Kamis, 02 Mei 2013

SEKILAS TENTANG PENYAKIT HERPES

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG PENYAKIT HERPES

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Penyakit menular sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik di negara maju maupun di negara berkembang. Insidens maupun prevalensi yang sebenarnya di berbagai negara tidak diketahui dengan pasti. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 1999 di seluruh dunia terdapat sekitar 340 juta kasus baru penyakit menular yang salah satunya adalah penyakit herpes. Penyakit herpes ini disebabkan oleh virus Herpes simpleks (HSV) tipe 1 dan tipe 2. Penyakit herpes adalah penyakit yang sangat umum. Di Amerika Serikat kurang lebih 20 persen orang di atas usia 12 tahun terinfeksi virus herpes simpleks, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasa warsa terakhir. Sekitar 80 persen orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.

Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di Amerika Serikat kurang lebih satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapapun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stres.

HSV tidak termasuk infeksi yang mendefinisikan AIDS. Namun orang yang terinfeksi dengan HIV dan HSV bersamaan biasanya mengalami jangkitan herpes kambuh lebih sering. Jangkitan lebih parah dan bertahan lebih lama dibanding dengan orang HIV-negatif.

Di Indonesia, sampai dengan saat ini belum diketahui yang terinfeksi oleh virus herpes. Akan tetapi, menurut hasil survei yang dilakukan oleh Direktorat Jendral Pencegahan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (PPMPL) Departemen Kesehatan pada beberapa kelompok perilaku risiko tinggi, tampak bahwa banyak masyarakat kita yang terinfeksi oleh HIV. Hal ini akan menjadi penyebab terjangkitnya penyakit herpes, disamping itu dengan kemajuan sistem transportasi pada saat ini, tidak menutup kemungkinan virus herpes bisa mewabah di Indonesia. Untuk itu, diperlukan usaha pencegahan yang bisa diterapkan untuk mencegah masuknya virus Herpes di Indonesia mengingat virus ini sangat mudah menular dan pengobatan yang dilakukan kepada masyarakat kita jika sudah terinfeksi oleh virus Herpes.


1.2 Rumusan masalah
1)    Bagaimana mekanisme terjadinya herpes?
2)    Bagaimana upaya pencegahannya?
3)    Bagaimana upaya pengobatannya?

1.3 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui mekanisme terjadinya herpes, upaya pencegahan, dan upaya pengobatan.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari hasil penulisan makalah ini adalah menambah pengetahuan pembaca mengenai penyakit herpes, mulai dari mekanisme terjadinya herpes, upaya pencegahan,dan upaya pengobatan, Sehingga dengan mengetahui lebih jauh tentang penyakit herpes, kita bisa terhindar dari penyakit herpes itu sendiri.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. DEFINISI
Penyakit herpes disebabkan oleh virus yaitu Herpes simplek tipe 1 (HSV-1) atau Herpes simplek tipe 2 (HSV-2). Kedua Herpes ini mempunyai inti DNA ganda yang dikelilingi oleh lapisan protein yang menunjukkan simetri ikosahedral dan mempunyai 162 kapsomer. Nukloeokapsida dikelilingi oleh  suatu selubung yang dihasilkan oleh membran inti dari sel yang terinfeksi dan mengandung glikoprotein virus berbentuk paku dengan panjang kurang lebih 8 nm. Struktur yang tidak terbentuk kadang-kadang asimetri diantara kapsid dan selubung membentuk tegument. Bentuk selubung berukuran 120 nm sampai dengan 200 nm. Virus ini memiliki sifat-sifat yang penting diringkas sebagai berikut.

Virion   : Bulat, berdiameter 120-200nm
Genom : DNA untai ganda, linear
Protein : Lebih dari 35 protein dalam prion
Ciri-ciri yang menonjol : HSV-1 menyebar melalui kontak, biasanya melibatkan air liur yang terinfeksi, sedangkan HSV-2 ditularkan secara seksual atau dari infeksi kelamin ibu ke anaknya yang baru lahir. Akibat yang ditimbulkan dari penyakit herpes ini adalah berupa luka pada kulit yang terkena virus, disertai dengan rasa nyeri serta panas, kemudian diikuti dengan lepuhan seperti luka bakar. Lepuhan-lepuhan kulit yang menjadi ciri khas herpes akan mengelupas dengan atau tanpa pengobatan. Terkadang penderita tetap merasa nyeri dan panas meskipun lepuhan-lepuhan itu sudah kering dan mengelupas. Hal itu disebabkan karena virus herpes menyerang bagian saraf.

Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain. Timbulnya erupsi bisa dipicu oleh pemaparan cahaya, demam, stres fisik atau emosional, penekanan system kekebalan, dan obat-obatan atau makanan tertentu.

Pada beberapa kasus, herpes genital biasanya tidak tidak menunjukka gejala sehingga penderita tidak mengetahui bahwa ia menghidap herpes. Gejala awal dari herpes genital, antara lain:
  Rasa gatal dan terbakar di daerah genital atau anal
  Rasa sakit sekitar kaki, pantat atau daerah genital
  Keluarnya cairan dari vagina
  Adanya perasaan seperti tertekan di daerah perut

Herpes kambuh ditandai dengan adanya kesemutan, rasa tidak nyaman, yang dirasakan beberapa jam sampai 2-3 hari sebelum timbulnya lepuhan. Lepuhan yang dikelilingi oleh daerah kemerahan dapat muncul dimana saja pada kulit atau selaput lender, tetapi lebih sering ditemukan di dalam dan disekitar mulut, bibir, dan alat kelamin. Lepuhan (yang biasanya terasa nyeri) cenderung membentuk kelompok yang bergabung satu sama lain membentuk sebuah kumpulan yang lebih besar.

2.2. ETIOLOGI
Herpes dapat terjadi melalui kontak kulit dengan penderita. Jika seseorang  mempunyai herpes di mulutnya kemudian ia mencium orang lain, maka orang itu dapat terkena herpes pula. Jika ia melakukan oral seks, maka herpes tersebut dapat menular ke kelamin walaupun kemungkinan menularnya lebih kecil dibandingkan jika terjadi kontak antar kelamin (hubungan seksual). Virus herpes mempunyai sifat yang berbeda-beda, ada yang menyukai daerah mulut dan ada pula yang menyukai bagian kelamin.

2.3.PATOFISIOLOGI
Cara-cara infeksi yang dilakukan HSV ada 2 yaitu infeksi primer dan infeksi laten.

a)  Infeksi primer
HSV ditularkan melalui kontak dari orang yang peka lewat virus yang dikeluarkan oleh seseorang. Untuk menimbulikan infeksi, virus harus menembus permukaan mukosa atau kulit yang terluka (kulit yang tidak terluka bersifat resisten). Infeksi HSV-1 biasanya terbatas pada orofaring, virus menyebar melalui saluran pernapasan atau melalui kontak langsung dengan air liur yang terinfekisi. HSV-2 biasanya ditularkan secara seksual. Perkembangbiakan virus terjadi pertama kali di tempat infeksi. Virus kemudian memasuki ujung saraf setempat dan dibawa melalui aliran akson ke ganglion dorsalis, tempat terjadinya perkembangbiakan selanjutnya, dan bersifat laten.

Infeksi HSV primer biasanya ringan, pada kenyataannya, sebagian besar bersifat asimtomatik. Jarang terjadi penyakit sistemik. Penyebaran ke organ-organ lain dapat terjadi jika system imun inang terganggu, dan hal ini tidak dapat menahan perkembangbiakan inang.

b)  Infeksi laten
Virus terdapat pada ganglia yang terinfeksi secara laten dalam stadium non replikasi, hanya sedikit gen virus terekspresikan. Virus menetap pada ganglia yang terinfeksi secara laten sampai akhir hidup inang. Tidak dapat ditemukan virus ditempat kekambuhan atau didekat tempat biasanya lesi kambuh. Perangsangan yang provokatif dapat mengaktifkan kembali virus dari stadium laten, virus kemudian mengikuti jalannya akson kembali ke perifer, dan melakukan perkembangbiakan di kulit atau selaput mukosa. Terjadi pengaktifan kembali secara spontan walaupun terdapat imunitas seluler dan humoral yang spesifik pada inang. Namun, imunitas ini dapat membatasi perkembangbiakan virus setempat sehingga kekambuhan lesi tidak begitu luas dan tidak begitu berat. Banyaknya kekambuhan bersifat asimtomatik, diperlihatkan hanya oleh pelepasan virus dalam sekresi. Bila bersifat simtomatik, episode kekambuhan infeksi HSV-1 biasanya termanifestasi sebagai cold sores (demam lepuh) di dekat bibir. Dasar molekuler pengaktifan kembali ini tidak diketahui, secara efektifmenimbulkan perangsangan antaralain luka pada akson, demam, tekanan fisik atau emosi, dan pemaparan terhadap sinar ultraungu.

2.4.FAKTOR AGENT
·         Gizi: Kurang gizi,sistem imunologi turun.
·         Kimia : Terkena polusi dan tidak menjaga kebersihan( memakai sabun)
·         Biologis: Herpes Simpleks di sebabkan oleh Virus. Yaitu Virus Herpes Simpleks (VHS) type 1dan (VHS) type 2 adalah virus Herpes yang termasuk virus DNA.

2.5.FAKTOR HOST

1. Umur
Kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV dan Lanjut Usia Herpes zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Pada usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya lemah. Orang-orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk golongan rentan. Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi,seperti penderita kanker.

2. Jenis Kelamin
Laki-Laki dan Perempuan bisa terinfeksi VHS.

3. Suku/Ras/Warna kulit :
Orang negro cenderung lebih kuat dan mempunyai daya tahan tubuh lebih kuat dari orang ras putih (ras Mongolia) seperti orang Indonesia.

3. Fisiologi
Kelelahan menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kehamilan rentan terhadap infeksi,pubertas (anak diatas usia 12 tahun lebih banyak terinfeksi VHS, stress, dan kurang gizi.

4. Imunologis
Sakit dan Imunisasi Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

2.6.FAKTOR ENVIRONMENT

1. Fisik :
·         Iklim : Penghujan meningkatkan perkembang biakan virus Herpes Simpleks karena Virus tersebut hidup di air.
·         Geografis: Pada daerah manapun baik pegunungan,pantai bisa terinfeksi Virus Herpes Simpleks tapi cenderung pada daerah beriklim tropis.
·         Demografi: Di desa
2. Biologi: fauna (Virus)
3. Sosial: pada masyarakat yang kondisi sosial ekonomi menengah ke bawah, dirumah, tempat kerja, tempat umum, apabila terjadi bencana alam, perang karena tidak terjaga kebersihannya.

2.7.PORTAL OF ENTRY AND EXIT

1. Portal of Entry: bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah, Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex, HSV1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut, hidung, dan telinga. Sedangkan HSV2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan perianal.

2. Portal of Exit : Oral (sex oral pada penderiota Herpes Genitalis), kulit (kontak langsung dengan penderita), cairan tubuh (gelembung yang berisi cairan pecah)

2.8. TRANSMISI
Melalui cairan tubuh seperti bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah, Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex, HSV1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut, hidung, dan telinga. Sedangkan HSV2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan perianal. dan menutup Portal of Exit dengan tidak melakukan oral (sex oral pada penderiota Herpes Genitalis),dan menghindaricara penularan lewat kulit (kontak langsung dengan penderita), cairan tubuh (gelembung yang berisi cairan pecah)


BAB 3 PEMBAHASAN

3.1. PENCEGAHAN
1. Herpes Dapat Dicegah
Penyebaran HSV sulit dicegah. Hal ini sebagian karena banyak orang dengan HSV tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi HSV pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka.

Angka penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas – lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam – dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum asiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain.

Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus.

2. Mencegah HSV Menular
1. Infeksi HSV ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi walaupun tidak ada luka HSV yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Justru, di AS hanya 9% orang dengan HSV-2 mengetahui dirinya terinfeksi.

2. Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
Umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.

Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

3. Imunisasi untuk Mencegah Herpes

Herpes, demikianlah kalangan medis menyebut penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok ini. Gelembung-gelembung tersebut berisi air pada dasar peradangan. Ada dua macam penyakit herpes, yaitu herpes genitalis dan herpes zoster. Herpes genitalis disebabkan virus herpes simpleks dan merupakan penyakit kelamin, sedangkan herpes zoster karena,virus varisela zoster dan menyerang kulit secara umum.
Di Jawa, herpes zoster lebih dikenal dengan sebutan dompo. Sebenarnya herpes zoster merupakan kelanjutan dari cacar air yang juga disebabkan virus varisela zoster. Bedanya dari cacar air, herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.

Jika seseorang sembuh dari cacar air, virus penyebabnya tidak 100% musnah. Virus bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Nah, pada saat daya tahan tubuh melemah, virus akan muncul kembali dalam bentuk herpes zoster. Itulah mengapa gejala yang ditunjukkan penyakit ini hampir sama dengan gejala penyakit cacar.

Awalnya, seseorang akan merasa demam, menggigil, sesak napas, nyeri di persendian atau pegal di satu bagian rubuh. Saking pegalnya, lazimnya penderita akan minta dipijat atau malah minum jamu pegal linu. Pasien biasanya juga mengeluh terserang migrain, usus buntu, atau serangan jantung. Setelah tahap itu terlalui akan timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persarafan tertentu. Gelembung-gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.

Jika sakitnya parah, gelembung bisa muncul di bagian tubuh lain seperti di dahi, sekitar genital, bahkan sampai area mata. Gelembung yang kadang terasa gatal ini biasanya hanya muncul di satu sisi tubuh, misalnya kanan saja atau kiri saja. Lokasi munculnya gelembung di kulit mengikuti area persarafan yang selama itu menjadi tempat varisela zoster mendekam. Maka lokasinya juga sama dengan lokasi serangan ketika cacar air dulu. Serangan bisa terjadi pada satu atau beberapa area persarafan sekaligus. Inilah yang menyebabkan serangannya bisa meluas ke beberapa bagian tubuh, termasuk ke bagian kepala. Namun, kebanyakan hanya menyerang area persarafan di sekitar dada.

Gelembung-gelembung pada kulit sebaiknya dijaga agar tidak pecah, karena bisa menimbulkan bekas atau menjadi jalan masuk bagi kuman lain. Untuk mencegahnya, bisa digunakan bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Setelah beberapa hari, gelembung akan kempis sendiri karena diserap tubuh dan bekasnya kemudian akan menghitam. Di saat sakit, penderita boleh saja mandi jika memang tahan dengan hawa dingin air.

Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Luka akibat infeksi yang terbuka akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau ke orang lain kalau terjadi persentuhan. Khusus varisela zoster juga dapat ditularkan melalui udara, walau daya tularnya tidak sebesar cacar air. Jika seseorang tertular dan sebelumnya belum pernah sakit cacar air, ia akan terkena cacar air dulu dan tidak langsung herpes zoster. Gejalanya juga tidak sehebat herpes zoster.

Karena itu, penderita sebaiknya beristirahat dulu sampai lukanya mengering dan penderita sudah tidak merasa pegal-pegal lagi. Waktunya bisa hampir dua minggu. Istirahat di sini juga perlu, agar tidak tertular penyakit yang lain lagi.

4. Lanjut Usia
Herpes zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Pada usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya lemah. Orang-orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk golongan rentan. Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi seperti penderita kanker.

Penyakit ini harus cepat ditangani. Paling tidak dalam tiga hari sejak muncul demam, harus segera diberi obat-obat antivirus seperti famsiklovir, valasiklovir, asiklovir, vidarabin, atau foskarnet. Efektivitas pengobatan ini 100%, meski tidak seluruh virus terbasmi.

Jika serangan virus sudah sampai ke mata, penderita dianjurkan berobat juga ke dokter mata, agar kerusakan saraf di sekitarnya dapat dicegah. Sebab, kerusakan saraf yang disebabkan penyakit ini sangat sulit dipulihkan.

Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

Cepatnya penanganan penting agar tidak menimbulkan gejala sisa. Penyakit ini merupakan episode lanjutan dari herpes zoster yang diusahakan jangan sampai terjadi. Sebab, penderitaannya hebat dan bisa bertahun-tahun.

Terjadinya nyeri pascaherpes disebabkan lambatnya pengobatan saat seseorang terserang virus varisela zoster. Akibatnya, virus sempat merusak jaringan saraf di sekitarnya. Jika gejala ini telanjur terjadi, kulit yang terkena sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau, kadang saraf memancarkan sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini mengaku, rasanya seperti terbakar.

Faktor usia sangat menentukan kerentanan serangan nyeri. Semakin tua seseorang saat terkena herpes zoster, semakin besar kemungkinannya menderita nyeri. Jumlah mantan penderita yang berlanjut ke nyeri kira-kira 10% - 15% populasi. Di atas 50 tahun kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun jadi 50%, dan di atas 80 tahun menjadi 80% dari populasi.

Kaum lanjut usia dengan gangguan saraf akibat penuaan atau diabetes lebih mudah terkena nyeri pascaherpes. Akan tetapi, bukan berarti penderita herpes zoster berusia muda tak mungin terkena nyeri. Jika serangannya parah, misalnya sampai ke mata, si penderita muda juga mungkin terkena nyeri pasca herpes.
Dulu pengobatan herpes zoster hanya berdasar empiris. Pengobatan dilakukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa sakit sesaat dengan menggunakan obat-obat analgetik. Kini pengobatan lebih banyak melibatkan cabang medis lain seperti psikiatri, saraf dan rehabilitasi medik. Selain diberi Amitriplitin yang berfungsi sebagai sistemik yang bisa memblok impuls di saraf kulit agar tidak sampai ke otak, juga diberikan pengobatan lain dengan terapi tropikal, akupunktur, pendekatan psikoterapi, dan stimulasi listrik.

Meski tidak termasuk dalam 10 penyakit kulit tertinggi di dunia dan tidak mematikan, penyakit ini cukup mengganggu hidup seseorang. Hingga kini belum ada obat yang benar-benar ampuh. Tapi dalam skala internasional, sudah ada usulan untuk pemberian vaksinasi bagi orang usia lanjut. (Maratun Nashihah PusdokSM, berbagai sumber-14v)

3.2. PEMBERANTASAN
Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan tanpa meninggalkan gejala sisa. Tetapi bisa terbentuk jaringan parut yang luas meskipun tidak terjadi infeksi bakteri sekunder. Jika mengenai saraf wajah yang menuju ke mata bisa menimbulkan masalah yang cukup serius.

Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat dioleskan pada luka.

3.3.PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan
Pengobatan baku untuk HSV adalah asiklovir dalam bentuk pil sampai lima kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir. Valasiklovir dapat diminum dua kali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan asiklovir. Famsiklovir adalah obat lain yang dipakai untuk mengobati HSV. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II.

Obat ini tidak menyembuhkan infeksi HSV. Namun obat ini dapat mengurangi lama dan beratnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi “rumatan” – terapi antiherpes harian – untuk orang dengan HIV yang mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar jangkitan kambuh.

Strategi terapi farmakologis (terapi dengan obat) dalam pengobatan penyakit herpes adalah dengan menggunakan obat-obat antivirus. Pengobatan baku untuk herpes adalah dengan acyclovir, valacyclovir, famcyclovir, dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih parah. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri akibat herpes mulai terasa. Semua antivirus yang digunakan pada infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) bekerja dengan menghambat polimerase DNA virus. Acyclovir, ganciclovir, famciclovir, dan valacyclovir secara selektif di fosforilasi menjadi bentuk monofosfat pada sel yang terinfeksi virus. Bentuk monofosfat tersebut selanjutnya akan diubah oleh enzym seluler menjadi bentuk trifosfat, yang akan menyatu dengan rantai DNA virus. Acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir terbukti efektif dalam memperpendek durasi dari gejala dan lesi.

Ayclovir : merupakan agen yang paling banyak digunakan pada infeksi herpes simplex virus, tersedia dalam bentuk sediaan intravena, oral, dan topikal.

Ganciclovir : mempunyai aktivitas terhadap herpes simplex virus tipe 1 dan 2, tetapi lebih toksik daripada acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir, karena itu tidak direkomendasikan untuk pengobatan herpes.

Famciclovir : merupakan prodrug dari penciclovir yang secara klinis efektif dalam mengobati herpes simplex virus tipe 1 dan 2.

Valacyclovir : merupakan valyl ester dari acyclovir dan memiliki bioavailabilitas yang lebih besar daripada acyclovir.

Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai analgesik yang cukup untuk menawarkannya.

2. Penanganan Penyakit Herpes
Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock.

Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).

Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

3. Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
·         Belum ada terapi radikal
·         Padaepisode pertama, berikut
·         Asiklovir 200 mg peroral 5 kali perhari selama 7 hari, atau
·         Asilovir 5mg/kg BB,intravena tiap 8jam selama 7 hari (bila gejala sistematik berat), atau
·         Preparat isoprinosin sebagai immunomodulator, atau
·         Asiklovir perenateral atau preparat adenin arabinosid (vitarabin0 untuk penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
·         Pada episode rekurensi umumnya tidak perlu di obati karena bisa membaik namun bila perlu dapat diobati dengan krim asiklovir, bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan asiklovir 200mg per oral 5 kali per hari selama 5 hari,jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.

2. Nonmedikamentosa
·         Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
·         Bahaya PMS dan komplikasi
·         Pentingnya mematuhi pengobatan yang di berikan
·         Cara penularan PMS danperlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
·         Hindari hubungan seks sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindari lagi.
·         Cara-cara menghindari infeksi PMS

BAB 4  PENUTUP

4.1  Kesimpulan
Penyakit herpes disebabkan oleh virus, yaitu virus Herpes Simpleks tipe 1 dan 2. dimana akibat yang ditimbulkan berupa luka pada kulit, rasa nyeri, panas, dan lepuhan seperti luka terbakar.

Upaya pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari kontak langsung, memperkecil kemungkinan terjadinya penularan secara tidak langsung, tidak memakai benda bersama-sama dengan penderita herpes, dan menghindari faktor pencetus.
Upaya pengobatan yang dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi obat kumur anestetik, mengkonsumsi vitamin C, dan memakai salep asiklovir.

4.2  Saran
Meskipun sampai saat ini belum diketahui adanya penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes, akan tetapi hendaknya kita selalu waspada terhadap virus Herpes,  mengingat virus ini sangat cepat menular, menyebabkan kematian, dan sampai saat ini  belum ditemukan vaksin yang bisa mencegah infeksi virus Herpes..


DAFTAR PUSTAKA

1.    Anonim, http://spiritia.or.id, diakses tanggal 1 April 2008
2.    Anonim, http://www.info-sehat.com, diakses tanggal 1 April 2008
3.    Anonim, http://www.medicastore.com, diakses tanggal 1 April 2008
4.    Brooks, G.F, Bustel, J.S, and Ornston, L.N.1996. Mikrobiologi Kedokteran. Terjemahan oleh Nugroho, E dan Maulany, R.F. Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
5.    Djuanda, Adhi, dkk. 1993. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
6.    Suyono, Slamet, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI.
7.    Shulman, Stanford.T & Sommers, herbet. M. 1994. Dasar Biologis dan Klinis Penyakit Infeksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
8.    Suhardjo, http://spiritia.or.id/li/bacali.php, diakses tanggal 1 april 2008



Tidak ada komentar:

Posting Komentar