Kamis, 12 Juni 2014

PENGUKURAN PERILAKU

Dr. Suparyanto, M.Kes



2.1  Konsep Perilaku
   2.1.1 Pengertian Perilaku
       Perilaku adalah suatu hal yang dikerjakan oleh organisme tersebut, baik dapat diamati secara langsung atau secara tidak langsung. Hal ini berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan reaksi, yaitu yang disebut rangsangan. Dengan demikian, rangsangan maka suatu rangsangan tertentu akan menghasilkan reaksi atau perilaku tertentu (Notoatmodjo, 2010).
       Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi (Wawan, 2010).
              2.1.2  Bentuk Perilaku
          Bentuk perilaku dapat dikelompokkan menjadi dua, yakni :
a.    Perilaku Tertutup (covert behavior)
      Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan dan sikap terhadap stimulus yang bersangkutan. Bentuk “unobservable behavior” yang dapat diukur  adalah pengetahuan dan sikap.
b.    Perilaku Terbuka (overt behavior)
              Perilaku terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut sudah berupa tindakan atau praktik, ini dapat diamati orang lain dari luar  atau “observable behavior”.
   (Notoatmodjo, 2010)
           2.1.3  Bentuk-bentuk Perubahan Perilaku
       Bentuk perubahan perilaku sangat bervariasi, sesuai dengan konsep yang digunakan oleh para ahli dalam pemahamannya terhadap perilaku. Di bawah di uraikan bentuk-bentuk perubahan perilaku menurut WHO. Menurut WHO perubahan perilaku itu dikelompokkan menjadi 3, yakni :
a.    Perubahan Alamiah (natural change)
   Perilaku manusia selalu berubah, dimana sebagai perubahan itu disebabkan karena kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan lingkungan fisik atau sosial budaya dan ekonomi, maka anggota-anggota masyarakat didalamnya juga akan mengalami perubahan.
b.     Perubahan Rencana (planned change)
    Perubahan perilaku ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c.     Kesediaan untuk Berubah (readiness to change)
    Apabila terjadi suatu inovasi atau program-program pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagai orang sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut (berubah perilakunya). Tetapi sebagai  orang lagi sangat lambat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut. Hal ini disebabkan karena ada pada setiap  orang mempunyai kesediaan untuk berubah (readiness to change) yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2010).
2.1.4  Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
       Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua, yaitu :
a.    Faktor Internal
Faktor internal yang berpengaruh dalam pembentukan perilaku dikelompokkan menjadi faktor biologis dan psikologis.
1.    Faktor Biologis
Perilaku atau kegiatan manusia dalam masyarakatnya merupakan warisan struktur biologis dari orang tuanya atau yang menurunkannya.
2.    Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor internal yang sangat besar pengaruhnya terhadap terjadinya perilaku. Faktor-faktor psikologis tersebut adalah sebagai berikut : 
a)    Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting dalam komponen sosio-psikologis karena merupakan kecenderungan bertindak dan berpersepsi
b)    Emosi
Emosi menunjukkan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala-gejala kesadaran, keperilakuan dan proses fisiologis yang lain.
 c)    Kepercayaan
Kepercayaan disini diartikan sebagai keyakinan bahwa sesuatu itu benar atau salah. Kepercayaan dibentuk oleh  pengetahuan, kebutuhan dan keinginan.
d)    Kebiasaan
Kebiasaan adalah aspek perilaku yang menetap, berlangsung secara otomatis dan tidak direncanakan.
e)    Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk mencapai tujuan.
f)     Pengetahuan
Hasil dari pengindraan yang diwujudkan melalui perilaku untuk mendapatkan suatu keinginan tujuan.
b.    Faktor  Eksternal
       Faktor eksternal disebut juga faktor situasional yang mencakup faktor lingkungan dimana manusia itu berada atau bertempat tinggal, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Faktor-faktor situasional ini di kelompokkan menjadi : 
1)    Faktor ekologis
Keadaan alam, geografis, iklim, cuaca dan sebagainya mempengaruhi perilaku orang.
2)    Faktor desain dan arsitektur
Struktur dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat mempengaruhi pola perilaku manusia yang tinggal didalamnya.
 3)    Faktor temporal
Terbukti adanya pengaruh waktu terhadap bioritme manusia,  yang akhirnya mempengaruhi perilakunya.
4)    Suasana perilaku (behavior setting)
Tempat keramaian, pasar, mal, tempat ibadah, sekolah/kampus, kerumunan massa akan membawa pola perilaku orang.
5)    Faktor teknologi
Perkembangan teknologi, terutama teknologi informasi akan berpengaruh pada pola perilaku orang.
6)    Faktor sosial
Peranan faktor sosial yang terdiri dari struktur umur, pendidikan, status, sosial, agama dan sebagainya akan berpengaruh pada perilaku seseorang. Faktor sosial ini juga mencakup lingkungan sosial yang disebut iklim sosial (social climate). 
(Notoatmodjo, 2010)
2.1.5  Domain Perilaku Kesehatan
                                    Menurut Benyamin Bloom seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku ke dalam 3 domain, ranah atau kawasan yakni : ranah kognitif (cognitive domain), ranah efektif (affective domain), ranah psikomotor (psychomotor domain).
                             Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain oleh Bloom ini, dan untuk kepentingan pendidikan praktis, dikembangkan menjadi 3 tingkat ranah perilaku sebagai berikut :
 a.    Pengetauan (knowledge)
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
b.    Sikap (attitude)
Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Dengan kata lain, fungsi sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi perilaku (tindakan) atau reaksi tertutup.
c.    Tindakan atau praktik (pracitice)
Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak (praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu faktor lain antara lain adanya fasilitas atau sarana dan prasarana (Notoadmodjo, 2010).
2.1.6   Perilaku Kesehatan
       Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang baik yang dapat diamati (observable) maupun yang tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
              Becker (1997) membuat klasifikasi tentang perilaku kesehatan dan  membedakan menjadi tiga, yaitu :
a.    Perilaku sehat (healthy behavior)
Perilaku sehat adalah perilaku-perilaku atau kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan.

b.    Perilaku sakit (illness behavior)
Perilaku sakit adalah berkaitan dengan tindakan atau kegiatan seseorang yang sakit dan atau mempunyai masalah kesehatan atau keluarganya, untuk mencari penyembuhan atau mengatasi masalah kesehatan yang lain.
c.    Perilaku peran orang sakit (the sick role behavior)
Hak dan kewajiban orang yang sedang sakit merupakan perilaku peran orang sakit (Notoadmodjo, 2010).
2.1.7      Tingkatan Perilaku :
      Menurut Notoatmodjo, 2007.Tingkatan perilaku dibagi menjadi :
a.    Persepsi ( perception)
Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama. Misalnya, seorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya.
b.    Perilaku terpimpin (guided response) 
Apabila Subyek atau  seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan. Misalnya, seorang ibu memeriksa kehamilannya tetapi masih menunggu diingatkan oleh bidan atau tetangganya. Seorang anak kecil menggosok gigi namun masih selalu diingatkan oleh ibunya, adalah masih disebut perilaku terpimpin.
c.    Perilaku secara mekanisme (mechanism)
Apabila subyek atau seseorang telah melakukan atau memprktikan sesuatu hal secara otomatis maka disebut perilaku atau tindakan mekanis. Misalnya, seorang ibu selalu membawa anaknya ke posyandu untuk ditimbang, tanpa harus menunggu perintah dari kader atau petugas kesehatan. Seorang anak secara otomatis menggosok gigi setelah makan, tanpa disuruh oleh ibunya.
d.    Adopsi (adoption)   
Adopsi adalah suatu perilaku atau praktik yang sudah berkembang. Artinya apa yang dilakukan tidak sekedar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas. Misalnya menggosok gigi, bukan sekedar gosok gigi, melainkan dengan teknik-teknik yang benar. Seorang ibu memasak memilih bahan masakan bergizi meskipun bahan makanan tersebut murah harganya.
Pengukuran perilaku sering digunakan adalah skala dengan skala ini akan diperoleh jawaban yang tegas yaitu sering, selalu, kadang-kadang dan jarang. Penelitian menggunakan skala likert dilakukan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang dinyatakan.
Skala ini dapat pula dibentuk checklist atau pilihan ganda. Pertanyaan yang bernilai positif: sering diberi skor-4, selalu diberi skor-3, jarang diberi skor-2, dan tidak pernah diberi skor-1 dan pernyataan yang bernilai negatif: sering diberi skor-1, selalu diberi skor-2, jarang diberi skor-3, dan tidak pernah diberi skor-4.
2.1.8      Cara Pengukuran Perilaku  
Menurut (Azwar, 2008), pengukuran perilaku yang berisi pernyataan-pernyataan terpilih dan telah diuji reabilitas dan validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan perilaku kelompok responden. Kriteria pengukuran perilaku yaitu:
a.    Perilaku positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner > T mean
b.    Perilaku negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean
Subyek memberi respon dengan dengan empat kategori ketentuin, yaitu: selalu, sering, jarang, tidak pernah.
Dengan skor jawaban :
1.    Jawaban dari item pernyataan perilaku positif
a)    Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
b)    Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
c)    Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
d)    Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
2.    Jawaban dari item pernyataan untuk perilaku negatif
a)    Selalu (SL) jika responden sangat setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 1
b)    Sering (SR) jika responden setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 2
c)    Jarang (JR) jika responden ragu-ragu dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 3
d)    Tidak Pernah (TP) jika responden tidak setuju dengan pernyataan kuesioner dan diberikan melalui jawaban kuesioner skor 4
Penilaian perilaku yang didapatkan jika :
1)    Nilai > 50, berarti subjek berperilaku positif
2)    Nilai < 50 berarti subjek berperilaku negatif

 

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. 2002. Prosedur Penelitian Satuan Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta
Aziz A. 2012. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar S. 2003. Metodologi Penelitian. Yogjakarta: Pustaka Pelajar.
Dina, 2007, Psikologi Kebidanan Wanita Untuk Kesehatan, Salemba Medika, Jakarta
Enkin. 2010. Asuhan Sayang Ibu. Jakarta: Salemba Medika.
Hidayat  A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika.
Mander R. 2003. Nyeri Persalinan. Jakarta: EGC.
Nolan M. 2003. Kehamilan dan Melahirkan. Jakarta: Arcan.
 Notoatmodjo, Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta
Notoadmodjo S. 2010. Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineke Cipta.
Notoadmodjo S. 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke Cipta.
Perry, Potter. 2010. Fundamental of Nursing. Jakarta: Salemba Medika.
Simkin P, dkk. 2007. Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan, Dan Bayi. Jakarta: Arcan.
Solikhah U. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Kehamilan, Persalinan, dan Nifas. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sumarah. 2009. Asuhan Persalinan dan Kehamilan. Jakarta: EGC.
Rustam. 2006. Asuhan Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.
Saifudin, Abdulbari. 2002. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarya : YBP-SP.
DepKes. 2006. Angka Kematian Ibu Menurut Depkes.http://j3ffunk.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013
DepKes. 2006. Prevelensi Nyeri Persalinan di Indonesia. http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
LB3KIA. 2006. Prevalensi Nyeri Persalinan di Jawa Timur.  http://ervanragamuffin.blogspot.com diakses tanggal 15 Januari 2013.
Prawirohardjo S. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Tridarsa Printer.
Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 71-80.
WHO. 2009. Angka Kematian Ibu Menurut WHO. http://www.antaranews.com diakses pada tanggal 15 Januari 2013.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar