Rabu, 02 Juli 2014

METABOLISME PROOTEIN

Dr. Suparyanto, M.Kes



METABOLISME PROTEIN


2.1.3   Metabolisme Protein
1. Transport dan absorpsi asam amino
Asam amino dari protein yang ada dalam makanan akan diabsorbsi dari usus melalui transport aktif dan dibawa ke hati. Di hati, asam amino disintesis menjadi molekul protein atau dilepas kedalam sirkulasi untuk ditransport menuju sel lain.
2.   Setelah memasuki sel tubuh asam amino bergabung dengan ikatan   peptida untuk membentuk protein selular yang digunakan untuk pertumbuhan dan regenerasi jaringan.
3.   Hanya ada sedikit simpanan asam amino dalam sel tubuh kecuali sel    hati. Protein intraselular tubuh sendiri terus terhidrolisis menjadi asam amino dan disintesis ulang menjadi protein. Asam amino dari makanan dan asam amino dari penguraian protein intraselular membentuk kelompok asam amino utama yang akan memenuhi kebutuhan tubuh (Sloane 2003, h. 308).
2.1.4  Pengatur metabolisme protein
       Pengaturan metabolisme protein sama seperti metabolisme karbohidrat dan lemak yang terutama dilakukan oleh hormon.
1.   Hormon pertumbuhan merangsang transport aktif asam amino ke dalam sel terutama sel otot dan merangsang sintesis protein.
2.   Testosteron adalah hormon pada laki-laki yang bermanfaat untuk menstimulasi sintesis protein dan meningkatkan simpanan protein dalam jaringan. Estrogen adalah hormon pada perempuan yang juga bermanfaat untuk menstimulasi sintesis protein pada derajat yang lebih kecil.
3. Hormon tiroid meningkatkan laju metabolisme semua sel dan penting untuk sintesis protein dan pertumbuhan.
4. Glukokortikoid menstimulasi katabolisme protein dalam sel dan meningkatkan penggunaan asam amino oleh hati dalam glukoneogenesis.
5. Insulin meningkatkan pemasukan asam amino ke dalam sel dan menstimulasi sintesis protein (Sloane 2003, h. 309).
2.1.5  Katabolisme Protein
       Penguraian asam amino menjadi energi berlangsung di hati. Kelebihan  asam amino diguanakan sebagai energi atau disimpan sebagai lemak.
1.      Deaminasi merupakan proses asam amino yang merupakan langkah pertama, melibatkan pelepasan satu hidrogen atau satu gugus amino sehingga membentuk amonia ().
2.      Pembentukan urea oleh hati. Amonia diubah menjadi urea melalui siklus urea oleh hati. Urea diekskresi oleh ginjal ke dalam urine.
3.      Oksidasi asam amino terdeaminasi. Bagian asam amino non nitrogen yang tersisa tersebut produk asam keto yang teroksidasi menjadi energi melalui siklus asam sitrat. Beberapa jenis asam keto dapat diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) atau lemak (lipogenesis).
4.      Karbohidrat dan lemak adalah “cadanfan protein” dan dipakai tubuh sebagai pengganti protein untuk energi. Pada saat kelaparan tubuh menggunakan karbohidrat dan lemak baru, kemudian memulai mengkatabolisme protein (Sloane 2003, h. 308).  
2.1.6   Anabolisme Protein 
1.      Sintesis protein dari asam amino berlangsung disebagian besar sel tubuh. Asam amino bergabung dengan ikatan peptida pada rangkaian tertentu yang ditentukan berdasarkan pengaturan gen.
2.      Transaminasi yang berlangsung di hati, merupakan sintesis asam amino non essensial melalui pengubahan jenis asam amino menjadi jenis lainnya. Proses ini melibatkan pemindahan satu gugus amino ( dari sebuah asam amino menjadi satu asam keto sehingga terbentuk satu asam amino dan satu asam keto yang baru.
3.      Asam amino essensial dan non essensial. Ada 9 asam amino (fenilalanin, valin,triptofan, treonin, lisin, leusin, isoleusin, metionin dan histadin) yang merupakan asam amino essensial. Asam amino tersebut tidak dapat disintesis oleh sel dan harus didapat dari makanan. 11 asam amino lainnya dapat disintesis dan disebut asam amino non essensial
a.      Protein hewani mengandung semua asam amino essensial dan disebut protein lengkap
b.      Protein nabati tidak memiliki beberapa asam amino essensial yang disebut protein tidak lengkap. Protein nabati dapat dikombinasikan dalam diet untuk memperoleh semua asam amino essensial (Sloane 2003, h. 308).
2.1.7  Fungsi Protein
a.   Pertumbuhan dan pemeliharaan
       Sebelum sel dapat mensintesis protein baru maka harus tersedia semua asam amino essensial yang diperlukan dengan cukup nitrogen atau ikatan amino untuk pembetukan asam amino non essensial yang diperlukan. Pertumbuhan atau penambahan otot hanya mungkin terjadi jika tersedi campuran asam amino yang sesuai termasuk untuk pemeliharaan dan perbaikan. Beberapa jenis jaringan tubuh membutuhkan asam amino tertentu dalam jumlah besar. Asam amino yang mengandung sulfur lebih banyak dibutuhkan oleh rambut, kulit dan kuku. Protein kolagen merupakan protein utama otot urat dan jaringan ikat. Fibrin dan miosin adalah protein lain yang terdapat dalam otot.
       Protein tubuh berada dalam keadaan dinamis yang secara bergantian dipecah dan disitesis kembali. Tiap hari sebanyak 3% jumlah protein total berada dalam keadaan dinamis. Dinding usus yang setiap 4-6 hari harus diganti membutuhkan sintesis 70 gram protein setiap hari. Tubuh sangat efisien dalam memelihara protein yang ada dan menggunakan kembali asam amino yang diperoleh dari pemecahan jaringan untuk membangun kembali jaringan yang sama atau jaringan lain (Almatsier 2009, h. 96).
b.   Pembetukan ikatan essensial tubuh
       Hormon seperti tiroid, insulin dan epinefrin adalah protein, demikian pula dengan berbagai enzim. Ikatan enzim bertindak sebagai katalisator atau membantu perubahan biokimia yang terjadi di dalam tubuh. Hemoglobin, pigmen darah yang berwarna merah dan berfungsi sebagai pengangkut oksigen dan karbondioksida adalah ikatan protein. Begitupun bahan lain yang berperan dalam penggumpalan darah. Protein lain adalah fotoreseptor pada mata. Asam amino triptofan berfungsi sebagai prekursor vitamin niasin dan pengantar saraf serotonin yang berperan dalam membawa pesan dari sel saraf yang satu ke yang lain. Dalam hal kekurangan protein, tubuh memprioritaskan pembentukan ikatan tubuh yang vital ini (Almatsier 2009, h. 96). 
c.   Mengatur keseimbangan air
       Cairan tubuh terdapat di dalam tiga kompartemen yaitu intraselular (di dalam sel), ekstraselular/interselular (diantara sel), dan intravaskular (di dalam pembuluh darah). Kompartemen ini harus dipisahkan satu sama lain oleh membran sel. Distribusi cairan di dalam kompartemen ini harus dijaga dalam keadaan seimbang atau homeostasis. Keseimbangan ini diperoleh melalui sistem komplek yang melibatkan protein dan elektrolit. Penumpukan cairan di dalam jaringan dinamakan edema dan merupakan tanda awal kekurangan protein (Almatsier 2009, h. 96).
d.   Memelihara netralitas tubuh
       Protein tubuh bertindak sebagai buffer, yaitu bereaksi dengan asam dan basa untuk menjaga pH pada taraf konstan. Sebagian besar jaringan tubuh berfungsi dalam keadaan pH netral atau sedikit alkali (pH 7,35-7,45) (Almatsier 2009, h. 97).
e.   Pembentuk antibodi
           Kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi bergantung pada kemampuanya untuk memproduksi antibodi terhadap organisme yang menyebabkan infeksi tertentu atau terhadap bahan asing yang memasuki tubuh. Tingginya tingkat kematian pada anak yang menderita kurang gizi kebanyakan disebabkan oleh menurunnya daya tahan terhadap infeksi karena ketidakmampuan membentuk antibodi dalam jumlah yang cukup (Almatsier 2009, h. 97).
       Kemampuan tubuh untuk melakukan detoksifikasi terhadap bahan racun dikontrol oleh enzim yang terutama terdapat di dalam hati. Dalam keadaan kekurangan protein kemampuan tubuh untuk menghalangi pengaruh toksik bahan racun ini kurang. Seseorang yang menderita kekurangan protein lebih rentan terhadap bahan racun dan obat (Almatsier 2009, h. 97).
f.    Mengangkut zat gizi
            Protein memegang peranan esensial dalam mengangkut zat gizi dari saluran cerna melalui dinding saluran cerna ke dalam darah, dari darah ke jaringan dan melalui membran sel ke dalam sel. Sebagian besar bahan yang mengangkut zat gizi ini adalah protein. Kekurangan protein menyebabkan gangguan pada absorbsi dan transportasi zat gizi (Almatsier 2009, h. 97).

DAFTAR PUSTAKA


Almatsier., 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia : Jakarta.

Baron.D.N., 1990.Kapita Selekta Patologi Klinik. Buku Kedokteran EGC : Jakarta.
.
Dinas Provinsi Kesehatan Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur : Surabaya.

Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan fisiologis dan Patologis. Salemba Medika : Jakarta.

Huliana, Mellyna. 2001. Panduan Menjalani Kehamilan Sehat. Puspa Swara : Jakarta

Leveno, Kennethn J. 2009. Obstetri Williams, Edisi 21. EGC, Jakarta.

Lintang,  Sari, Letta, 2003. Gambaran Fraksi Protein pada Preeklamsia dan Hamil Normotif di RSUP. H. Adam Malik- RSUD. Dr. Pirngadi Medan, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Notoatmodjo, Soekidjo., 2005.Metodologi Penelitian Kesehatan.Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo. S., 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Rineka Cipta : Jakarta.

Notoatmodjo. Soekidjo., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rekanita Cipta :  Jakarta.

Notoatmodjo. Soekidjo., 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rekanita Cipta : Jakarta.

Nugroho, Taufan.2011.Buku Ajar Obstetri untuk Mahasiswa Kebidanan, cetakan kedua.Nuha Medika : Yogyakarta.

Nurkhanifah, Dian., 2013. “Asuhan Kebidanan Ibu Hamil, Bersalin, dan Nifas Normal pada Ny. R di BPS Ny. E desa Kagok Kecamatan Slawi
Kabupaten Tegal  2013”,Karya Tulis Ilmiah STIkes Bhakti Mandala Husada Slawi : Tegal.

Nursalam., 2008. Konsep Penerapan Metodologi Penelitian dalam Ilmu Keperawatan. Salemba Medika : Jakarta.

O’Challaghan, Crish A.2009.At a Glance Sistem Ginjal, Edisi Dua.Erlangga : Jakarta.

Price A. Sylvia, Lorraine M. Wilson., 1995. Patofisiologi, buku 2 edisi ke-4. EGC : Jakarta.

Pokja Sanitasi Kabupaten Madiun. 2010. Buku putih Madiun. Madiun

Rusilanti., 2006. Menu Bergizi Ibu Hamil. Kawan Pustaka : Jakarta.

Saifuddin Bari Abdul., 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, edisi pertama cetakan keempat. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo : Jakarta.

Sulistyawati, Ari. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Salemba Medika : Jakarta.

Wahab, Samik. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson vol 3, Edisi 15.  EGC : Jakarta.

Yulaikhah, Lily., 2006. Seri Asuhan Kebidanan Kehamilan. Buku Kedokteran EGC : Jakarta



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar