Minggu, 29 Mei 2011

SINTESA PROTEIN

Dr. Suparyanto, M.Kes

SINTESA PROTEIN

REPLIKASI DNA
  • Model Replikasi (penggandaan DNA):
1. Model konservatif.
  • Model dimana 2 rantai DNA yang bereplikasi tanpa memisahkan rantai-rantainya.
2. Model semi konservatif.
  • Model dimana 2 rantai DNA berpisah kemudian bereplikasi.
3. Model dispersi.
  • Model dimana DNA terpecah menjadi potongan-potongan yang kemudian bereplikasi.
  • Meselson dan Stahl membuktikan bahwa DNA bereplikasi sesuai model semi-konservatif

PROSES RIPLIKASI
  1. Inisiasi
  2. Elongasi
  3. Terminasi

INISIASI
  • Replikasi tidak berlangsung pada titik acak pada DNA namun berlangsung pada awal yang disebut tempat awal replikasi.
  • Protein inisiator menempel pada daerah tersebut kemudian menyebabkan rantai heliks terbuka untuk membangun rantai baru.

ELONGASI
  • DNA polimerase bertugas untuk memasangkan basa nitrogen baru dengan rantai DNA lama sehingga terbentuklah rantai DNA yang baru.
  • Triplet AUG merupakan sinyal untuk memulai proses sintesis, sehingga triplet ini dinamakan kodon start.

TERMINASI
  • Replikasi berakhir saat DNA polimerase mengenali daerah basa nitrogen yang diulang-ulang, daerah ini disebut telomer.
  • Maka terbentuklah rantai DNA yang baru.
  • Pada Sintesis protein, salah satu rantai DNA akan dikodekan oleh mRNA.
  • Rantai yang dikodekan tersebut disebut DNA Sense atau DNA template
  • Sedangkan rantai pasangannya yang tidak dicetak disebut DNA Antisense atau DNA Komplementer.
  • Triplet kode-kode genetik DNA yang dikodekan oleh mRNA disebut kodogen.

RNA
  • Berbeda dengan DNA, RNA merupakan rantai panjang lurus yang berfungsi dalam sintesis protein.
  • Terdapat 3 jenis RNA yaitu:
  1. mRNA(messenger RNA atau RNA duta/RNAd), bertugas untuk mengkodekan kode genetik dari DNA untuk sintesis protein. Terdapat di anak inti.sel. Triplet kode genetik pada mRNA disebut kodon.
  2. tRNA(transfer RNA atau RNAt), bertugas untuk mencocokkan triplet yang ada pada mRNA dengan protein yang sesuai. Terdapat di sitoplasma. Triplet kode genetik pada tRNA disebut antikodon.
  3. rRNA(ribosomal RNA atau RNAr), bertugas untuk memasangkan kodon mRNA dengan antikodon tRNA dan menggeser rantai-rantai supaya terbentuk polipeptida(protein). Terdapat di ribosom.

ATURAN PENCETAKAN
  • Gula yang dicetak Ribose
  • Basa pada ADN :
  • A (adenin) T (timin) G (guanin) C (citosin)
  • Basa pada ARN :
  • A (adenin) U (urasil) G (guanin) C (citosin)
  • ADN → ARN
  • A → U
  • G → C
  • T → A
  • C → G

  • 3 rangkaian basa pada ADN disebut : KODOGEN
  • 3 rangkaian basa yang tercetak pada ARN m disebut : KODON
  • 3 rangkaian basa pada ARN t yang setangkup dengan ARN m disebut : ANTIKODON

SINTESA PROTEIN
  • Sintesa protein terdiri 2 tahap:
  1. Transkripsi yaitu pencetakan ARNd oleh ADN yang berlangsung di dalam inti sel. ARNd inilah yang akan membawa kode genetik dari ADN.
  2. Translasi yaitu penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd oleh ARNt.

Gambar Sintesa Protein 1



Gambar Sintesa Protein 1

TRANSKRIPSI
  • Proses ini berlangsung di dalam inti sel.
  • Mula-mula sebagian dari “double helix” ADN membuka di bawah pengaruh enzim ARN polymerase.
  • Setelah ‘double helix” ADN sebagian membuka, maka ARNd dibentuk sepanjang salah satu pita ADN itu.
  • DNA membuka menjadi 2 rantai terpisah.
  • Karena mRNA berantai tunggal, maka salah satu rantai DNA ditranskripsi (dicopy).
  • Rantai yang ditranskripsi dinamakan DNA sense atau template dan kode genetik yang dikode disebut kodogen.
  • Rantai yang tidak ditranskripsi disebut DNA antisense/ komplementer.
  • ARNd yang telah selesai menerima pesan genetik dari ADN segera meninggalkan nukleus melalui pori-pori dari membran nukleus menuju ribosom dalam sitoplasma. ARNd menempatkan diri pada leher ribosom.
  • Pada rantai sense ADN didapati pasangan tiga basa nitrogen(triplet) yang disebut kodogen.
  • Triplet ini akan mencetak triplet pada rantai ARNd yang disebut kodon.
  • Kodon inilah yang disebut kode genetika yang berfungsi mengkodekan jenis asam amino tertentu yang diperlukan dalam sintesis protein.
  • Pasangan tiga basa nitrogen disebut triplet.
  • Triplet yang terdapat pada rantai sense ADN yang mencetak ARNd disebut kodogen.
  • Triplet yang terdapat pada ARNd disebut kodon.
  • Triplet yang terdapat pada ARNt disebutantikodon.
TRANSLASI
  • Setelah ARNd keluar dari dalam inti, selanjutnya ia bergabung dengan ribosom dalam sitoplasma.
  • Langkah berikutnya adalah penerjemahan kode genetik (kodon) yang dilakukan oleh ARNt.
  • Caranya, ARNt akan mengikat asam amino tertentu sesuai yang dikodekan oleh kodon, lalu membawa asam amino tersebut dan bergabung dengan ARNd yang telah ada di ribosom.
  • Langkah tersebut dilakukan secara bergantian oleh banyak ARNt yang masing-masing mengikat satu jenis asam amino yang lain.
  • ARNt memiliki triplet yang merupakan pasangan kodon dan disebut antikodon.
  • Setiap ARNt hanya dapat mengikat satu jenis asam amino sesuai yang dikodekan oleh kodon.
  • Jadi dalam translasi terjadi penerjemahan kode genetik yang dibawa ARNd (kodon) oleh ARNt (antikodon) dengan cara ARNt mengikat satu asam amino yang sesuai.
  • Proses pengikatan asam amino ini memerlukan enzim amino asil sintetase, dan ada 20 enzim yang bekerja.
  • Setelah asam amino dibawa ARNt bergabung dengan ARNd di ribosom, selanjutnya akan terjadi ikatan antar asam amino membentuk polipeptida.Protein akan terbentuk setelah berlangsung proses polimerisasi.

KESIMPULAN
  1. Simpulan singkat langkah sintesis protein berlangsung sebagai berikut:
  2. ADN mencetak ARNd dalam proses transkripsi yang berlangsung di dalam inti.
  3. ARNd keluar dari dalam inti bergabung dengan ribosom di sitoplasma.
  4. Datang ARNt membawa asam amino yang sesuai dengan kodon.
  5. Terjadi ikatan antar asam amino sehingga terbentukprotein.






Minggu, 22 Mei 2011

KONSEP SUAMI

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP SUAMI

PENGERTIAN SUAMI
  • Suami adalah pemimpin dan pelindung bagi istrinya, maka kewajiban suami terhadap istrinya ialah mendidik, mengarahkan serta mengertikan istri kepada kebenaran, kemudian membarinya nafkah lahir batin, mempergauli serta menyantuni dengan baik (Harymawan, 2007).
  • Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan bahwa suami adalah pria yg menjadi pasangan hidup resmi seorang wanita (istri) yg telah menikah. Suami adalah pasangan hidup istri (ayah dari anak-anak), suami mempunyai suatu tanggung jawab yang penuh dalam suatu keluarga tersebut dan suami mempunyai peranan yang penting, dimana suami sangat dituntut bukan hanya sebagai pencari nafkah akan tetapi suami sebagai motivator dalam berbagai kebijakan yang akan di putuskan termasuk merencanakan keluarga ( chaniago, 2002).


PERAN PRIA DALAM KESEHATAN REPRODUKSI
  • Peran adalah perangkat tingkah yg diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat (KBBI, 2008). Peran juga merupakan suatu kumpulan norma untuk perilaku seseorang dalam suatu posisi khusus, seperti seorang istri, suami, anak, guru, hakim, dokter, perawat, rohanian, dan sebagainya (Marasmis, 2006).
  • Jadi yang dimaksud dengan peran suami adalah perangkat tingkah yang dimiliki oleh seorang lelaki yang telah menikah, baik dalam fungsinya di keluarga maupun di masyarakat.
  • Menurut BKKBN (2007) Peran dan tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi khususnya pada Keluarga Berencana (KB) sangat berpengaruh terhadap kesehatan.
a. Peran Suami Sebagai Motivator
  • Dalam melaksanakan Keluarga Berencana, dukungan suami sangat diperlukan. Seperti diketahui bahwa di Indonesia, keputusan suami dalam mengizinkan istri adalah pedoman penting bagi si istri untuk menggunakan alat kontrasepsi. Bila suami tidak mengizinkan atau mendukung, hanya sedikit istri yang berani untuk tetap memasang alat kontrasepsi tersebut. Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam pengambilan keputusan menggunakan atau tidak dan metode apa yang akan dipakai.
b. Peran Suami Sebagai Edukator
  • Selain peran penting dalam mendukung mengambil keputusan, peran suami dalam memberikan informasi juga sangat berpengaruh bagi istri. Peran seperti ikut pada saat konsultasi pada tenaga kesehatan saat istri akan memakai alat kontrasepsi, mengingatkan istri jadwal minum obat atau jadwal untuk kontrol, mengingatkan istri hal yang tidak boleh dilakukan saat memakai alat kontrasepsi dan sebagainya akan sangat berperan bagi isri saat akan atau telah memakai alat kontrasepsi. Besarnya peran suami akan sangat membantunya dan suami akan semakin menyadari bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya urusan wanita (istri) saja.
c. Peran Suami Sebagai Fasilitator
  • Peran lain suami adalah memfasilitasi (sebagai orang yang menyediakan fasilitas), memberi semua kebutuhan istri saat akan memeriksakan masalah kesehatan reproduksinya. Hal ini dapat terlihat saat suami menyediakan waktu untuk mendampingi istri memasang alat kontasepsi atau kontrol, suami bersedia memberikan biaya khusus untuk memasang alat kontrasepsi, dan membantu istri menentukan tempat pelayanan atau tenaga kesehatan yang sesuai.

PERAN SUAMI DALAM KELUARGA BERENCANA
  • Menurut BKKBN (2007) peran atau partisipasi suami dalam Keluarga Berencana (KB) antara lain menyangkut :
  1. Pemakaian alat kontrasepsi
  2. Tempat mendapatkan pelayanan
  3. Lama pemakaian
  4. Efek samping dari penggunaan kontrasepsi
  5. Siapa yang harus menggunakan kontrasepsi.
  • Partisipasi pria dalam kesehatan reproduksi adalah tanggung jawab pria dalam kesehatan reproduksi terutama dalam pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup ibu dan anak, serta berprilaku seksual yang sehat dan aman bagi dirinya, istri, dan keluarganya.

  • Faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya peserta KB pria antara lain:
  1. Kondisi lingkungan sosial budaya,
  2. Pengetahuan, kesadaraan Pasangan Usia Subur (PUS) dan keluarga dalam KB pria rendah.
  3. Keterbatasan jangkauan (aksesibilitas) dan kualitas pelayanan KB pria.
  4. Dukungan politis dan operasional masih rendah di semua tingkatan.

  • Bentuk dukungan suami terhadap istri dalam menggunakan alat kontrasepsi meliputi:
  1. Memilih kontrasepsi yang cocok, yaitu kontrasepsi yang sesuai dengan keinginan dan kondisi istrinya.
  2. Membantu istrinya dalam menggunakan kontrasepsi secara benar seperti mengingatkan saat minum pil KB dan mengingatkan istri untuk kontrol. Membantu mencari pertolongan bila terjadi efek samping maupun komplikasi dari pemakaian alat kontraspsi.
  3. Mengantar istri ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk kontrol atau rujukan.
  4. Mencari alternatif lain bila kontrasepsi yang digunakan saat ini terbukti tidak memuaskan.
  5. Membantu menghitung waktu subur, apabila menggunakan metode pantang berkala.
  6. Menggunakan kontrasepsi bila keadaan kesehatan istri tidak memungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Asnawi, Natsir. 2009. Social Support and Behavior Toward Others (Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Orang Lain): Suatu Tinjauan Psikologi. http://natsirasnawi.blogspot.com/2009/03/social-support-and-behavior-toward.html. Diakses tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00
  2. Brahm. 2006. Ragam Metodel Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  3. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta : Liberti
  4. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html . diakses 27 April 2011
  5. . 2011. Konsep Intra Uterine Device. http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-inta-uterune-divice.html. diakses 27 April 2011
  6. . 2011. Konsep Kontrasepsi. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-kontrasepsi.html. diakses 27 April 2011
  7. Farida, Umi. 2008. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan. STIKES Aisyiyah Jogjakarta.
  8. Glasier, Anna. 2002. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC
  9. Hanafi, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  10. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
  11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  12. KBBI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php . Diakses Sabtu, 19 Februari 2011.
  13. Manuaba, ADA Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
  14. Mas Bow. 2009. Apa Itu Dukungan Sosial?. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html. Diakses 4 Maret 2011.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  17. Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro Semarang
  18. Sugiyono. 2010. Statisti Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  19. Suzzane, E. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC
  20. Wahyuni, 2002. Peran Suami Pada Istri Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo. http://digilib.itb.ac.id. Diakses 31 Maret 2011


KONSEP DUKUNGAN

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DUKUNGAN

PENGERTIAN DUKUNGAN
  • Terdapat banyak definisi tentang dukungan sosial yang dikemukakan oleh para ahli. Sheridan dan Radmacher menekankan pengertian dukungan sosial sebagai sumber daya yang disediakan lewat interaksi dengan orang lain. “Social support is the resources provided to us through our interaction with other people” (Trismiati, 2006).

KONSEP DUKUNGAN SOSIAL

1. Pengertian Dukungan Sosial
  • Dukungan sosial adalah derajat dukungan yang diberikan kepada individu khususnya sewaktu dibutuhkan oleh orang-orang yang memiliki hubungan emosional yang dekat dengan orang tersebut (As’ari, 2005).
  • Dukungan sosial adalah perasaan positif, menyukai, kepercayaan, dan perhatian dari orang lain yaitu orang yang berarti dalam kehidupan individu yang bersangkutan, pengakuan, kepercayaan seseorang dan bantuan langsung dalam bentuk tertentu (Katc dan Kahn, 2000).
  • Menurut Landy dan Conte (2007) dalam Mudita (2009), dukungan sosial adalah kenyamanan, bantuan, atau informasi yang diterima oleh seseorang melalui kontak formal maupun informal dengan individu atau kelompok.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial

a. Keintiman
  • Dukungan sosial lebih banyak diperoleh dari keintiman daripada aspek-aspek lain dalam interaksi sosial, semakin intim seseorang maka dukungan yang diperoleh akan semakin besar
b. Harga Diri
  • Individu dengan harga diri memandang bantuan dari orang lain merupakan suatu bentuk penurunan harga diri karena dengan menerima bantuan orang lain diartikan bahwa individu yang bersangkutan tidak mampu lagi dalam berusaha.
c. Keterampilan Sosial
  • Individu dengan pergaulan yang luas akan memiliki keterampilan sosial yang tinggi, sehingga akan memiliki jaringan sosial yang luas pula. Sedangkan, individu yang memiliki jaringan individu yang kurang luas memiliki ketrampilan sosial rendah.

3. Aspek-Aspek Dukungan Sosial
  • House (Suhita, 2005) berpendapat bahwa ada empat aspek dukungan sosial yaitu:
a. Emosional
  • Aspek ini melibatkan kekuatan jasmani dan keinginan untuk percaya pada orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi yakin bahwa orang lain tersebut mampu memberikan cinta dan kasih sayang kepadanya.
b. Instrumental
  • Aspek ini meliputi penyediaan sarana untuk mempermudah atau menolong orang lain sebagai contohnya adalah peralatan, perlengkapan, dan sarana pendukung lain dan termasuk didalamnya memberikan peluang waktu.
c. Informatif
  • Aspek ini berupa pemberian informasi untuk mengatasi masalah pribadi. Aspek informatif ini terdiri dari pemberian nasehat, pengarahan, dan keterangan lain yang dibutuhkan oleh individu yang bersangkutan.
d. Penilaian
  • Aspek ini terdiri atas dukungan peran sosial yang meliputi umpan balik, perbandingan sosial, dan afirmasi.

4. Sumber-Sumber Dukungan Sosial
  • Sumber-sumber dukungan sosial yaitu menurut suhita (2005):
a. Suami
  • Menurut Wirawan (1991) hubungan perkawinan merupakan hubungan akrab yang diikuti oleh minat yang sama, kepentingan yang sama, saling membagi perasaan, saling mendukung, dan menyelesaikan permaslahan bersama.
b. Keluarga
  • Menurut Heardman (1990) keluarga merupakan sumber dukungan sosial karena dalam hubungan keluarga tercipta hubungan yang saling mempercayai. Individu sebagai anggota keluarga akan menjadikan keluarga sebagai kumpulan harapan, tempat bercerita, tempat bertanya, dan tempat mengeluarkan keluhan-keluhan bilamana individu sedang mengalami permasalahan.
c. Teman/sahabat
  • Menurut Kail dan Neilsen (Suhita, 2005) teman dekat merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Sedangkan menurut Ahmadi (1991) bahwa persahabatan adalah hubungan yang saling mendukung, saling memelihara, pemberian dalam persahabatan dapat terwujud barang atau perhatian tanpa unsur eksploitasi.

5. Bentuk Dukungan Sosial
  • Sheridan dan Radmacher (1992), sarafino (1998) serta Taylor (1999) membagi dukungan sosial kedalam lima bentuk. Yaitu :
  1. Dukungan instrumental (tangible assisstance), Bentuk dukungan ini merupakan penyediaan materi yang dapat memberikan pertolongan langsung seperti pinjaman uang, pemberian barang, makanan serta pelayanan.
  2. Dukungan informasional, Bentuk dukungan ini melibatkan pemberian informasi, saran atau umpan balik tentang situasi dan kondisi individu, Jenis informasi seperti ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi masalah dengan lebih mudah.
  3. Dukungan emosional, Bentuk dukungan ini membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperdulikan dan dicintai oleh sumber dukungan sosial sehingga individu dapat menghadapi masalah dengan lebih baik.
  4. Dukungan pada harga diri, Bentuk dukungan ini berupa penghargaan positif pada individu, pemberian semangat, persetujuan pada pendapat induividu, perbandingan yang positif dengan individu lain. Bentuk dukungan ini membantu individu dalam membangun harga diri dan kompetensi.
  5. Dukungan dari kelompok social, Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib.

6. Dukungan Sosial Keluarga
  • Menurut Friedman (1998), dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang sakit. Anggota keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. 
  • Fungsi dukungan keluarga Caplan (1964) dalam Friedman (1998) menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa fungsi dukungan yaitu:
  1. Dukungan informasional keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar) informasi tentang dunia. Menjelaskan tentang pemberian saran, sugesti, informasi yang dapat digunakan mengungkapkan suatu masalah.
  2. Dukungan penilaian keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator indentitas anggota keluarga diantaranya memberikan support, penghargaan, perhatian.
  3. Dukungan instrumental keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit, diantaranya: kesehatan penderita dalam hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, terhindarnya penderita dari kelelahan.
  4. Dukungan emosional keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Aspek-aspek dari dukungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan dan didengarkan.
  • Dukungan sosial keluarga dapat berupa dukungan sosial keluarga internal, seperti dukungan dari suami/istri atau dukungan dari saudara kandung atau dukungan sosial keluarga eksternal (Friedman, 1998).

7. Yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga
  • Menurut Feiring dan Lewis (1984) dalam Friedman (1998), ada bukti kuat dari hasil penelitian yang menyatakan bahwa keluarga besar dan keluarga kecil secara kualitatif menggambarkan pengalaman-pengalaman perkembangan. Anak-anak yang berasal dari keluarga kecil menerima lebih banyak perhatian dari pada anak-anak dari keluarga yang besar. Selain itu, dukungan yang diberikan orangtua (khususnya ibu) juga dipengaruhi oleh usia. Ibu yang masih muda cenderung untuk lebih tidak bisa merasakan atau mengenali kebutuhan anaknya dan juga lebih egosentris dibandingkan ibu-ibu yang lebih tua.
  • Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan. Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi. Selain itu orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat dukungan, afeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi daripada orang tua dengan kelas sosial bawah (Akhmadi, 2006).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Asnawi, Natsir. 2009. Social Support and Behavior Toward Others (Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Orang Lain): Suatu Tinjauan Psikologi. http://natsirasnawi.blogspot.com/2009/03/social-support-and-behavior-toward.html. Diakses tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00
  2. Brahm. 2006. Ragam Metodel Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  3. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta : Liberti
  4. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html . diakses 27 April 2011
  5. . 2011. Konsep Intra Uterine Device. http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-inta-uterune-divice.html. diakses 27 April 2011
  6. . 2011. Konsep Kontrasepsi. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-kontrasepsi.html. diakses 27 April 2011
  7. Farida, Umi. 2008. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan. STIKES Aisyiyah Jogjakarta.
  8. Glasier, Anna. 2002. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC
  9. Hanafi, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  10. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
  11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  12. KBBI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php . Diakses Sabtu, 19 Februari 2011.
  13. Manuaba, ADA Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
  14. Mas Bow. 2009. Apa Itu Dukungan Sosial?. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html. Diakses 4 Maret 2011.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  17. Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro Semarang
  18. Sugiyono. 2010. Statisti Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  19. Suzzane, E. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC
  20. Wahyuni, 2002. Peran Suami Pada Istri Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo. http://digilib.itb.ac.id. Diakses 31 Maret 2011

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

Dr. Suparyanto, M.Kes

PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR)

  • Menurut kamus besar Bahasa Indonesia memilih adalah menentukan diantara hal-hal yang ada ( KBBI, 2010). Menurut WHO (World Health Organisation) dan dr. Hanafi faktor-faktor dalam pemilihan Kontrasepsi Dalam Rahim adalah :
  • Faktor pasangan – Motivasi dan Rehabilitasi
  1. Umur
  2. Paritas
  3. Usia anak terkecil
  4. Tujuan reproduksi
  5. Frekuensi hubungan kelamin
  6. Hubungan dengan pasangan (dukungan suami)
  7. Pengaruh orang lain
  8. Kenyamanan metode

  • Faktor kesehatan – Kontraindikasi absolut atau relatif
  1. Status kesehatan
  2. Riwayat haid
  3. Riwayat keluarga
  4. Pemeriksaan fisik
  5. Pemeriksaan panggul

  • Faktor metode kontrasepsi – Penerimaan dan Pemakaian berkesinambungan
  1. Efektivitas
  2. Efek samping minor
  3. Kerugian
  4. Komplikasi-komplikasi yang potensial
  5. Biaya.

1. Umur istri
  • Umur dalam hubungannya dengan pemakaian kontrasepsi berperan sebagai faktor intrinsik. Umur berhubungan dengan struktur organ, fungsi faaliah, komposisi biokimiawi termasuk sistem hormonal seorang wanita. Perbedaan fungsi faaliah, komposisi biokimiawi, dan sistem hormonal pada suatu periode umur menyebabkan perbedaan pada kontrasepsi yang dibutuhkan. Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu:
  1. Masa menunda kehamilan (kesuburan)
  2. Masa mengatur kesuburan (menjarangkan)
  3. Masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi).

2. Paritas
  • Paritas seorang wanita dapat mempengaruhi cocok tidaknya suatu metode secara medis. Secara umum AKDR tidak dianjurkan bagi wanita nulipara pemasangannya lebih sulit, angka ekspulsi lebi tinggi dari pada wanita yang pernah melahirkan, dan kemungkinan pemakaian AKDR mengganggu kesuburan di masa depan. Oleh karena iti, program harus secara cermat meneliti wanita nulipara yang meminta AKDR dan memberitahu mereka mengenai pilihan kontrasepsi yang sesuai.

3. Usia anak terkecil
  • Usia anak terkecil suatu pasangan dapat mempengaruhi pemilihan metode dalam dua cara. Di daerah-daerah tempat angka kematian bayi tertinggi, sebagian pasangan dengan anak yang masih kecil dan tidak lagi menginginkan anak menunda pemakaian metode kontrasepsi permanen sampai mereka cukup yakin bahwa anak mereka akan bertahan hidup. Seorang wanita yang baru malahirkan mungkin mengandalakn efek kontrasepsi dari menyusui atau memilih metode komplementer yang dapat digunakan sewaktu menyusui.

4. Tujuan reproduksi
  • Tujuan reproduksi dari suatu pasangan, apakah mereka akan menjarangkan anak mereka atau membatasi jumlah keluarga jelas memiliki pengaruh pada pemilihan metode. Pasangan yang sudah tidak lagi menginginkan anak mungkin memilih metode yang sangat efektif, bekerja lebih lama, atau prmanen karena lebih cocok dengan kebutuhan mereka. Pasangan ingin memiliki anak di masa depan mungkin puas dengan metode yang kurang efektif kerena mengetahui bahwa kegagalan metode hanya mempengaruhi penentuan waktu rencana reproduktif mereka dan tidak mempengaruhi jumlah anak yang diinginkan secara keseluruhan. Pemakai juga perlu mempertimbangkan apakah metode yamg dipilih dapat menurunkan kesuburan nantinya.

5. Frekuensi hubungan kelamin
  • Frekuensi seorang wanita berhubungan kelammin dapat mempengaruhi bukan saja resiko kehamilan yang tidak direncanakan, melainkan juga kerelaan dirinya atau pasangannya untuk menggunkan metode kontrsepsi tertentu. Pasangan dengan frekuensi hubungan kelamin yang tinggi mungkin akan berpendapat bahwa metode yang sangan efektif akan paling sesuai. Sebaliknya pasangan yang jarang berhubungan kelamin mungkin akan mendasarkan keputusan pemilihan kontrasepsi mereka pada faktor-faktor selain kemudahan penggunaan. Seperti seorang wanita yang jarang berhubungan memilih metode sawar dibandingkan metode hormonal karena kemungkinan efek samping dari metode hormonal tersebut.

6. Hubungan dengan pasangan
  • Hubungan seorang wanita dengan pasangannya juga dapat menjadi faktor dalam menentukan metode tertentu. Karena pada banyak masyarakat pasangan tidak saling berkomunikasi mengenai keluarga berencana, pihak wanitalah yang sering kali harus memperoleh dan menggunakan kontrasepsi bila ingin mengontrol kesuburannya.

7. Pengaruh orang lain
  • Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga dan teman sering kali memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metodee kontrasepsi oleh suatu pasangan.

8. Kemudahan Metode
  • Dalam memilih suatu metode, seorang wanita harus mengetahui bagaimana penggunaan metode akan mempengaruhi gaya hidup mereka. Kadang-kadang suatu metode tidak dapat diterima oleh seorang wanita hanya karena metode tersebut dapat mengganggu kegiatan rutinnya.

9. PengenalanTerhadap Anatomi Reproduktif
  • Untuk menggunakan metode kontrasepsi tertentu, wanita harus mengenal anatomi reproduktif mereka dan merasa nyaman menyentuh genetalia mereka. Contohnya ialah wanita yang akan mampu manggunakan diafragma atau spons secara benar dan konsisten hanya apabila ia merasa nyaman untuk menyentuh vaginanya dan mengetahui pentingnya penempatan alat di atas serviks

DAFTAR PUSTAKA

  1. Asnawi, Natsir. 2009. Social Support and Behavior Toward Others (Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Orang Lain): Suatu Tinjauan Psikologi. http://natsirasnawi.blogspot.com/2009/03/social-support-and-behavior-toward.html. Diakses tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00
  2. Brahm. 2006. Ragam Metodel Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  3. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta : Liberti
  4. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html . diakses 27 April 2011
  5. . 2011. Konsep Intra Uterine Device. http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-inta-uterune-divice.html. diakses 27 April 2011
  6. . 2011. Konsep Kontrasepsi. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-kontrasepsi.html. diakses 27 April 2011
  7. Farida, Umi. 2008. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan. STIKES Aisyiyah Jogjakarta.
  8. Glasier, Anna. 2002. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC
  9. Hanafi, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  10. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
  11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  12. KBBI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php . Diakses Sabtu, 19 Februari 2011.
  13. Manuaba, ADA Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
  14. Mas Bow. 2009. Apa Itu Dukungan Sosial?. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html. Diakses 4 Maret 2011.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  17. Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro Semarang
  18. Sugiyono. 2010. Statisti Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  19. Suzzane, E. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC
  20. Wahyuni, 2002. Peran Suami Pada Istri Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo. http://digilib.itb.ac.id. Diakses 31 Maret 2011

KONSEP PERILAKU

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP PERILAKU

  • Perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh mahluk hidup, baik yang diamati secara langsung atau tidak langsung (Notoadmodjo 1997).
  • Perilaku manusia dapat dilihat dari 3 aspek yaitu: aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya, yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik dan sosial budaya masyarakat.

1. Aspek Perilaku Dalam Upaya Kesehatan
  • Perilaku kesehatan pada dasarnya merupakan respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan (Notoatmodjo, 1997).
  • Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mewujudkan kesehatan seseorang diselenggarakan dengan empat macam pendekatan yaitu pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotive), pencegahan penyakit (preventive), penyembuhan penyakit (kurative) dan pemulihan kesehatan (rehabilitative). (Depkes RI, 1992).

2. Domain Perilaku
  • Menurut Bloom membagi perilaku terdiri dari ranah kognitif (cognitive domain), ranah (affective domain) dan ranah psikomotor (psycomotor domain). Untuk kepentingan pengukuran hasil, kognitif diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap dan psikomotor melalui tindakan atau ketrampilan yang dilakukan.

3. Pengetahuan
  • Pengetahuan adalah (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan “what”, misalnya apa air, apa manusia, apa alam, dan sebagainya (Notoatmojo, 2002).
  • Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Over Behaviour), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.
  • Menurut Bloom pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan yakni :
  1. Tahu (know) tahu diartikan sebagai mengingat sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari. Termasuk dalam pengetahuan, tingkat ini adalah mengingat kembali (Recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima, oleh sebab itu “tahu “ ini adalah merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
  2. Memahami (komprehensif) memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat diinterpretasikan materi terebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyimpulkan terhadap objek yang dipelajari.
  3. Aplikasi (Application) diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
  4. Analisis (Analysis) adalah sesuatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek keadaan komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lainnya.
  • Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang yakni :
  1. Pendidikan.
  2. Pengalaman
  3. Umur

4. Sikap
  • Salah seorang ahli psikologi sosial new comb dikutip Notoatmodjo menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktivitas akan tetapi merupakan “predisposisi” tindakan. Sikap merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka, merupakan reaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek tersebut.
  • Dalam bagian Allport dikutip Notoadmojo (1997 : 131) menyatakan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu (1) kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek (2) kehidupan nasional atau emosional terhadap suatu objek dan (3) kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).
  • Ketiga komponen ini secara bersama–sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini pengetahuan, berpikir, keyakinan dan emosi memegang peranan penting.
  • Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu :
a. Menerima (Receiving)
  • Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek) misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari kesediaan dan perhatian terhadap ceramah-ceramah.
b. Merespon (Responding)
  • Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
c. Menghargai (Valuing)
  • Mengajak orang lain untuk mengerjakan dan mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah terindikasi sikap tingkat tiga. Misalnya :seorang ibu yang mengajak ibu lain (tetangga, saudaranya dan sebagainya) untuk pergi menimbangkan anaknya ke Posyandu atau mendiskusikan tentang status gizi anaknya, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut mempunyai sikap positif terhadap anaknya.
d. Bertanggungjawab (Responsible)
  • Bertanggungjawab terhadap sesuatu yang dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling tinggi misalnya : seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapat tantangan dari mertua atau dari orang tuanya sendiri. Sikap mungkin terarah terhadap benda, orang tetapi juga peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan nilai.

Menurut Azwar, 1995 ciri-ciri sikap yaitu :
  1. Sikap bukan dibawa sejak lahir tetapi dibentuk dan dipelajari sepanjang perkembangan orang tua dalam hubungan dengan objeknya.
  2. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan dapat berubah pada orang-orang bila mendapat keadaan dan syarat tertentu.
  3. Sikap tidak berdiri-sendiri, tetapi memiliki hubungan terhadap suatu objek.
  4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.
  5. Sikap mempunyai segi motivasi dan perasaan. Sifat inilah yang membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki orang.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap:
  1. faktor intern: yaitu faktor-faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektivitas
  2. faktor ekstern merupakan faktor yang berasal dari luar manusia yaitu :
  • Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
  • Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap.
  • Sikap orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut.
  • Media komunikasi yang disediakan dalam penyampaian sikap.
  • Situasi pada sikap tersebut.
  • Struktur sikap terdiri dari tiga komponen yang saling menunjang yaitu komponen kognitif, afektif dan konatif (Azwar, 1995).

5. Tindakan Practice atau Praktek
  • Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas. Di samping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain, misalnya suami atau istri, orang tua atau mertua sangat penting untuk mendukung praktek keluarga berencana.
  • Tingkat–tingkat praktek :
a. Persepsi (Perception)
  • Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
b. Respon Terpimpin (Guided Respons)
  • Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.
c. Mekanisme (Mecanism)
  • Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adaptasi (Adaptation)
  • Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya sendiri tanpa mengurangi kebenaran tindakannya tersebut.
  • Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung, yakni dengan wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan responden (Notoatmodjo, 2003).

6. Teori-Teori Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan
  • Berbagai teori yang sudah dicoba untuk mengungkapkan faktor penentu yang dapat mempengaruhi perilaku, khususnya perilaku yang berhubungan dengan kesehatan antara lain teori, Fritz Heider (1979), Laurence Green (1980), Snehandhu Kar (1993) dan WHO (1994).
a. Teori Fritz Heider
  • Heider mengemukakan sikap merupakan formulasi yang paling awal dan sederhana dari prinsip konsistensi teori ini timbul dari minat Heider pada faktor-faktor yang mempengaruhi atribut kausal suatu peristiwa terhadap diri seseorang.
b. Teori Snehandu B. Kar
  • Kar mencoba menganalisa perilaku kesehatan bertitik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :
  1. Niat seorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawat kesehatannya (behaviour intention).
  2. Dukungan sosial dari masyarakat sekitarnya (social support).
  3. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessebiling of information).
  4. Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau keputusan (personal autonomy).
  5. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak / tidak bertindak (action situation).

c. Teori Lawrence Green
  • Lawrence Green (1991) menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Dikatakan dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku (behaviour causes).
d. Teori WHO (World Health Organization), (1986)
  • WHO menganalisa bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah :
  1. Pemikiran dan perasaannya (thought and feeling), yaitu dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap, kepercayaan-kepercayaan dan penilaian seorang terhadap obyek kesehatan. Seseorang yang dianggap penting maka yang ia perbuat dan ucapkan cenderung untuk ditiru.
  2. Nilai-nilai, kebiasaan, perilaku normal dan penggunaan sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada umumnya disebut kebudayaan.
  • Menurut WHO, perubahan perilaku dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu :
  1. Perubahan alamiah (natural change)
  2. Perubahan terencana (planed change)
  3. Kesediaan untuk berubah (readlines to change)
  • Dalam proses pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari dalam meliputi pengetahuan, kecerdasan, persepsi, sikap, emosi, motivasi, yang berfungsi untuk mengolah rangsang dari luar. Faktor luar individu meliputi lingkungan sekitar baik fisik seperti iklim, manusia, sosial, ekonomi, budaya dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang, sehingga proses terbentuknya perilaku ini dapat diilustrasikan seperti gambar 1 (satu) (Notoatmodjo, 1997)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Asnawi, Natsir. 2009. Social Support and Behavior Toward Others (Dukungan Sosial dan Perilaku Terhadap Orang Lain): Suatu Tinjauan Psikologi. http://natsirasnawi.blogspot.com/2009/03/social-support-and-behavior-toward.html. Diakses tanggal 4 Maret 2011 jam 19.00
  2. Brahm. 2006. Ragam Metodel Kontrasepsi. Jakarta : EGC
  3. Djarwanto. 1996. Mengenal Beberapa Uji Statistik dalam Penelitian. Jogjakarta : Liberti
  4. Suparyanto. 2011. Konsep Dasar Keluarga Berencana. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-dasar-kb-keluarga-berencana.html . diakses 27 April 2011
  5. . 2011. Konsep Intra Uterine Device. http://dr.suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-iud-inta-uterune-divice.html. diakses 27 April 2011
  6. . 2011. Konsep Kontrasepsi. http://dr-suparyanto.blogspot.com/2011/04/konsep-kontrasepsi.html. diakses 27 April 2011
  7. Farida, Umi. 2008. Hubungan Antara Dukungan Suami dengan Pemilihan Metode Kontrasepsi Pasca Persalinan. STIKES Aisyiyah Jogjakarta.
  8. Glasier, Anna. 2002. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi edisi 4. Jakarta : EGC
  9. Hanafi, H. 2002. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
  10. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.
  11. Hidayat, A. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika
  12. KBBI, 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/index.php . Diakses Sabtu, 19 Februari 2011.
  13. Manuaba, ADA Bagus Gde. 1998. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta : Arcan
  14. Mas Bow. 2009. Apa Itu Dukungan Sosial?. http://www.masbow.com/2009/08/apa-itu-dukungan-sosial.html. Diakses 4 Maret 2011.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. Dr. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : PT Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika
  17. Radita. 2009. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi yang Digunakan Pada Pasangan Usia Subur. Universitas Diponegoro Semarang
  18. Sugiyono. 2010. Statisti Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  19. Suzzane, E. 2007. Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual Reproduksi. Jakarta : EGC
  20. Wahyuni, 2002. Peran Suami Pada Istri Terhadap Pemakaian Alat Kontrasepsi di Desa Kepatuhan Tualang Sidoarjo. http://digilib.itb.ac.id. Diakses 31 Maret 2011


DHF (DENGUE HEMORAGI FEVER)/ DEMAM BERDARAH (DB)

Dr. Suparyanto, M.Kes

DHF (DENGUE HEMORAGI FEVER)

LATAR BELAKANG
  • DHF (Dengue Hemoragi Fever) adalah penyakit demam akut yang di sebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD yang di tularkan nyamuk aedes aegepty lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia serta Demam yang akut, selama 2 hingga 7 hari, dengan 2 atau lebih gejala ? gejala berikut : nyeri kepala, , nyeri otot, nyeri persendian, bintik-bintik pada kulit sebagai manifestasi perdarahan ,
  • Kepada masyarakat diingatkan agar setiap anggota keluarganya mengalami gejala panas tinggi yang tidak turun-turun untuk segera diperiksakan ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) untuk mengetahui secara pasti penyakit tersebut. "Ini dimaksudkan agar penanganannya dapat dilakukan secara tepat dan cepat, jangan sampai terlambat, karena akibat keterlambatan akan sangat fatal bagi jiwa pasien,vrus demam berdarah yang disebarkan oleh nyamuk 'Aedes Aegypti' tersebut tidak bisa disembuhkan dengan hanya memakan buah jambu biji. "Anjuran orang agar mereka yang terkena demam berdarah memakan jambu biji sebagai obat penyembuh sangat menyesatkan. Bisa saja orang itu justru tambah menderita sakit dan mempercepat kematiannya.
  • Oleh karena itu sebagai mahasiswa kesmas unsoed mempunyai peran yang penting dalam memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat sehingga berkontribusi dalam meminimalkan kemungkinan timbulnya komplikasi Berdasarkan fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk memberikan informasi dan pendidikan kesehatan kepada masyarakat terutama ibu hamil demi pencegahan penyakit DHF

DEFINISI DHF
  • DHF (Dengue Hemoragi Feber) adalah penyakit demam akut yang di sebabkan oleh virus dengue serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD yang di tularkan nyamuk aedes aegepty lewat air liur gigitan saat menghisap darah manusia

ETIOLOGI
  • Virus dengue di bawa oleh nyamuk aedes aegepty (betina) dan aedes albopletus sebagai vector ke tubuh manusia melalui gigitan nyamuk tersebut infeksi yang pertamakuli dapat member gejala sebagai dengue fever dengan gejala utama demam ,nyeri otot / sendi

GEJALA
  1. Panas tinggi selama 2-7 hari .
  2. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit pteachie, ekhimosis hematoma.
  3. Epitaksis
  4. Mual,muntah,tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi.
  5. Neri otot, tulang, sendi, abdomen, dan uluh hati .
  6. Sakit kepala, pembengkakan sekitar mata, pembesaran hati, limfe, dan kelenjar getah bening.
  7. Tanda-tanda rejatan (sianosis, kulit lembab, dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, nadi cepat dan lemah .)
  8. Tes tourniquet positif
  9. Setelah hari ketiga biasanya demam akan turun dan penderita mungkin merasa sudah sembuh tetapi setelah itu demam dapat menyerang kembali .
  10. Berak darah dan mimisan .
  11. Trombositopenia .

FAKTOR AGENT (PENYEBAB)
  • Adalah faktor yang menyebabkan penyakit / masalah kesehatan .
  • Pada penyakit DHF, faktor agentnya antara lain adalah:
  1. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
  2. Tidak efektifinya control vektor nyamuk di daerah endemis
  3. Peningkatan sarana transportasi.

FAKTOR HOST (PENJAMU)
  • Adalah faktor yang melekat pada host ,
  • Faktor host pada DHF antara lain :
  • Penyakit DBD di tularkan oleh nyamuk Aedes Aegepty yang mengandung virus yang mengandung virus Dengue.
  • Ciri-ciri nyamuk aedes aegepty :
  1. Berwarna hitam dan belang-belang (loreng) putih pada seluruh tubuh .
  2. Berkembang biak pada tempat penampung air tergenang seperti: Bak mandi, Tempayan, Drum, Vas bunga, dan ban bekas dll
  3. Nyamuk aedes aegepty tidak dapat berkembang biak di selokan / got yang airnya langsung berhubungan dengan tanah .
  4. Biasanya menggigit manusia di pagi hari
  5. Badannya kecil dan kalau hinggap badannya mendatar
  6. Suka di tempat yang terlindungi sinar matahari seperti pakaian yang tergantung dan air jernih
  7. Mampu terbang sampai 100m

FAKTOR ENVIRONMENT (LINGKUNGAN)
  1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi
  2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali
  3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk di daerah endemis
  4. Peningkatan sarana transportasi .

PORTAL OF ENTRY
  • Yaitu pintu masuknya agent kedalam host, melalui gigitan nyamuk yang yang merusakan sistem vaskuler dengan adanya peningkatan permeabelitas dinding pembuluh darah terhadap protein plasma dan efusi pada ruang serosa dibawah peritoneal, pericardial dan pleural, pada kasus berat, pengurangan plasma sampai 30% lebih. Mengilangnya plasma melalui endotel ditandai oleh peningkatan nilai hematokret yang dapat menyebabkan keadaan hipovolemi dan syok sehingga dapat menimbulkan anoksia jaringan, asidosis metabolism dan bahkan sampai terjadi kematian.
  • Sebab lain perdarahan adalah trombositopenia serta faktor kapiler. Pada fagosit didapatkan fagositosis dan proliferasi sistem retikulo endothelia yang menyebabkan penghancuran terhadap trombosit yang telah mengalami metamorfosis seluler sehingga tampak adanya trombositopenia .

TRANSMISI (VEKTOR)
  • Vektor DHF yaitu nyamuk Aedes Aegypti

PENCEGAHAN PENYAKIT DHF
  • Untuk mencegah, khususnya mencegah perkembangbiakan nyamuk aedes aegepty yang merupakansarana penularn demam berdarh melakukan 3 M yaitu : 1.Menguras bak mandi, 2.Menutup tempat penampungan air, 3.Mengubur barang-barang bekas yang tidak terpakai yang berpotensi menjadi tempat genangan air hujan.
  • Fongging atau pengasapan
  • Abatisasi

PENGOBATAN ATAU PENATALAKSANAAN
  • Pengobatan terhadap penyakit ini terutama di tujukan untuk mengatasi perdarahan, mencegah atau mengatasi keadaan syok atau presyok dengan mengusahakanagar penderita banyak minum atau makan buah jambu bila perlu dilakukan pemberian cairan melalui infus. Demam di usahkan diturunkan dengan kompres dingin atau antipiretik

KESIMPULAN
  • DBD tetap menjadi salah satu masalah kesehatan di Indonesia . dengan mengikuti kriteria WHO, diagnose klinik agar segera ditentukan disampaikan modalitas diagnose untuk menilai infeksi virus subtitusi kehilangan cairan akibat kebebasan plasma. Alam terapi cairan jumlah serta kecepatan dan memantau baik secara klinik maupun laboratoris untuk menilai respon kecukupan cairan .

DAFTAR PUSTAKA

  1. Mansjoer, Arif dkk. 2001.Kapita Selekta Kedokteran.jakarta ;media Aesculapius.
  2. http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-dhf.html
  3. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2021266-pencegahan-penyakit- dhf
  4. http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2021266-pencegahan-penyakit- dhf /#ixzz1M1g9eIKZ





HERPES SIMPLEKS KOMPLEKS

Dr. Suparyanto, M.Kes

HERPES SIMPLEKS KOMPLEKS

LATAR BELAKANG
  • HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80% orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.
  • Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.
  • Herpes sebenarnya hanyalah suatu penyakit bersifat gangguan temporer (sementara) dan umumnya dapat dicegah oleh setiap orang. Sebagai salah satu penyakit kelamin penularan herpes melalui oral dan kelamin. virus herpes terdiri dari 2 jenis yakni herpes simpleks tipe 1 dan herpes simplek tipe 2. Herpes simplek tipe 1, umumnya menginfeksi didalam dan disekitar mulut, sedangkan herpes simplek tipe 2, biasanya pada genital (alat kelamin), hingga disebut pula herpes genitalis.

FAKTOR AGENT
  • Gizi: Kurang gizi,sistem imunologi turun.
  • Kimia : Terkena polusi dan tidak menjaga kebersihan( memakai sabun)
  • Biologis: Herpes Simpleks di sebabkan oleh Virus. Yaitu Virus Herpes Simpleks (VHS) type 1dan (VHS) type 2 adalah virus Herpes yang termasuk virus DNA.

FAKTOR HOST

1. Umur
  • Kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV dan Lanjut Usia Herpes zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Pada usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya lemah. Orang-orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk golongan rentan. Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi,seperti penderita kanker.
2. Jenis Kelamin
  • Laki-Laki dan Perempuan bisa terinfeksi VHS.
3. Suku/Ras/Warna kulit :
  • Orang negro cenderung lebih kuat dan mempunyai daya tahan tubuh lebih kuat dari orang ras putih (ras Mongolia) seperti orang Indonesia.
3. Fisiologi
  • kelelahan menyebabkan daya tahan tubuh rendah, kehamilan rentan terhadap infeksi,pubertas (anak diatas usia 12 tahun lebih banyak terinfeksi VHS,stress,dan kurang gizi.
4. Imunologis
  • Sakit dan Imunisasi Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

FAKTOR ENVIRONMENT

1. Fisik :
  • Iklim : Penghujan meningkatkan perkembang biakan virus Herpes Simpleks karena Virus tersebut hidup di air.
  • Geografis: Pada daerah manapun baik pegunungan,pantai bisa terinfeksi Virus Herpes Simpleks tapi cenderung pada daerah beriklim tropis.
  • Demografi: Di desa
2. Biologi: fauna (Virus)
3. Sosial: pada masyarakat yang kondisi sosial ekonomi menengahke bawah, dirumah,tempat kerja,tempat umum,apabila terjadi bencana alam,perang karena tidak terjaga kebersihannya.

PORTAL OF ENTRY AND EXIT

  1. Portal of Entry: Bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah, Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex, HSV1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut, hidung, dan telinga. Sedangkan HSV2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan perianal.
  2. Portal of Exit : Oral (sex oral pada penderiota Herpes Genitalis), kulit (kontak langsung dengan penderita), cairan tubuh (gelembung yang berisi cairan pecah)

TRANSMISI
  • Melalui cairan tubuh seperti bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah, Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex, HSV1 yakni pada kulit dan selaput lendir mukosa di mata atau di mulut, hidung, dan telinga. Sedangkan HSV2 bagian yang disukai yakni pada kulit dan selaput lendir pada alat kelamin dan perianal. dan menutup Portal of Exit dengan tidak melakukan oral (sex oral pada penderiota Herpes Genitalis),dan menghindaricara penularan lewat kulit (kontak langsung dengan penderita), cairan tubuh (gelembung yang berisi cairan pecah)

PEMBAHASAN

DEFINISI
  • HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80% orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.
  • Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.
  • Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun HSV-1 dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.
  • Infeksi HSV-2 lebih umum pada perempuan. Di AS, kurang lebih satu dari empat perempuan dan satu dari lima laki-laki terinfeksi HSV-2. HSV kelamin berpotensi menyebabkan kematian pada bayi yang terinfeksi. Bila seorang perempuan mempunyai herpes kelamin aktif waktu melahirkan, sebaiknya melahirkan dengan bedah sesar.
  • HSV paling mungkin kambuh pada orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah. Ini termasuk orang dengan HIV, dan siapa pun berusia di atas 50 tahun. Beberapa ilmuwan juga berpendapat bahwa penyakit lebih mungkin kambuh pada orang yang sangat lelah atau mengalami banyak stress.
  • Pada dasarnya virus Herpes juga disebut Herpes Simplex Virus dan sering disingka dengan HSV. Virus ini dibedakan menajdi dua yaitu HSV1 dan HSV2. Penyebabnya 84% kasus penyakit kelamin. Perbedaan antar HSV1 dan HSV2 adalah : bagian yang disukai
  • Bentuk pada kulit HSV1 membentuk bercak verikel - verikel kecil, sedangkan HSV2 membentuk verikel - verikel besar, tebal, dan terpusat. Secara serologi HSV1 terdapat antibodi anti HSV1 dan HSV2 terdapat antibodi anti HSV2.
  • Khusus untuk wanita hamil yang terinfeksi HSV2 harus ditangani secara serius, karena virus ini dapat menembus plasenta dan menimbulkan kerusakan neonatal, dampak - dampak kongenital dan kematian janin.
  • Selain itu, resiko yang dihadapi penderita adalah kematian, tetapi hal ini jarang terjadi. Selama belum dilakukan pengobatan yang efektif, perkembangan penyakit Herpes sukar diramalkan. Jika terinfeksi dan segera diobati maka kemungkinan resiko dapat dihindarkan sendini mungkin, seangkan infeksi rekurens hanya dapat dibatasi frekuensi kambuhnya.
  • Penyebab herpes zoster adalah virus varicella-zoster, virus yang juga menyebabkan cacar air. Infeksi awal virus varicella-zoster (yang bisa berupa cacar air) berakhir dengan masuknya virus ke dalam ganglia (badan saraf) pada saraf spinalis maupun saraf kranialis dan virus menetap disana dalam keadaan tidak aktif. Herpes zoster selalu terbatas pada penyebaran akar saraf yang terlibat di kulit (dermatom).
  • Virus herpes zoster bisa tidak pernah menimbulkan gejala lagi atau bisa kembali aktif beberapa tahun kemudian. Herpes zoster tejadi jika virus kembali aktif. Kadang pengaktivan kembali virus ini terjadi jika terdapat gangguan pada sistem kekebalan akibat suatu penyakit (misalnya karena AIDS atau penyakit Hodgkin) atau obat-obatan yang mempengaruhi sistem kekebalan. Biasanya, penyebab dari pengaktivan kembali virus ini tidak diketahui.

GEJALA.

  • Gejala penyakit herpes mirif dengan flu yakni dengan gejala pertama suhu badan akan meningkat, sakit pada kerongkongan, pening, kelelahan dan sebagainya yang umum pula terjadi pada orang demam. Gejala-gejala yang mengikuti herpes pada tahap pertama itulah, yang biasanya sering mendatangkan derita yang berat, karena sistim imun pada diri penderita atau orang yang terinfeksinya, umumnya memang tidak siap untuk memerangi infeksi yang timbul.
  • Pada tahap kedua akan muncul lepuhan-lepuhan kecil yang berderet-deret pada permukaan kulit, yang disertai rasa panas dan gatal, yang terkadang sangat menyiksa, tidak tertahankan untuk tidak menggaruknya. Herpes akan lebih cepat muncul apabila kulit sedang iritasi (luka-luka atau lecet), seperti halnya hubungan seks dapat pula menyebabkan timbulnya hespes kelamin, bila terdapat luka/lecet pada organ genetalia (alat kelamin pria atau wanita).
  • Gejala dari herpes jenis ini adalah pada 3-4 hari sebelum timbulnya herpes zoster, penderita merasa tidak enak badan, menggigil, demam, mual, diare atau sulit berkemih. Terkadang penderita merasakan nyeri, kesemutan atau gatal di kulit yang terkena.
  • Gejala lain, muncul sekumpulan lepuhan kecil berisi cairan dikelilingi oleh daerah kemerahan. Lepuhan ini hanya terbatas pada daerah kulit yang dipersarafi oleh saraf yang terkena. Lepuhan paling sering muncul di batang tubuh dan biasanya hanya mengenai satu sisi (kanan saja atau kiri saja). Daerah yang terkena biasanya peka terhadap berbagai rangsangan (termasuk sentuhan yang sangat ringan) dan bisa terasa sangat nyeri.
  • Lepuhan mulai mengering dan membentuk keropeng pada hari kelima setelah mereka muncul. Lepuhan mengandung virus herpes zoster, yang jika ditularkan bisa menyebabkan cacar air. Lepuhan yang lua atau menetap lebih dari 2 minggu biasanya menunjukkan bahwa sistem kekebalan penderita tidak berfungsi sebagaimana mestinya.

  • Gejala klinis yang dapat ditimbulkan infeksi HSV dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
  • Gejala Klinis Prosentase Infeksi Virus
  1. Lesu 85 %
  2. Gangguan Pernafasan 60 %
  3. Bisul Berair 60 %
  4. Suhu panas atau dingin 50 %
  5. Pendarahan 50 %
  6. Hepato megali 50 %
  7. Kelainan jaringan syaraf pusat 40 %
  8. Kulit kuning 30 %
  9. Kulit biru 20 %
  10. Radang selaput lendir mata 10 %
  11. Korioretinis 10 %
  12. Kematian 70 %

PENCEGAHAN

1. Herpes Dapat Dicegah
  • Penyebaran HSV sulit dicegah. Hal ini sebagian karena banyak orang dengan HSV tidak tahu dirinya terinfeksi dan dapat menularkannya. Orang yang tahu dirinya terinfeksi HSV pun mungkin tidak mengetahui mereka dapat menularkan infeksi walaupun mereka tidak mempunyai luka herpes yang terbuka.
  • Angka penularan HSV dapat dikurangi dengan penggunaan kondom. Namun kondom tidak dapat mencegah semua penularan. Infeksi HSV dapat menulari dan ditulari dari daerah kelamin yang agak luas – lebih luas daripada yang ditutup oleh celana dalam – dan juga di daerah mulut. Bila orang dengan herpes minum asiklovir setiap hari, mereka dapat mengurangi risiko menulari herpes pada orang lain.
  • Para peneliti sekarang mencari vaksin untuk mencegah HSV. Satu calon vaksin menujukkan hasil yang baik terhadap HSV-2 pada perempuan, tetapi tidak pada laki-laki. Belum ada vaksin yang disetujui untuk mencegah infeksi HSV, tetapi penelitian terhadap vaksin untuk HSV berlanjut terus.

2. Mencegah HSV Menular
  1. Infeksi HSV ditularkan dari orang ke orang melalui hubungan langsung dengan daerah tubuh yang terinfeksi. Penularan dapat terjadi walaupun tidak ada luka HSV yang terbuka. Lagi pula, sebagian besar orang dengan HSV tidak mengetahui dirinya terinfeksi dan tidak sadar dapat menyebarkannya. Justru, di AS hanya 9% orang dengan HSV-2 mengetahui dirinya terinfeksi.
  2. Cara Penularan Penyakit Cacar (Herpes)
  • Umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Namun pada herpes zoster, seperti yang terjadi pada penyakit cacar (chickenpox), proses penularan bisa melalui bersin, batuk, pakaian yang tercemar dan sentuhan ke atas gelembung/lepuh yang pecah. Pada penyakit Herpes Genitalis (genetalia), penularan terjadi melalui prilaku sex. Sehingga penyakit Herpes genetalis ini kadang diderita dibagian mulut akibat oral sex. Gejalanya akan timbul dalam masa 7-21 hari setelah seseorang mengalami kontak (terserang) virus varicella-zoster.
  • Seseorang yang pernah mengalami cacar air dan kemudian sembuh, sebenarnya virus tidak 100% hilang dari dalam tubuhnya, melainkan bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Ketika daya tahan tubuh (Immun) melemah, virus akan kembali menyerang dalam bentuk Herpes zoster dimana gejala yang ditimbulkan sama dengan penyakit cacar air (chickenpox). Bagi seseorang yang belum pernah mengalami cacar air, apabila terserang virus varicella-zoster maka tidak langsung mengalami penyakit herpes zoster akan tetapi mengalami cacar air terlebih dahulu.

3. Imunisasi untuk Mencegah Herpes

  • Herpes, demikianlah kalangan medis menyebut penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan gelembung-gelembung berkelompok ini. Gelembung-gelembung tersebut berisi air pada dasar peradangan. Ada dua macam penyakit herpes, yaitu herpes genitalis dan herpes zoster. Herpes genitalis disebabkan virus herpes simpleks dan merupakan penyakit kelamin, sedangkan herpes zoster karena,virus varisela zoster dan menyerang kulit secara umum.
  • Di Jawa, herpes zoster lebih dikenal dengan sebutan dompo. Sebenarnya herpes zoster merupakan kelanjutan dari cacar air yang juga disebabkan virus varisela zoster. Bedanya dari cacar air, herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
  • Jika seseorang sembuh dari cacar air, virus penyebabnya tidak 100% musnah. Virus bersembunyi di dalam sel ganglion dorsalis sistem saraf sensoris penderita. Nah, pada saat daya tahan tubuh melemah, virus akan muncul kembali dalam bentuk herpes zoster. Itulah mengapa gejala yang ditunjukkan penyakit ini hampir sama dengan gejala penyakit cacar.
  • Awalnya, seseorang akan merasa demam, menggigil, sesak napas, nyeri di persendian atau pegal di satu bagian rubuh. Saking pegalnya, lazimnya penderita akan minta dipijat atau malah minum jamu pegal linu. Pasien biasanya juga mengeluh terserang migrain, usus buntu, atau serangan jantung. Setelah tahap itu terlalui akan timbul gelembung-gelembung kecil, biasanya di daerah punggung, hanya pada satu sisi, dan meliputi daerah persarafan tertentu. Gelembung-gelembung ini terasa nyeri dan dapat pecah sehingga mudah timbul infeksi oleh bakteri.
  • Jika sakitnya parah, gelembung bisa muncul di bagian tubuh lain seperti di dahi, sekitar genital, bahkan sampai area mata. Gelembung yang kadang terasa gatal ini biasanya hanya muncul di satu sisi tubuh, misalnya kanan saja atau kiri saja. Lokasi munculnya gelembung di kulit mengikuti area persarafan yang selama itu menjadi tempat varisela zoster mendekam. Maka lokasinya juga sama dengan lokasi serangan ketika cacar air dulu. Serangan bisa terjadi pada satu atau beberapa area persarafan sekaligus. Inilah yang menyebabkan serangannya bisa meluas ke beberapa bagian tubuh, termasuk ke bagian kepala. Namun, kebanyakan hanya menyerang area persarafan di sekitar dada.
  • Gelembung-gelembung pada kulit sebaiknya dijaga agar tidak pecah, karena bisa menimbulkan bekas atau menjadi jalan masuk bagi kuman lain. Untuk mencegahnya, bisa digunakan bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Setelah beberapa hari, gelembung akan kempis sendiri karena diserap tubuh dan bekasnya kemudian akan menghitam. Di saat sakit, penderita boleh saja mandi jika memang tahan dengan hawa dingin air.
  • Secara umum, seluruh jenis penyakit herpes dapat menular melalui kontak langsung. Luka akibat infeksi yang terbuka akan mudah menularkan virus ke bagian tubuh lain atau ke orang lain kalau terjadi persentuhan. Khusus varisela zoster juga dapat ditularkan melalui udara, walau daya tularnya tidak sebesar cacar air. Jika seseorang tertular dan sebelumnya belum pernah sakit cacar air, ia akan terkena cacar air dulu dan tidak langsung herpes zoster. Gejalanya juga tidak sehebat herpes zoster.
  • Karena itu, penderita sebaiknya beristirahat dulu sampai lukanya mengering dan penderita sudah tidak merasa pegal-pegal lagi. Waktunya bisa hampir dua minggu. Istirahat di sini juga perlu, agar tidak tertular penyakit yang lain lagi.

4, Lanjut Usia
  • Herpes zoster intinya memang berurusan dengan daya tahan tubuh. Tak heran kalau penyakit ini banyak menyerang kaum lanjut usia atau mulai di atas 50 tahun. Pada usia di atas 50 tahun, banyak orang yang terserang akibat daya tahan tubuhnya lemah. Orang-orang pada usia produktif juga mudah terserang jika kebetulan masuk golongan rentan. Misalnya, mereka yang terinfeksi HIV, penderita keganasan, atau penerima transplantasi organ tubuh. Juga terhadap orang yang menerima terapi imunosupresif, kemoterapi, dan radiasi seperti penderita kanker.
  • Penyakit ini harus cepat ditangani. Paling tidak dalam tiga hari sejak muncul demam, harus segera diberi obat-obat antivirus seperti famsiklovir, valasiklovir, asiklovir, vidarabin, atau foskarnet. Efektivitas pengobatan ini 100%, meski tidak seluruh virus terbasmi.
  • Jika serangan virus sudah sampai ke mata, penderita dianjurkan berobat juga ke dokter mata, agar kerusakan saraf di sekitarnya dapat dicegah. Sebab, kerusakan saraf yang disebabkan penyakit ini sangat sulit dipulihkan.
  • Bagi orang sehat, untuk pencegahan bisa dilakukan imunisasi dengan vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.
  • Cepatnya penanganan penting agar tidak menimbulkan gejala sisa. Penyakit ini merupakan episode lanjutan dari herpes zoster yang diusahakan jangan sampai terjadi. Sebab, penderitaannya hebat dan bisa bertahun-tahun.
  • Terjadinya nyeri pascaherpes disebabkan lambatnya pengobatan saat seseorang terserang virus varisela zoster. Akibatnya, virus sempat merusak jaringan saraf di sekitarnya. Jika gejala ini telanjur terjadi, kulit yang terkena sentuhan sedikit saja bisa menimbulkan nyeri. Atau, kadang saraf memancarkan sinyal nyeri terus-menerus. Sekitar 75% penderita nyeri ini mengaku, rasanya seperti terbakar.
  • Faktor usia sangat menentukan kerentanan serangan nyeri. Semakin tua seseorang saat terkena herpes zoster, semakin besar kemungkinannya menderita nyeri. Jumlah mantan penderita yang berlanjut ke nyeri kira-kira 10% - 15% populasi. Di atas 50 tahun kemungkinannya menjadi 40%, di atas 60 tahun jadi 50%, dan di atas 80 tahun menjadi 80% dari populasi.
  • Kaum lanjut usia dengan gangguan saraf akibat penuaan atau diabetes lebih mudah terkena nyeri pascaherpes. Akan tetapi, bukan berarti penderita herpes zoster berusia muda tak mungin terkena nyeri. Jika serangannya parah, misalnya sampai ke mata, si penderita muda juga mungkin terkena nyeri pascaherpes.
  • Dulu pengobatan herpes zoster hanya berdasar empiris. Pengobatan dilakukan hanya sekedar untuk menghilangkan rasa sakit sesaat dengan menggunakan obat-obat analgetik. Kini pengobatan lebih banyak melibatkan cabang medis lain seperti psikiatri, saraf dan rehabilitasi medik. Selain diberi Amitriplitin yang berfungsi sebagai sistemik yang bisa memblok impuls di saraf kulit agar tidak sampai ke otak, juga diberikan pengobatan lain dengan terapi tropikal, akupunktur, pendekatan psikoterapi, dan stimulasi listrik.
  • Meski tidak termasuk dalam 10 penyakit kulit tertinggi di dunia dan tidak mematikan, penyakit ini cukup mengganggu hidup seseorang. Hingga kini belum ada obat yang benar-benar ampuh. Tapi dalam skala internasional, sudah ada usulan untuk pemberian vaksinasi bagi orang usia lanjut. (Maratun Nashihah PusdokSM, berbagai sumber-14v)

PEMBERANTASAN
  • Sebagian besar penderita mengalami penyembuhan tanpa meninggalkan gejala sisa. Tetapi bisa terbentuk jaringan parut yang luas meskipun tidak terjadi infeksi bakteri sekunder. Jika mengenai saraf wajah yang menuju ke mata bisa menimbulkan masalah yang cukup serius.
  • Perawatan setempat untuk herpes zoster sebaiknya termasuk membersihkan lukanya dengan air garam dan menjaganya tetap kering. Gentian violet dapat dioleskan pada luka.

PENGOBATAN DAN PENATALAKSANAAN

Pengobatan
  • Pengobatan baku untuk HSV adalah asiklovir dalam bentuk pil sampai lima kali sehari. Ada versi asiklovir lain dengan nama valasiklovir. Valasiklovir dapat diminum dua kali sehari, tetapi harganya jauh lebih mahal dibandingkan asiklovir. Famsiklovir adalah obat lain yang dipakai untuk mengobati HSV. Obat baru sedang di uji coba. Uji coba fase II terhadap ME609 dari Medivir untuk herpes mulut hampir selesai. PCL016 dari Novactyl untuk herpes oral dan kelamin sedang dalam uji coba fase II.
  • Obat ini tidak menyembuhkan infeksi HSV. Namun obat ini dapat mengurangi lama dan beratnya jangkitan yang terjadi. Dokter mungkin meresepkan terapi “rumatan” – terapi antiherpes harian – untuk orang dengan HIV yang mengalami HSV kambuhan. Terapi ini dapat mencegah sebagian besar jangkitan kambuh.
  • Strategi terapi farmakologis (terapi dengan obat) dalam pengobatan penyakit herpes adalah dengan menggunakan obat-obat antivirus. Pengobatan baku untuk herpes adalah dengan acyclovir, valacyclovir, famcyclovir, dan pencyclovir yang dapat diberikan dalam bentuk krim, pil atau secara intravena (infus) untuk kasus yang lebih parah. Semua obat ini paling berhasil apabila dimulai dalam tiga hari pertama setelah rasa nyeri akibat herpes mulai terasa. Semua antivirus yang digunakan pada infeksi Herpes Simplex Virus (HSV) bekerja dengan menghambat polimerase DNA virus. Acyclovir, ganciclovir, famciclovir, dan valacyclovir secara selektif di fosforilasi menjadi bentuk monofosfat pada sel yang terinfeksi virus. Bentuk monofosfat tersebut selanjutnya akan diubah oleh enzym seluler menjadi bentuk trifosfat, yang akan menyatu dengan rantai DNA virus. Acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir terbukti efektif dalam memperpendek durasi dari gejala dan lesi.
  • Ayclovir : merupakan agen yang paling banyak digunakan pada infeksi herpes simplex virus, tersedia dalam bentuk sediaan intravena, oral, dan topikal.
  • Ganciclovir : mempunyai aktivitas terhadap herpes simplex virus tipe 1 dan 2, tetapi lebih toksik daripada acyclovir, famciclovir, dan valacyclovir, karena itu tidak direkomendasikan untuk pengobatan herpes.
  • Famciclovir : merupakan prodrug dari penciclovir yang secara klinis efektif dalam mengobati herpes simplex virus tipe 1 dan 2.
  • Valacyclovir : merupakan valyl ester dari acyclovir dan memiliki bioavailabilitas yang lebih besar daripada acyclovir.
  • Penyakit herpes dapat menyebabkan rasa nyeri (sakit) yang amat sangat. Rasa sakit ini harus ditangani dengan baik, dengan memakai analgesik yang cukup untuk menawarkannya.

Penanganan dan Pengobatan Penyakit Herpes
  • Pada penderita penyakit cacar hal yang terpenting adalah menjaga gelembung cairan tidak pecah agar tidak meninggalkan bekas dan menjadi jalan masuk bagi kuman lain (infeksi sekunder), antara lain dengan pemberian bedak talek yang membantu melicinkan kulit. Penderita apabila tidak tahan dengan kondisi hawa dingin dianjurkan untuk tidak mandi, karena bisa menimbulkan shock.
  • Obat-obatan yang diberikan pada penderita penyakit cacar ditujukan untuk mengurangi keluhan gejala yang ada seperti nyeri dan demam, misalnya diberikan paracetamol. Pemberian Acyclovir tablet (Desciclovir, famciclovir, valacyclovir, dan penciclovir) sebagai antiviral bertujuan untuk mengurangi demam, nyeri, komplikasi serta melindungi seseorang dari ketidakmampuan daya tahan tubuh melawan virus herpes. Sebaiknya pemberian obat Acyclovir saat timbulnya rasa nyeri atau rasa panas membakar pada kulit, tidak perlu menunggu munculnya gelembung cairan (blisters).
  • Pada kondisi serius dimana daya tahan tubuh sesorang sangat lemah, penderita penyakit cacar (herpes) sebaiknya mendapatkan pengobatan terapy infus (IV) Acyclovir. Sebagai upaya pencegahan sebaiknya seseorang mendapatkan imunisasi vaksin varisela zoster. Pada anak sehat usia 1 - 12 tahun diberikan satu kali. Imunasasi dapat diberikan satu kali lagi pada masa pubertas untuk memantapkan kekebalan menjadi 60% - 80%. Setelah itu, untuk menyempurnakannya, berikan imunisasi sekali lagi saat dewasa. Kekebalan yang didapat ini bisa bertahan sampai 10 tahun.

Penatalaksanaan

1. Medikamentosa
  • Belum ada terapi radikal
  • Padaepisode pertama, berikut
  • Asiklovir 200 mg peroral 5 kali perhari selama 7 hari, atau
  • Asilovir 5mg/kg BB,intravena tiap 8jam selama 7 hari (bila gejala sistematik berat), atau
  • Preparat isoprinosin sebagai immunomodulator, atau
  • Asiklovir perenateral atau preparat adenin arabinosid (vitarabin0 untuk penyakit yang lebih berat atau jika timbul komplikasi pada alat dalam.
  • Pada episode rekurensi umumnya tidak perlu di obati karena bisa membaik namun bila perlu dapat diobati dengan krim asiklovir, bila pasien dengan gejala berat dan lama, berikan asiklovir 200mg per oral 5 kali per hari selama 5 hari,jika timbul ulserasi dapat dilakukan kompres.

2. Nonmedikamentosa
  • Memberikan pendidikan kepada pasien dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
  • Bahaya PMS dan komplikasi
  • Pentingnya mematuhi pengobatan yang di berikan
  • Cara penularan PMS danperlunya pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
  • Hindari hubungan seks sebelum sembuh, dan memakai kondom jika tak dapat menghindari lagi.
  • Cara-cara menghindari infeksi PMS.

KESIMPULAN
  • HSV adalah penyakit yang sangat umum. Di AS, kurang lebih 20% orang di atas usia 12 tahun terinfeksi HSV, dan diperkirakan ada satu juta infeksi baru setiap tahun. Prevalensi dan kejadian di Indonesia belum diketahui. Angka prevalensi infeksi HSV sudah meningkat secara bermakna selama dasawarsa terakhir. Sekitar 80% orang dengan HIV juga terinfeksi herpes kelamin.
  • Herpes simpleks berkenaan dengan sekelompok virus yang menulari manusia. Serupa dengan herpes zoster, herpes simpleks menyebabkan luka-luka yang sangat sakit pada kulit. Gejala pertama biasanya gatal-gatal dan kesemutan/perasaan geli, diikuti dengan benjolan yang membuka dan menjadi sangat sakit. Infeksi ini dapat menjadi dorman (tidak aktif) selama beberapa waktu, kemudian tiba-tiba menjadi aktif kembali tanpa alasan jelas.
  • Virus herpes simpleks tipe 1 (HSV-1) adalah penyebab umum untuk luka-luka demam (cold sore) di sekeliling mulut. HSV-2 biasanya menyebabkan herpes kelamin. Namun HSV-1 dapat menyebabkan infeksi pada kelamin dan HSV-2 dapat menginfeksikan daerah mulut melalui hubungan seks.

DAFTAR PUSTAKA

  1. Difa,Danis.dr, Kamus Istilah Kedokteran.Gita Media Press,2008
  2. Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aesculapius ,2000
  3. http//: Herpes Simpleks Kompleks.com
  4. Anonim, 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia,Departemen Kesehatan RI, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta
  5. Rakel, David.,2003,Integrative Medicine, 1st Edition, Elsevier Science, USA