
2)    Perdarahan pervagina yang belum jelas penyebabnya.
3)    Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
4)    Tidak dapat menerima perubahan pola haid yang terjadi.
5)    Miom uterus dan kanker payudara.
6)    Gangguan toleransi glukosa.

9. Mekanisme Kerja Kontrasepsi Implant
1)    Mengentalkan lendir serviks uteri sehingga menyulitkan penetrasi sperma
2)    Menimbulkan perubahan-perubahan pada endometrium sehingga tidak cocok untuk implantasi zygote.
3)    Pada sebagian kasus dapat pula menghalangi terjadinya ovulasi.
4)    Mengurangi transportasi sperma

10. Waktu Mulai menggunakan Implant
1)    Setiap saat selama siklus haid hari ke 2 sampai hari ke 7. Tidak diperlukan metode kontrasepsi tambahan.
2)    Insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan. Bila di insersi setelah hari ke 7 siklus haid, klien jangan melakukan hubungan seksual , atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
3)    Bila klien tidak haid, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini tidak terjadi kehamilan, jangan melakukan hubungan seksual atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
4)    Bila menyusui antara 6 minggu sampai 6 bulan pascapersalinan, insersi dapat dilakukan setiap saat. Bila menyusui penuh, klien tidak perlu memakai metode kontrasepsi lain.
5)    Bila setelah 6 minggu melahirkan dan telah terjadi haid kembali, insersi dapat dilakukan setiap saat, tetapi jangan melakukan hubungan selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja.
6)    Bila klien menggunakan kontrasepsi hormonal dan ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tersebut tidak hamil atau klien menggunakan kontrasepsi trdahulu dengan benar.
7)    Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi suntikan, implan dapat di berikan pada saat jadwal kontrasepsi suntikan tersebut. Tidak diperlukan kontrasepsi lain.
8)    Bila kontrasepsi sebelumnya adalah kontrasepsi nonhormonal (kecuali AKDR) dan klien ingin menggantinya dengan implan, insersi dapat dilakukan setiap saat, asal saja diyakini klien tidak hamil. Tidak perlu menunggu sampai datangnya haid berikutnya.
9)    Bila kontrasepsi sebelumnya adalah AKDR dan klien ingin menggatinya dengan implan, implan dapat diinsersikan pada saat haid hari ke 7 dan klien jangan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau gunakan kontrasepsi lain untuk 7 hari saja. AKDR segera dicabut.
10) Pasca keguguran implan dapat segera diinsersikan (Prawirohardjo, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

1.    Alimul, Azis. 2012. Metode Peneliti Kebidanan. Jakarta : Penerbit Salemba.
2.    Arikunto, Suharsimi, 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.
3.    BKKBN. 1995. Daftar Istilah KB. Jakarta : BKKBN.
4.    Dewi. M, Wawan.2011. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.
5.    Hartanto, H. 2004. Keluarga Berencana Dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
6.    Noviawati, D. 2009. Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Yogyakarta : Nuha Medika. Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
7.    Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
8.    Mamik.  2011. Metode Penelitian Kesehatan dan Kebidanan. Surabaya :Prins Media Publishing.
9.    Manuaba, Ida bagus Gde. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, & Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
10. Prawirahardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka.
11. Prawirahardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta : Bina Pustaka.
12. Provberawati, Atikah. 2010. Panduan Pemilik Kontrasepsi.  Yogyakarta : Nuha Medika.
13. Saifudin, Bari, A.2006.buku pedoman praktis pelayanan kontrasepsi, yayasan
a.    bina pustaka, jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar