Rabu, 12 Maret 2014

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH

Dr. Suparyanto, M.Kes

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DEMAM BERDARAH



BAB I
PENDAHULUAN
1.1  LATAR BELAKANG
Demam berdarah diyakini merupakan salah satu penyakit yang sudah ada lama di dunia.  Jejak rekam mengenai penyakit dengan gejala yang serupa telah ditemukan di ensiklopedia medis dari Cina tertanggal tahun 992. Seiiring dengan perkembangan global di bidang pelayaran dan industri pengiriman barang melalui laut di abad ke 18 dan 19, kota-kota pelabuhan bertambah dengan pesat dan menciptakan kondisi lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhan nyamuk vektor bagi penyakit demam berdarah. Nyamuk dan virus yang berperan dalam penyakit ini terus menyebar ke berbagai daerah baru dan telah menyebabkan banyak epidemi di seluruh dunia. Salah satu epidemi demam berdarah yang paling pertama terjadi di daerah Asia Tenggara.
Laporan resmi pertama mengenai pasien yang terjangkit penyakit serupa demam berdarah terjadi pada tahun 1779.
Belum adanya vaksin atau obat antivirus bagi virus dengue membuat demam berdarah menjadi salah satu penyakit yang mendapatkan perhatian sangat serius secara global.
Demam Berdarah Dengue
Demam berdarah merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang perluperhatian serius. Pada januari 2010, Dinkes Kota Bengkulu mencatat 44 kasus DBD dan dua orangdiantaranya meninggal. Penyakit ini ditandai dengan panas mendadak yang dapat mencapai 38 -40C, selain itu juga ditandai dengan adanya bintik-bintik merah akibat pecahnya pembuluh darah.Jika dilakukan pemeriksaan darah, didapatkan penurunan trombosit yang cukup signifikan.Demam berdarah disebabkan oleh virus dangue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes Aegypty 

1.2  Tujuan dan Sasaran
Tujuan umum:
  1. Mengetahui penyebab penyakit demam berdarah
Tujuan khusus:
a.       Mengetahui factor agent, host dan environment.
b.      Mengetahui penyebab terjadinya demam berdarah.
c.       Mengetahui cara pengobatan dan pemberantasan.

SASARAN :
Terselesainya makalah ini kami berharap dapat bermanfaat bagi pelajar, mahasiswa, dan umum untuk menuju kesuksesannya dalam bidang kesehatan.
1.3  Rumusan Masalah
Menenmukan penyebab, pemberantasan dan pengobatan dari gejala penyakit demam berdarah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
      Aedes Aegypti jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khasyaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaanair untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubahmenjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan seringberada dipermukaan air. Setelah 1 - 2 hari akan menjadi nyamuk baruPemeriksaan jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama, periksalah tempatpenampungan air (bak mandi, wc, drum, vas, ban bekas) yang ada di dalam rumah atau disekitarrumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih satu menit karena jika bernafas jentik akan muncul ke permukaan untuk bernafas. Apabila gelap dapat digunakanbantuan senter untuk melihat kedalam tempat penampungan air. Cocokkan ciri jentik denganuraian di atas. Jika dapat dipastikan jentik tersebut adalah jentik Aedes Aegypti, maka petugaskesehatan masyarakat atau jumantik akan melakukan abatisasi dan pencatatan.Abatisasi yaitu memberikan abate pada tempat penampungan air yang ditemukan jentik,untuk membunuh jentik yang ada. Tentu saja ini dilakukan dalam rangka mewujudkan kesehatanmasyarakat, agar terhindar dari bibit penyebab DBD. Sedangkan Pencatatan yang dilakukanmeliputi tanggal pemeriksaan dan kelurahan tempat dilakukan survei pemantauan jentik, namakeluarga dan alamat (lengkap dengan RT/ RW), jumlah semua penampungan air (container) yangdiperiksa, serta jumlah container yang di temukan jentik. Data tersebut akan digunakan untukmenghitung angka bebas jentik.Apabila angka bebas jentik suatu daerah tertentu rendah, maka kemungkinan pendudukdaerah tersebut untuk terkena DBD adalah lebih besar dibanding daerah lain yang angka bebas jentiknya lebih besar. Hasil pencatatan kemudian dilaporkan ke Pusat Kesehatan Masyarakat(Puskesmas) sekitar dan kemudian dilanjutkan ke Dinas Kesehatan. Jadi mudah bukan melakukanpemberantasan sarang nyamuk? Jika anak sekolah saja bisa, apalagi kita. Mari ramai-ramai kitacegah demam berdarah dengan berperan aktif menjadi jumantik.
Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian.
Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

2.2 Faktor Agent
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.
Penyebab utama penyakit demam berdarah adalah virus dengue, yang merupakan virus dari famili Flaviviridae. Terdapat 4 jenis virus dengue yang diketahui dapat menyebabkan penyakit demam berdarah. Keempat virus tersebut adalah DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Gejala demam berdarah baru muncul saat seseorang yang pernah terinfeksi oleh salah satu dari empat jenis virus dengue mengalami infeksi oleh jenis virus dengue yang berbeda. Sistem imun yang sudah terbentuk di dalam tubuh setelah infeksi pertama justru akan mengakibatkan kemunculan gejala penyakit yang lebih parah saat terinfeksi untuk ke dua kalinya. Seseorang dapat terinfeksi oleh sedikitnya dua jenis virus dengue selama masa hidup, namun jenis virus yang sama hanya dapat menginfeksi satu kali akibat adanya sistem imun tubuh yang terbentuk.
Virus dengue dapat masuk ke tubuh manusia melalui gigitan vektor pembawanya, yaitu nyamuk dari genus Aedes seperti Aedes aegypti betina dan Aedes albopictus. Aedes aegypti adalah vektor yang paling banyak ditemukan menyebabkan penyakit ini. Nyamuk dapat membawa virus dengue setelah menghisap darah orang yang telah terinfeksi virus tersebut. Sesudah masa inkubasi virus di dalam nyamuk selama 8-10 hari, nyamuk yang terinfeksi dapat mentransmisikan virus dengue tersebut ke manusia sehat yang digigitnya. Nyamuk betina juga dapat menyebarkan virus dengue yang dibawanya ke keturunannya melalui telur (transovarial). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa monyet juga dapat terjangkit oleh virus dengue, serta dapat pula berperan sebagai sumber infeksi bagi monyet lainnya bila digigit oleh vektor nyamuk.
Tingkat risiko terjangkit penyakit demam berdarah meningkat pada seseorang yang memiliki antibodi terhadap virus dengue akibat infeksi pertama. Selain itu, risiko demam berdarah juga lebih tinggi pada wanita, seseorang yang berusia kurang dari 12 tahun, atau seseorang yang berasal dari ras Kaukasia.

2.3 Faktor Host
2.3.1 Manifestasi Klinis
Infeksi virus dengue dapat bermanifestasi pada beberapa luaran, meliputi demam biasa, demam berdarah (klasik), demam berdarah dengue (hemoragik), dan sindrom syok dengue
   2.3.1.1 Demam berdarah klasik
            Demam berdarah menunjukkan gejala yang umumnya berbeda-beda tergantung usia pasien. Gejala yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak adalah demam dan munculnya ruam. Sedangkan pada pasien usia remaja dan dewasa, gejala yang tampak adalah demam tinggi, sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri pada sendi dan tulang, mual dan muntah, serta munculnya ruam pada kulit. Penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia) dan penurunan keping darah atau trombosit (trombositopenia) juga seringkali dapat diobservasi pada pasien demam berdarah. Pada beberapa epidemi, pasien juga menunjukkan pendarahan yang meliputi mimisan, gusi berdarah, pendarahan saluran cerna, kencing berdarah (haematuria), dan pendarahan berat saat menstruasi (menorrhagia).
2.3.1.2 Demam Berdarah Dengue ( Hemoragik )
Pasien yang menderita demam berdarah dengue (DBD) biasanya menunjukkan gejala seperti penderita demam berdarah klasik ditambah dengan empat gejala utama, yaitu demam tinggi, fenomena hemoragik atau pendarahan hebat, yang seringkali diikuti oleh pembesaran hati dan kegagalan sistem sirkulasi darah. Adanya kerusakan pembuluh darah, pembuluh limfa, pendarahan di bawah kulit yang membuat munculnya memar kebiruan, trombositopenia dan peningkatan jumlah sel darah merah juga sering ditemukan pada pasien DBD. Salah satu karakteristik untuk membedakan tingkat keparahan DBD sekaligus membedakannya dari demam berdarah klasik adalah adanya kebocoran plasma darah. Fase kritis DBD adalah seteah 2-7 hari demam tinggi, pasien mengalami penurunan suhu tubuh yang drastis. Pasien akan terus berkeringat, sulit tidur, dan mengalami penurunan tekanan darah. Bila terapi dengan elektrolit dilakukan dengan cepat dan tepat, pasien dapat sembuh dengan cepat setelah mengalami masa kritis. Namun bila tidak, DBD dapat mengakibatkan kematian
2.3.1.3 Sindrom Syok Dengue
Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok (mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat pengeluaran urin yang sesuai dan kembalinya nafsu makan.
2.4 Faktor Enviroment
                 Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap
2.Pencegahan
  • Mengganti air vas bunga, tempat minim burung atau tempat lainnya yang sejenis seminggu sekali.
  • Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancer/rusak.
  • Menutup lubang – lubang pada potongan bambu /pohon, dll.
  • Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat – tempat yang sulit di kuras atau di daerah yang sulit air.
  • Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak – bak penampung air.
  • Memasang kawat kasa.
  • Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
  • Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.
  • Menggunakan kelambu.
  • Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

2.6 Transmisi
Nyamuk Aedes aegypti adalah vektor pembawa virus dengue penyebab penyakit demam berdarah.


BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pencegahan
            Hingga kini, belum ada vaksin atau obat antivirus bagi penyakit ini. Tindakan paling efektif untuk menekan epidemi demam berdarah adalah dengan mengontrol keberadaan dan sedapat mungkin menghindari vektor nyamuk pembawa virus dengue. Pengendalian nyamuk tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang tepat, yaitu:
  • Lingkungan
Pencegahan demam berdarah dapat dilakukan dengan mengendalikan vektor nyamuk, antara lain dengan menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu, mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali, menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah, dan perbaikan desain rumah.
  • Biologis
Secara biologis, vektor nyamuk pembawa virus dengue dapat dikontrol dengan menggunakan ikan pemakan jentik dan bakteri.
  • Kimiawi
Pengasapan (fogging) dapat membunuh nyamuk dewasa, sedangkan pemberian bubuk abate pada tempat-tempat penampungan air dapat membunuh jentik-jentik nyamuk. Selain itu dapat juga digunakan larvasida.
Selain itu oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan senyawa anti nyamuk yang mengandung DEET, pikaridin, atau minyak lemon eucalyptus, serta gunakan pakaian tertutup untuk dapat melindungi tubuh dari gigitan nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah. Selain itu, segeralah berobat bila muncul gejala-gejala penyakit demam berdarah sebelum berkembang menjadi semakin parah.
3.2 Pemberantasan
             Jentik nyamuk ini memiliki ciri yang khas yaitu selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke atas permukaanair untuk bernafas, kemudian turun kembali ke bawah untuk mencari makanan dan seterusnya.Pada waktu istirahat, posisinya hampir tegak lurus dengan permukaan air. Biasanya berada disekitar dinding tempat penampungan air. Setelah 6-8 hari jentik itu akan berkembang/berubahmenjadi kepompong. Bentuk kepompong adalah seperti koma, gerakannya lamban dan seringberada dipermukaan air. Setelah 1 - 2 hari akan menjadi nyamuk baruPemeriksaan jentik dilakukan dengan cara sebagai berikut. Pertama, periksalah tempat penampungan air (bak mandi, wc, drum, vas, ban bekas) yang ada di dalam rumah atau disekitarrumah. Jika tidak ditemukan jentik di permukaan, tunggu selama kurang lebih satu menit karena jika bernafas jentik akan muncul ke permukaan untuk bernafas. Apabila gelap dapat digunakanbantuan senter untuk melihat kedalam tempat penampungan air.
Lakukan 3M ( menguras tempat penampungan air, mengubur barang- barang bekas dan menutup tempat penampungan air)
3.3 Pengobatan
            Obat yang mengandung acetaminofen, misalnya tilenol, sangat disarankan bagi penderita demam berdarah untuk meredakan nyeri dan menurunkan demam.
Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita demam berdarah. Banyak orang yang sembuh dari penyakit ini dalam jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen (misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta banyak istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat meningkatkan risiko pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah akibat pendarahan yang terjadi.
Seseorang yang terkena demam berdarah juga harus dicegah terkena gigitan nyamuk, karena dikhawatirkan dapat menularkan virus dengue kepada orang lain yang sehat.


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
            Demam berdarah (DB) adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue, yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes, misalnya Aedes aegypti atau Aedes albopictus. Terdapat empat jenis virus dengue berbeda, namun berelasi dekat, yang dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue merupakan virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Penyakit demam berdarah ditemukan di daerah tropis dan subtropis di berbagai belahan dunia, terutama di musim hujan yang lembap. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan setiap tahunnya terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus dengue di seluruh dunia.

4.2 Saran
1.       Bagi Keluarga Pasien
Anda dan keluarga menjaga higienitas lingkungan tinggal Anda
2.       Bagi Mahasiswa
Mahasiswa dapat mengerti tentang teori penyakit Demam Berdarah Dengue.

DAFTAR PUSTAKA


  1. Kristina, Isminah, Wulandari L (2004) "Demam Berdarah Dengue" Litbang Depkes http://www.litbang.depkes.go.id/maskes/052004/demamberdarah1.htm. Diakses pada 10 Agustus 2011
  2. World Health Organization (2009) "Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever" World Health Organization http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs117/en/. Diakses pada 10 Agustus 2011
  3. Centres for Disease Control and Prevention (2010) "Dengue Epidemiology" Centres for Disease Control and Prevention http://www.cdc.gov/Dengue/epidemiology/index.html. Diakses pada 10 Agustus 2011 
  4.  Vorvick, L (2010) "Dengue hemorrhagic fever" MedlinePlus http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/001373.htm. Diakses pada 10 Agustus 2011 
  5. National Institute of Allergy and Infectious Diseases (NIAID) (2006) "Dengue Fever" National Institute of Allergy and Infectious Diseases http://www.niaid.nih.gov/topics/DengueFever/Understanding/Pages/Cause.aspx. Diakses pada 10 Agustus 2011 
  6. World Health Organizaton. 1997. Clinical Diagnosis. Diakses pada 10 Agustus 2011
  7.  National Institute of Allergy and Infectious Diseases. 2007. Dengue Fever Symptomps. Diakses pada 10 Agustus 2011.
  8.  Dengue Fever Test and Diagnosis. Diakses 10 Agustus 2011.
  9. Gubler DJ. 2006. Dengue/dengue haemorrhagic fever: history and current status. Novartis Found Symp. 277:3-16.
  10.  National Institute of Allergy and Infectious Diseases. Dengue Fever Treatments. Diakses 10 Agustus 2011.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar