Senin, 20 Januari 2020

IBADAH APA SAJA YANG PERLU KEIKHLASAN


IBADAH APA SAJA YANG PERLU KEIKHLASAN

Yan Karta Sakamira
20 Januari 2020

Sebagian orang menyangka, keikhlasan itu hanya dikerjakan tatkala beribadah kepada Allah seperti shalat, puasa, berdzikir, membaca Al Qur’an, umrah, haji, dan berbagai ibadah lainnya. Pendapat ini tidak benar, sebab dalam semua ibadah, ikhlas itu wajib dilakukan, sekalipun dalam hal mengunjungi tetangga, membantu kerabat yang kesulitan, silaturahmi, berbakti kepada orangtua dan berbagai ibadah lainnya.

Setiap perbuatan yang dicintai Allah dan diridhai Allah, baik itu ibadah kepada Allah seperti shalat, puasa, dzikir, membaca Al Qur’an, haji, dan lain sebagainya, maupun ibadah yang sifatnya muamalah, seperti jujur saat transaksi jual beli, mempergauli istri dengan baik, takziah, sedekah, silaturrahmi, berbakti kepada kedua orang tua dan lain sebagainya. Semuanya perlu dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah.

Allah berfirman:

وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan (ikhlas) kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS: Al Bayyinah, 5)

Rasulullah bersabda:

Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّكَ لَنْ تُنْفِقَ نَفَقَةً تَبْتَغِى بِهَا وَجْهَ اللَّهِ إِلاَّ أُجِرْتَ عَلَيْهَا ، حَتَّى مَا تَجْعَلُ فِى فِى امْرَأَتِكَ

“Sungguh tidaklah engkau menginfakkan nafkah (harta) dengan tujuan mengharapkan (melihat) wajah Allah (pada hari kiamat nanti) kecuali kamu akan mendapatkan ganjaran pahala (yang besar), sampai pun makanan yang kamu berikan kepada istrimu.” (HR. Bukhari no. 56).

Hadist diatas menunjukan bahwa mencari nafkah bisa menuai pahala jika diniatkan dengan ikhlas untuk meraih wajah Allah (ikhlas karena Allah).

Semua amalan yang diniatkan bukan karena Allah, maka amalan tersebut akan sia-sia, ibarat debu yang menempel diatas batu, kemudian berterbangan karena diterpa angin.

Allah berfirman:

وَقَدِمْنَا إِلَىٰ مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا

“Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan”. (QS: Al Furqan, 23)

Agar amalan kita tidak sia-sia, baik ibadah kepada Allah maupun muamalah, maka semua amalan tersebut harus dikerjakan dengan ikhlas dan benar. Ikhlas artinya semata-mata hanya ditujukan untuk mencari ridha Allah, dan benar artinya dikerjakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah.

Semoga bermanfaat. Aamiin.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar