APA
ITU MOTIVASI
1.
Pengertian
motivasi
Motivasi
adalah kecenderungan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak
sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu atau usaha-usaha yang
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak melakukan sesuatu karena
ingin mencapai tujuan yang di kehendaki (Poerwodarminto, 2007).
Motivasi
itu mempunyai arti dorongan, berasal dari bahasa latin movere yang berarti
mendorong atau menggerakkan. Motivasi inilah yang mendorong seseorang untuk
berperilaku beraktifitas dalam pencapaian tujuan (Widayatun, 2009).
Makmun
(2007) merumuskan bahwa motivasi merupakan suatu kekuatan (power) atau tenaga
(force) atau daya (energy); atau suatu keadaan yang kompleks (a complex state)
dan kesiapsediaan (preparatory set) dalam diri individu (organisme) untuk
bergerak (to move, motion, motive) ke arah tujuan tertentu, baik disadari
maupun tidak disadari.
Menurut
Terry (1986) motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang
individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan (perilaku).
Stooner (1992) mendefinisikan bahwa motivasi adalah sesuatu hal yang
menyebabkan dan yang mendukung tindakan atau perilaku seseorang. Knootz (1972)
merumuskan bahwa motivasi mengacu pada dorongan dan usaha untuk memuaskan kebutuhan
atau suatu tujuan (Motivation refers to the drive and efford to satisfy a want
or goal). Sedangkan Hasibuan merumuskan bahwa motivasi adalah suatu perangsang
keinginan (want) dan daya penggerak kemajuan bekerja seseorang. Ia menambahkan
bahwa setiap motif mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai (Notoatmodjo,
2007).
Dari berbagai batasan dan dalam konteks
yang berbeda seperti tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa motivasi pada
dasarnya merupakan interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang
dihadapinya. Di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” (needs) atau
“keinginan” (wants) terhadap objek di luar seseorang tersebut, kemudian
bagaimana seseorang tersebut menghubungkan antara kebutuhan dengan “situasi di
luar” objek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan yang dimaksud. Oleh sebab
itu, motivasi adalah suatu alasan (reasoning) seseorang untuk bertindak dalam
rangka memenuhi kebutuhan hidupnya (Notoatmodjo, 2007).
2.
Sumber
motivasi
1)
Motivasi
instrinsik: Yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri individu itu sendiri.
Termasuk motivasi intrinsik adalah ibu nifas yang melakukan senam nifas karena
keinginannya sendiri.
2)
Motivasi
ekstrinsik: Yaitu motivasi yang datangnya dari luar individu, misalnya setelah
ibu A melihat tetangganya yang melakukan senam nifas, maka ibu A juga ingin
melakukan senam nifas.
3)
Motivasi
terdesak: Yaitu motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan munculnya
serentak serta menghentak dan cepat sekali munculnya pada perilaku aktifitas
seseorang. Misanya dalam kondisi terdesak Ny. N harus menyelamatkan diri maka
ia mampu melompati pagar setinggi 1 meter lebih dengan baik. Padahal sebelumnya
Ny. N tidak pernah melompat setinggi itu karena di bukan atletik. (Widayatun,
2009).
4)
3.
Klasifikasi
motivasi
Ada
beberapa ahli psikologis membagi motivasi dalam beberapa tingkatan, namun
secara umum terdapat keseragaman dalam mengklasifikasikan tingkatan motivasi,
yaitu:
1)
Motivasi
Kuat: Motivasi dikatakan kuat apabila dalam diri seseorang memiliki keinginan
yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, dan memiliki keyakinan yang tinggi
bahwa dirinya akan berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginannya.
2)
Motivasi
Sedang: Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri seseorang memiliki
keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi, namun memiliki keyakinan
yang rendah untuk berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginan.
3)
Motivasi
Lemah: Motivasi dikatakan lemah atau rendah apabila di dalam diri seseorang
memiliki keinginan yang positif namun memiliki harapan dan keyakinan yang rendah
bahwa dirinya dapat mencapai tujuan dan keinginannya. (Irwanto, 2007).
4.
Unsur-unsur
motivasi
1)
Motivasi
merupakan suatu tenaga yang dinamis manusia dan munculnya memerlukan rangsangan
baik dari dalam maupun dari luar
2)
Motivasi
seringkali ditandai dengan perilaku penuh emosi
3)
Motivasi
merupakan reaksi pilihan dari berbagai alternatif pencapaian tujuan
4)
Motivasi
berhubungan erat dengan kebutuhan dalam diri manusia. (Widayatun, 2009).
5.
Teori
motivasi
1.Teori
hedonisme
Hedone
dalam bahasa Yunani adalah kesukaan, kekuatan atau kenikmatan. Hedonisme adalah
suatu aliran filsafat yang memandang bahwa tujuan hidup yang utama pada manusia
adalah mencari kesenangan (hedone) yang bersifat duniawi. Menurut pandangan
hedonisme, manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang meningkatkan kehidupan
yang penuh kesenangan dan kenikmatan. Oleh karena itu, setiap menghadapi
persoalan yang perlu pemecahan, manusia cenderung memilih alternatif pemecahan
yang dapat mendatangkan kesenangan daripada yang mengakibatkan kesukaran, kesulitan,
penderitaan, dan sebagainya. Implikasi dari teori ini adalah adanya anggapan
bahwa orang akan cenderung menghindari hal-hal yang sulit dan menyusahkan atau
mengandung resiko berat dan lebih suka melakukan suatu yang mendatangkan
kesenangan baginya (Purwanto, 2007).
2.Teori
naluri
Bahwa
pada dasarnya manusia memiliki tiga dorongan nafsu pokok yang dalam hal ini
disebut juga naluri, yaitu: 1) dorongan nafsu (naluri) mempertahankan diri; 2)
dorongan nafsu (naluri) mengembangkan diri; 3) dorongan nafsu (naluri)
mengembangkan atau mempertahankan jenis. Oleh karena itu, menurut teori ini,
untuk memotivasi seseorang harus berdasarkan naluri mana yang akan ditujukan
perlu dikembangkan (Purwanto, 2007).
3.Teori
reaksi yang dipelajari
Teori
berpandangan bahwa tindakan atau perilaku manusia tidak berdasarkan naluri
tetapi berdasarkan pola-pola tingkah laku yang dipelajari dari kebudayaan di
tempat orang itu hidup. Menurut teori ini, apabila seorang pemimpin atau
pendidik akan memotivasi anak buah atau anak didiknya, pemimpin atau pendidik
hendaknya mengetahui latar belakang kehidupan dan kebudayaan orang-orang yang
dipimpinnya (Purwanto, 2007).
4.Teori
pendorong
Teori
ini merupakan panduan antar “teori naluri” dengan "teori reaksi yang
dipelajari". Daya dorong adalah semacam naluri tetapi hanya suatu dorongan
kekuatan yang luas terhadap suatu arah yang umum. Oleh karena itu, menurut
teori ini bila seseorang memimpin atau mendidik ingin memotivasi anak buahnya,
ia harus berdasarkan atas daya pendorong yaitu atas naluri dan juga reaksi yang
dipelajari dari kebudayaan yang dimilikinya (Purwanto, 2007).
5.Teori
kebutuhan
Teori
motivasi sekarang banyak orang adalah teori kebutuhan. Teori ini beranggapan
bahwa tindakan yang dilakukan oleh manusia pada hakekatnya adalah kebutuhan
fisik maupun psikis. Oleh karena itu menurut teori ini apabila seorang pemimpin
atau endidik ingin memotivasi anak buahnya,
ia harus mengetahui terlebih dahulu apa kebutuhan-kebutuhan orang-orang
yang dimotivasinya (Purwanto, 2007).
6.Teori
Abraham Maslow
Sebagai
pakar psikologi, Maslow mengemukakan adanya lima tingkatan kebutuhan pokok
manusia. Adapun kelima tingkatan kebutuhan pokok manusia yang dimaksud adalah:
a.Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan
ini merupakan kebutuhan dasar, yang bersifat primer dan vital, yang menyangkut
fungsi-fungsi biologis dari dasar organisme manusia seperti kebutuhan akan
sandang, pangan, dan papan, serta kesehatan fisik, dan sebagainya.
b.Kebutuhan
rasa aman dan perlindungan (Safely and Security)
Seperti
terjamin keamanannya, terlindung dari bahaya dan ancaman penyakit, perang,
kemiskinan, kelaparan, perlakuan tidak adil, dan sebagainya.
c.Kebutuhan
sosial (social needs)
Yang
meliputi kebutuhan akan dicintai, diperhitungkan sebagi pribadi, diakui sebagai
anggota kelompok, rasa setia kawan dan kerjasama.
d.Kebutuhan
harga diri
Termasuk
kebutuhan dihargai karena prestasi, kemampuan, kedudukan atau status, pangkat,
dan sebagainya.
e.Kebutuhan
akan aktualisasi diri (Self actualization)
Seperti
kebutuhan mempertinggi potensi-potensi yang dimiliki, pengembangan diri secara
maksimum, kreatifitas, dan ekspresi diri. (Purwanto, 2007).
6.
Tujuan
motivasi
Tujuan
motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul
keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh
hasil atau mencapai tujuan tertentu. Dalam mencapai tujuan motivasi, maka
setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami
benar-benar latar belakang kehidupan, kebutuhan, dan kepribadian orang yang akan
dimotivasi (Purwanto, 2007).
7.
Proses
motivasi
Motivasi
itu ada atau terjadi karena adanya kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi
untuk segera beraktivitas segera mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan
motivasi sebagai motor penggerak maka bahan bakarnya adalah kebutuhan (need),
(Widayatun, 2009).
Sedangkan
proses motivasi menurut Ali Zaidin (2004) adalah:
1)
Dimulai
dengan adanya kebutuhan dimana individu tersebut berada dalam keadaan tegang
ingin memenuhi kebutuhan tersebut
2)
Dilaksanakan
aktivitas tertentu untuk memenuhi kebutuhan tersebut
3)
Apabila
kebutuhan terpenuhi maka terjadi kepuasan dan ketegangan berkurang
4)
Apabila
kebutuhan tidak terpenuhi (tujuan tidak tercapai) dapat menimbulkan konflik
dalam dirinya. (Ali Zaidin, 2004).
8.
Fungsi-fungsi
motivasi
1)
Motif
itu mendorong manusia untuk berbuat atau bertindak. Motif itu berfungsi sebagai
penggerak atau sebagai motor yang memberikan energi (kekuatan) kepada seseorang
untuk melaksanakan tugas
2)
Motif
itu menentukan arah perbuatan, yakni ke arah perwujudan suatu tujuan atau
cita-cita. Motivasi mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk
mencapai tujuan itu. Makin jelas tujuan itu, makin jelas pula terbentang jalan
yang harus ditempuh
3)
Motif
itu menyeleksi perbuatan kita. Artinya, menentukan perbuatan-perbuatan mana
yang harus dilakukan, yang serasi, guna mencapai tujuan itu dengan
menyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu. (Purwanto,
2007).
9.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi motivasi
a.Faktor
fisik
Motivasi
yang ada didalam diri individu yang mendorong untuk bertindak dalam rangka
memenuhi kebutuhan fisik seperti kebutuhan jasmani, raga, materi, benda atau
berkaitan dengan alam. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan
kondisi lingkungan dan kondisi seseorang, meliputi: Kondisi fisik lingkungan, Lingkungan akan mempengaruhi motivasi
seseorang. Orang yang hidup dala lingkungan tempat tinggal yang kondusif (bebas
dari polusi, asri, tertib, dan disiplin) maka individu yang ada disekitarnya
akan memiliki motivasi yang kuat untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal.;
Keadaan atau kondisi kesehatan, Individu yang kondisi fisiknya sakit
maka akan memiliki motivasi yang kuat untuk mempercepat proses penyembuhan.
Kondisi fisik seseorang akan mempengaruhi perilaku seseorang dalam kehidupan
sehari-hari.
b.Faktor
hereditas, lingkungan dan kematangan atau usia
Motivasi
yang didukung oleh lingkungan berdasarkan kematangan atau usia seseorang. Umur
merupakan tingkat kedewasaan seseorang. Orang yang mempunyai umur produktif
akan mempunyai daya pikir yang lebih rasional dan memiliki pengetahuan yang
baik sehingga orang memilki motivasi baik.
c.Faktor
instrinsik seseorang
Motivasi
yang berasal dari dalam dirinya sendiri biasanya timbul dari perilaku yang
dapat memenuhi kebutuhan sehingga puas dengan apa yang sudah dilakukan.
d.Fasilitas
(sarana dan prasarana)
Motivasi
yang timbul karena adanya kenyamanan dan segala yang memudahkan dengan
tersedianya sarana-sarana yang dibutuhkan untuk hal yang diinginkan.
e.Situasi
dan kondisi
Motivasi
yang timbul berdasarkan keadaan yang terjadi sehingga mendorong memaksa
seseorang untuk melakukan sesuatu.
f.Program
dan aktifitas
Motivasi
yang timbul atas dorongan dalam diri seseorang atau pihak lain yang didasari
dengan adanya kegiatan (program) rutin dengan tujuan tertentu.
g.Audio
visual aid (media)
Motivasi
yang timbul dengan adanya informasi yang di dapat dari perantara sehingga
mendorong atau menggugah hati seseorang untuk melakukan sesuatu.
(Widayatun,
2009).
10. Cara meningkatkan
motivasi
Menurut
Widayatun (2009) cara meningkatkan motivasi adalah sebagai berikut:
1)
Dengan
tingkat verbal: berbicara untuk membandingkan semangat, pendekatan pribadi,
diskusi, dan sebagainya
2)
Tingkah
laku ( meniru, mencoba, menerapkan)
3)
Tehnik
intensif dengan cara mengambil kaidah yang ada
4)
Supertisi
(kenyataan akan sesuatu secara logis, namun membawa keuntungan)
5)
Citra
dan image, yaitu dengan imajinasi atau dengan khayal yang tinggi sehingga
individu termotivasi. (Widayatun, 2009).
11. Pengukuran Motivasi
Menurut
Notoatmodjo (2005) ada beberapa cara untuk mengukur motivasi, yaitu:
a.Tes
proyektif
Apa
yang kita katakan merupakan cerminan dari apa yang ada dalam diri kita. Dengan
demikian untuk memahami apa yang dipikirkan orang lain, maka kita beri stimulus
yang harus diinterpretasikan. Salah satu tehnik proyektif yang banyak dikenal
adalah Thematic Apperception Test (TAT).
b.Kuisioner
Salah
satu cara untuk mengukur motivasi melalui kuisioner adalah dengan meminta klien
untuk mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dapat memancing
motivasi klien. Sebagai contoh adalah EPPS (Edward’s Personal Preference
Schedule).
c.Observasi
perilaku
Cara
lain untuk mengukur motivasi adalah dengan membuat situasi sehingga klien dapat
memunculkan perilaku yang mencerminkan motivasinya.
(Notoatmodjo,
2005).
Pada
penelitian ini pengukuran motivasi menggunakan kuisioner dengan memakai Skala
Likert. Skala Likert ini dibuat seperti checklist terdiri dari pernyataan
positif dan pernyataan negatif dengan 4 pilihan jawaban. Interpretasi
penilaiannya adalah sebagai berikut:
Pernyataan
positif:
Sangat
Setuju (SS) nilainya adalah 4
Setuju (S) nilainya
adalah 3
Tidak
Setuju (TS) nilainya adalah 2
Sangat
Tidak Setuju (STS) nilainya adalah 1
Pernyataan
negatif:
Sangat
Setuju (SS) nilainya adalah 1
Setuju (S) nilainya
adalah 2
Tidak
Setuju (TS) nilainya adalah 3
Sangat
Tidak Setuju (STS) nilainya adalah 4
Untuk
mengetahui persentase motivasi ibu nifas dalam melakukan senam nifas dianalisis
dengan menggunakan rumus:
P
=f/N ×100%
Keterangan:
P : Persentase
f : Jumlah skor jawaban yang benaR
N : Jumlah skor maksimal jika semua
jawaban benar. (Budiarto, 2002).
Kemudian
hasilnya dimasukkan dalam kriteria:
1)
Motivasi
kuat/tinggi : 67 – 100%
2)
Motivasi
sedang : 34 – 66%
3)
Motivasi
lemah/rendah : 0 – 33% (Hidayat,
2009).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Brayshaw,
Eileen. 2008. Senam Hamil dan Nifas. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta :
105-120.
2.
Budiarto.
2002. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Penerbit Buku Kedokteran
EGC, Jakarta : 37.
3.
Hidayat,
Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan. Salemba Medika, Jakarta : 27-34.
4.
Hidayat,
Aziz Alimul. 2010. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Salemba
Medika, Jakarta : 1-105.
5.
Huliana,
Mellyana. 2003. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Puspa Suara, Jakarta : 47-48.
6.
Irwanto.
2007. Perilaku Manusia. Jakarta : Avisiena.
7.
Jhaquin,
Arrwenia. 2010. Psikologi untuk Kebidanan. Nuha Medika, Yogyakarta : 39-40.
8.
Makmun,
Abin Syamsudin. 2007. Psikologi Kependidikan. PT Remaja Rosdakarya Offset,
Bandung : 39-41.
9.
Notoatmodjo,
Soekidjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. PT Rineka Cipta, Jakarta
: 119-139.
10. Notoatmodjo,
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. PT Rineka Cipta, Jakarta :
218-237.
11. Notoatmodjo, Soekidjo.
2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. PT Rineka Cipta, Jakarta : 35-186.
12. Nursalam. 2008.
Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Salemba Medika,
Jakarta : 77-88.
13. Prawirohardjo,
Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,
Jakarta : 237-244.
14. Purwadarminto. 2007.
Kamus Besar Bahasa Indonesia. Alfabeta, Jakarta.
15. Purwanto, Ngalim.
2007. Psikologi Pendidikan. PT Remaja Rosdakarya, Bandung : 71-80.
16. Saryono, dkk. 2010.
Metodologi Penelitian Kebidanan. Nuha Medika, Yogyakarta : 110-141.
17. Sujiyatini, dkk.
2010. Asuhan Ibu Nifas. Cyrillus Publisher, Yogyakarta : 1-154.
18. Sulistyawati, Ari.
2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Penerbit Andi, Yogyakarta :
1-86.
19. Syaifuddin, Abdul
Bari dkk. 2002. Buku Acuan Pelayanan Kesehatan Maternal Dan Neonatal. Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 122-125.
20. Widayatun, Tri Rusmi.
2009. Ilmu Perilaku. ____________, Jakarta : 112-116.
21. Widianti, Anggriyana
Tri dkk. 2010. Senam Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika, Yogyakarta: 1-23.
22. Zaidin, Ali. 2004.
Teori Motivasi. Pustaka Setia, Bandung: 13-18
23. Suparyanto. Konsep
Motivasi. http://www.dr-suparyanto.blogspot.com diakses tanggal 19 April 2012
Jam 15.00 WIB.
- Wayan Darsana. 2012. Pengaruh Senam Nifas terhadap involusi Uterus pada Ibu Post Partum di RSUD Wangaya Bali. http://www.darsananursejiwa.blogspot.com diakses tanggal 18 April 2012 Jam 10.00 WIB.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar