SEKILAS
TENTANG FLU BABI
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Akhir-akhir
ini marak sekali pemberitaan mengenai flu babi. World Health Organization
mengumumkan jumlah kasus H1N1 di seluruh dunia sekarang telah bertambah menjadi
787 kasus dan tambahan 2 kasus yang disertai dengan kematian. WHO juga
mengatakan bahwa virus yang populer dengan nama flu babi tersebut telah
menyebar di 17 negara. Influenza babi atau flu babi awalnya merupakan penyakit
respirasi akut sangatmenular pada babi yang disebabkan oleh salah satu virus
influenza babi, termasuk diantaranya virus influenza tipe A subtipe H1N1, H1N2,
H3N1, H3N2.Angka kesakitan akibat infeksi virus yang menyebar di antara babi
melalui udara baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung dengan babi
pembawa virus itu cenderung tinggi pada populasi babi namun tingkat kematian
akibat penyakit ini rendah, antara satu persen hingga empat persen.
Kejadian
flu babi pada populasi binatang tersebut umumnya sepanjang tahun dengan
peningkatan kejadian pada musim gugur dan dingin..Kondisi yang demikian
memungkinkan virus-virus tersebut saling bercampur danmemunculkan strain virus
baru dari beberapa sumber (reassortant virus). Hal inilah yangantara lain
membuat virus flu babi yang normalnya spesifik dan hanya menginfeksi babikadang
bisa menembus batas spesies dan menyebabkan kesakitan pada manusia.
Kejadianluar biasa penyakit infeksi influenza babi pada manusia beberapa kali
pernah dilaporkanterjadi. Manusia biasanya tertular flu babi dari babi dan,
meski sangat sedikit, dari orang yangterinfeksi karena berhubungan dengan babi
atau lingkungan peternakan babi. Kasus penularan flu babi dari manusia ke
manusia sendiri terjadi dalam beberapa kasus namunmasih terbatas pada kontak
dekat dan sekelompok orang saja.Virus H5N1 merupakan jenis virus flu burung
yang sangat ganas, yang menjadi penyebab utama penyakit pada unggas. Virus ini
pernah ditemukan juga pada babi dankucing, tetapi tidak menimbulkan gejala
sakit pada hewan tersebut.
Sampai
dengan saat ini, belum ditemukan bukti ilmiah bahwa kedua jenis hewan tersebut
bertindak sebagai sumber penularan virus
H5N1.Pada kasus yang langka, penyakit ini juga dapat menyebar pada manusia.
Kasus infeksi virus H5N1 pada manusia yang pertama kali tercatat, terjadi di
Hong Kong padatahun 1997, ketika virus H5N1 yang menyebabkan penyakit
pernafasan sangat berat tersebut menyerang 18 orang, 6 di antaranya meninggal.
Virus ini kemudian dapat dikendalikan dan kasus infeksi pada manusia lenyap
tanpa dapat terdeteksi selama beberapa tahun, sampai timbul kembali di Asia
pada tahun 2003. Sejak saat itu, virus tersebut kembali terdeteksi di banyak
negara serta menyebabkan penyakit bahkan tingginya tingkat kematian pada
jutaanunggas. Lebih dari 140 orang meninggal karena penyakit ini. Kasus pertama
pada unggas diIndonesia diidentifikasikan di dua kabupaten yaitu Pekalongan dan
Tangerang pada bulan Agustus 2003, sementara kasus pertama pada manusia terjadi
di Kabupaten Tangerang pada bulan Juli 2005.
Saat
ini virus H5N1 tidak mudah menyebar dari unggas ke manusia, atau dari manusiake
manusia. Akan tetapi, kejadian yang terus berulang oleh virus H5N1 pada unggas
danmanusia meningkatkan kemungkinan terjadinya virus baru yang dapat menular
dari manusia ke manusia, yang berpotensi memicu pandemi di seluruh dunia.
Pemerintah Indonesia, WorldHealth Organizaton (WHO), Food and Agriculture
Organization (FAO), dan badaninternasional lainnya serta mitra lokal bekerja
sama untuk mengendalikan virus H5N1 dan mencegah pandemi pada manusia.
1.2
Tujuan Makalah
1)
Mahasiswa
mengetahui pengertian dan gejala flu babi.
2)
Mahasiswa
mengetahui cara pencegahan penularan flu babi.
3)
Mahasiswa
mengetahui faktor agent pada flu babi
4)
Mahasiswa
mengetahui faktor host pada flu babi
5)
Mahasiswa
mengetahui faktor envirotment pada flu babi
6)
Mahasiswa
mengetahui port of entry and exit pada flu babi
7)
Mahasiswa
mengetahui trasmisi pada flu babi
8)
Mahasiswa
mengetahui pengobatan pada flu babi
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Pengertian flu babi
Flu
babi adalah penyakit pernapasan yang menjangkiti babi. Disebabkan oleh
influenza tipe A, wabah penyakit ini pada babi rutin terjadi dengan tingkat
kasus tingginamun jarang menjadi fatal. Penyakit ini cenderung mewabah di musim
semi dan musimdingin tetapi siklusnya adalah sepanjang tahun.
Flu
babi(Swine influenza) adalah kasus-kasus influensa yang disebabkan oleh virus
Orthomyxoviridae yang endemik pada populasi babi.Galur virus flu babi yang
telah diisolasi sampai saat ini telah digolongkan sebagai Influenza virus Catau
subtipe genus Influenza virus A. Babi dapat menampung virus flu yang berasal
dari manusia maupun burung, memungkinkan virus tersebut bertukar gen dan
menciptakan galur pandemik. Flu babi menginfeksi manusia tiap tahun dan
biasanya ditemukan pada orang-orang yang bersentuhan dengan babi, meskipun
ditemukan juga kasus-kasus penularan dari manusia ke manusia.
2.2
Faktor Agent
Faktor
utama penyebab penyakit flu babi (agent) adalah virusOrthomyxoviridae atau
virus influenza tipe A (H1N1). Penyakit initermasuk penyakit zoonosis, karena
selain dapat menginfeksi babi penyakit ini juga dapat menginfeksi manusia.
Virus ini eratkaitannya dengan penyebab swine influenza ,equine
influenzadanavian influenza (fowl plaque). Pergeseran antigenik tersebut sangat
berhubungan dengan sifat penularan secara pandemik dankeganasan penyakit. Hal
ini dapat terjadi seperti adanya geneticreassortment antara bangsa burung dan
manusia adalah tempat dimana penyakit tersebut dapat hidup dan berkembang biak.
Untuk flu babi sebagian besar reservoir-nyaadalah manusia dan babi. Karena flu
babi dapat berkembang dimanusia maupun babi.
2.3
Faktor Host
Faktor
host pada penyakit flu babi adalah manusia dalam hal ini contohnya peternak
babi serta orang-orang yang tinggal disekitar
peternakan dan sering kontak langsung dengan babi, penularan virus flu
babi bisa melalui manusia dengan manusia atau melalui hewan kemanusia. Faktor
antibodi juga berpengaruh dalam masuknya virus ketubuh karena kondisi tubuh
yang kurang sehat rentan terserang virus flu babi. Virus H1N1 dapat merusak
sistem pernafasan pada manusia. Penularan virus ini dari manusia ke manusia
terjadi karena terkenalangsung percikan bersin atau batuk dari penderita virus
ini atau secara tidak langsung terinfeksi melalui alat-alat yang tercemar.
2.4
Faktor Environtment
Pada
kondisi cuaca yang terlalu dingin maupun yang terlalu panas biasanyakondisi
tubuh menjadi lemah sehingga mudah terserang penyakit, selain itu virusH1N1 ini
akan cepat mati pada musim panas dan mungkin tidak akan sulit untuk menyebar.
Virus H1N1 biasanya dapat hidup pada musim dingin dan gugur. Sesuai dengan
sifat virus yang tidak tahan panas, maka pada saat musim dingin penyebarannya
jauh lebih cepat dibandingkan saat musim panas. Sedangkan suhu lingkungan
berpengaruh tidak langsung terhadap penyebaran virus H1N1 yaitumobilitas
seseorang. Selain itu orang yang berternak babi memiliki risiko terkena
penyakit flu babi. Flu babi ini juga biasanya terjadi di daerah empat musim.
Yang
sangat mempengaruhi penularan flu babi adalah perilaku tidak sehat masyarakat
contohnya perilaku peternak yang rentan terkena infeksi seperti tetap bekerja
meskipun kondisi tubuh kurang sehat, bersin secara sembarangan di tempat umum,
tidak mencuci tangan setelah memengang benda-benda ditempat umum, hal tersebut
dikarenakan virus flu babi sangat mudah menyebar melalui droplet yang berasal
dari tangan seorang yang terkena bersin kemudian memegang benda-benda ditempat
umum
2.5
Port of entry and exit
Perjalanan
alamiah penyakit Flu babi
Perjalanan
alamiah penyakit flu babi terjadi dengan beberapa fase yaitu fase suspectibel,
fase presimtomatis, dan fase klinis.
Fase
Suspectibel
Pada
fase ini penyakit belum terjadi, tetapi sudah muncul beberapafactor risiko yang
memudahkan timbulnya penyakit. Para orang-orangseperti peternak, pedagang yang
melakukan kontak langsung dengan babiyang berisiko terjangkitnya penyakit flu
babi, tetapi tidak semua babidapat menularkan virus tersebut. Virus ini mudah
sekali menyerangmanusia apalagi jika kondisi badan seseorang sedang tidak baik,
apalagididukung dengan kondisi cuaca yang kurang baik.
Fase
Presimtomatis
Pada
fase ini penyakit sudah terjadi tetapi secara klinis belum tampak, namun sudah
terjadi perubahan patologis. Pada fase ini merupakan masa inkubasi atau dimana
agent mulai melakukan perkembangan dalam tubuh (host ), namun belum menunjukan
gejalaanatomis dan fungsi kerja tubuh. Misalnya penderita telah menderita
virusH1N1 tetapi belum disadari oleh penderita atau belum mununjukan
gejalasalah satu cara mengetahuinya adalah dengan memeriksa ada tidaknya antibodi
karena ubuh akan selalu membentuk antibodi apabial ada benda asing yang masuk
ke dalam tubuh.
Fase
Klinis
Pada
fase ini sudah ada perubahan-perubahan anatomis dan fungsidari, sehingga sudah
memberikan gejala yang sudah mulai timbul. Gejalainfluensa ini mirip dengan
influensa. Gejalanya seperti demam, batuk,sakit pada kerongkongan, sakit pada
tubuh, kepala, panas dingin, danlemah lesu. Beberapa penderita juga melaporkan
buang air besar danmuntah-muntah. Dalam mendiagnosa penyakit ini tidak hanya
perlu melihat pada tanda atau gejala khusus, tetapi juga catatan terbaru mengenai
pasien. Selain itu diagnose bagi penetapan virus ini memerlukan adanya uji
makmal bagi contoh pernapasan agar hasil diagnosa menjadilebih akurat.
Fase
Ketidak Mampuan
Pada
fase ketidak mampuan orang menderita flu babi akan diisolasiagar virus tidak
mengalami penyabaran keluar, selain itu para petugas kesehatan juaga menggunakan
alat pelindung agar virus yang ada diruangan pasien tersebut tidak keluar. Pada
fase ini penderita hanya memiliki dua kemungkinan yaitu sembuh total atau
meninggal ini dikarenakan masa inkubasi virus flu babi yang sangat cepat.
2.6
Transmisi
Tindakan
promotif dan preventif yang dapat dilakukan yaitu memberikan penyuluhan.
1)
Mengenalkan
pada masyarakat karakteristik hewan khususnya unggas yang sakit dantindakan
yang perlu dilakukan terhadap hewan yang sakit dan mati.
2)
Sering
mencuci tangan dengan sabun atau disinfektan (termasuk pula deterjen danalkohol
70%) bila kontak dengan hewan yang sakit
3)
Bagi
para peternak, petugas kesehatan, dan peneliti harus menggunakan AlatPelindung
Diri (APD) seperti sarung tangan (double hand scoon), masker, kaca mata pelindung
seperti kaca mata renang (goggles), sepatu.
4)
Bagi
masyarakat yang memiliki unggas, penting untuk mengandangkan unggas untuk
mencegah penularan pada hewan lain dan memudahkan jika dilakukan
disinfeksimaupun vaksinasi
5)
Lebih
baik membeli ayam yang sudah dipotong dan telah dihasilkan oleh rumah potong
ayam yang telahdiawasi pemerintah.
6)
Bagi
para pengusaha dan pekerja peternakan penting untuk menerapkan biosecurityyang
ketat sehingga segala produk unggas dan hewan ternak aman dikonsumsi
7)
Memasak
daging maupun produknya (telur, hati) pada suhu dan waktu yang cukup.Untuk suhu
>80°C selama 1 menit, suhu 64°C selama 5 menit. Karena virus AI lebihmampu
bertahan lama pada temperatur rendah (17°C) dan pada suhu minus 50°C akanlebih
lama lagi.
8)
Masyarakat
diberikan informasi untuk mengenali gejala-gejala awal
BAB
III PEMBAHASAN
3.1
Pencegahan
Tahap-tahap
pencegahan pada penyakit Flu babi
Pencegahan
Primer
Pencegahan
primer merupakan segala usaha yang dilakukan supaya masyarakat tidak akan
terjangkit dari penyakit flu babi. Pencegahan primer dilakukan pada fase
suseptibel.
Pada
penyakit ini pencegahan primer bisa dilakukan dengan;
1)
Melakukan
penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu babi, pencegahannya, serta penanganan
penderita kepada peternak babi melalui promosi kesehatan masyarakat selain itu
orang yang sering kotak dengan ternak maupun tinggal disekitar daerah
peternakan babi juga perlumendapatkan penyuluhan.
2)
Mengajak
masyarakat untuk melakukna PHBS (Perilaku Hidup BersihDan Sehat), contohnya
dengan mencuci tangan setelah memegang benda- benda ditempat umum.
3)
Melakukan
penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar kepada pekerja peternakan.
4)
Menyediakan
tempat untuk mencuci tangan di tempat-tempat umum.
5)
Mengajak
masyarakat umum untuk memakai masker apabila mengalamigangguan pernafasan atau
demam dan segera menghubungi dokter.
6)
Penyemprotan
disinfektan pada setiap babi dan kandang babi agar risiko penyebaran virus
menjadi berkurang.
Pencegahan
Sekunder
Pada
pencegahan sekunder dilakukan diagnosa dini dan pengobatantepat. Pengobatan
atau tindakan yang tepat bisa mencegah terjadinyakomplikasi atau memperlambat
perjalanannya. Pencegahan sekunder dilakukan pada fase presimtomatis yakni
dengan jalan mengidentifikasi sedini mungkin terjadinya penyakit dengan jalan
melakukan deteksiterhadap perubahan patologis pada tubuh yang pada fase
tersebut sudah terjadi. Misalnya; jika seseorang sudah menderita penyakit flu
sebaiknya menggunakan masker jika melakukan bepergian. Melakukan pemeriksan
ditempat-tempat umum seperti bandara, pertokoan dan tempat-tempat umum lainnya.
Pencegahan
tersier
Pencegahan
tersier ialah semua usaha untuk membatasiketidakmampuan dan rehabilitasi. Pada
keadaan ini, penyakit sudah terjadidan bahkan meninggalkan cacat. Pada penyakit
flu babi pencegahansekunder dilakukan denga memberikan pengobatan secara tepat,
mengisolasi pederita penyakit flu babi, dan melakukan rehabilitasi kepada para
penderita penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat
agar mau menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh agar tidak
adatindakan pengucilan.
3.2
Pengobatan/penatalaksanaan
Petunjuk
penggunaan obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan (kemoprofilaksis)
terhadap infeksi flu babi.
Pasien
yang mendapatkan obat antiviral (antivirus) antara lain :
1)
pasien
didiagnosis pasti terinfeksi flu babi
2)
pasien
kemungkinan terinfeksi flu babi
3)
pasien
diduga (suspek) terinfeksi flu babi
4)
orang
yang kontak langsung dengan pasien
Obat
anriviral untuk flu babi
Ada
4 macam obat yang dapat digunakan untuk mengobati virus infuensa tipe A
(termasuk didalamnya virus flu babi dan flu burung) yaitu amatandine dan
rimantadine keduanya termasuk golongan adamantane serta zanamivir dan
oseltamivir keduanya termasuk golongan neuramidase. Virus flu babi telah
resisten tehadap amantadine dan rimantadine dan masih sensitif tehadap
zanamivir dan oseltamivir sehingga kedua obat yang disebut terakhir
direkomendasikan.
Zanamivir
dikenal dengan merek dagang Relenza ®, dipakai untuk pengobatan influensa tipe
A dan B pada penderita usia 7 tahun ke atas dan sebagai profilaksis influensa
tipe A dan B pada penderita usia 5 tahun ke atas.
Oseltamivir
dikenal dengan merek dagang Tamiflu ®, dipakai untuk pencegahan dan pengobatan
influensa tipe A dan B pada penderita usia 1 tahun ke atas.
Proses
pengobatan
Langkah
pertama adalah mendiagnosis pasien terlebih dahulu dengan mengambil spesimen
lendir dari saluran nafas dan memeriksannya dengan alat RT-PCR atau kultur
virus. Alat pendeteksi cepat seperti rapid antigen test dan immunofluresence test
tidak dapat dipakai sebagai alat untuk mendiagnosis pasti karena hanya dapat
mendeteksi adanya influensa tipe A dan tidak dapat membedakan antara influensa
tipe A manusia dengan influensa tipe A babi.
Setelah
diketahui status penderita, maka obat antiviral (oseltamivir atau zanamivir)
harus diberikan secepatnya setelah adanya gejala yang khas dari flu babi.
Pemberian obat antiviral dibawah 48 jam dapat menurunkan angka kematian dan
perawatan di rumah sakit bila dibandingkan pemberian diatas 48 jam. Lamanya
pengobatan yang diberikan adalah selama 5 hari. Pemberian obat antiviral
tersebut harus melalui resep dokter yang berpengalaman untuk mencegah
resistensi obat. Berikut ini tabel
pemberian obat antiviral :
Tabel
1. Penggunaan Obat Antiviral untuk Pengobatan dan Pencegahan Flu Babi
Obat/Kelompok
Umur
|
Pengobatan
|
Pencegahan
|
Oseltamivir
|
|
|
Dewasa
|
2 kali 75 mg kapsul selama 5 hari
|
1 kali 75 mg kapsul
|
Anak-anak (umur 12 bulan ke atas)
berdasarkan berat badan
|
|
|
≤ 15 Kg
|
60 mg kapsul sehari dibagi dua
dosis selama 5 hari
|
1 kali 30 mg kapsul sehari
|
15 – 33 Kg
|
90 mg kapsul sehari dibagi dua
dosis selama 5 hari
|
1 kali 45 mg kapsul sehari
|
24 – 40 Kg
|
120 mg kapsul sehari dibagi dua
dosis selama 5 hari
|
1 kali 60 mg kapsul sehari
|
> 40 Kg
|
150 mg kapsul sehari dibagi dua
dosis selama 5 hari
|
1 kali 75 mg kapsul sehari
|
Zanamivir
|
|
|
Dewasa
|
2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi,
2 kali sehari
|
2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi,
1 kali sehari
|
Anak-anak (umur 7 tahun ke atas)
|
2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi,
2 kali sehari (umur 7 tahun ke atas)
|
2 kali 5 mg (10 mg) per inhalasi,
1 kali sehari (umur 5 tahun ke atas)
|
Penggunaan
obat antiviral bisa saja berubah
tergantung dari efektivitas obat antiviral, gejala klinis, efek samping
obat dan suseptibilitas obat tersebut.
Kemoprofilaksis
(pencegahan) dengan obat antiviral
Kemoprofilaksis
diberikan pada orang-orang yang dianggap kontak langsung dengan penderita
selama periode infeksi (1 sampai 7 hari setelah kontak). Jika kontak telah
lebih dari 7 hari, maka kemoprofilaksis tidak dibutuhkan. Lamanya
kemoprofilaksis yang diberikan adalah 10 hari mulai dari terpapar sampai
penderita tersebut didiagnosis flu babi.
Pengobatan
dan pencegahan untuk anak usia dibawah 12 bulan
Anak-anak
dibawah 12 bulan termasuk dalam kelompok berisiko tinggi terkena flu babi. Data
keamanan pemakaian obat antiviral pada anak-anak dibawah umur 12 bulan sangat
terbatas dan Oseltamivir tidak disarankan pada anak-anak dibawah 1 tahun. Tapi
berdasarkan data penggunaan oseltamivir pada flu musiman menunjukkan jarang
sekali terjadi efek samping yang parah. Oleh karena itu dengan alasan gawat
darurat maka penggunaan oseltamivir pada anak-anak dibawah 1 tahun masih dapat
dimungkinkan (menurut FDA). Berikut ini tabel penggunaan obat antiviral pada
anak-anak dibawah 12 bulan :
Tabel
2. Penggunaan Obat Antiviral untuk Pengobatan dan Pencegahan pada Anak-anak
dibawah 12 bulan
Umur
|
Pengobatan
selama 5 hari dengan Oseltamivir
|
Pencegahan
|
< 3 bulan
|
2 kali 12 mg sehari
|
Tidak direkomendasikan kecuali
keadaan yang kritis oleh karena terbatasnya data
|
3 – 5 bulan
|
2 kali 20 mg sehari
|
1 kali 20 mg sehari
|
6 – 11 bulan
|
2 kali 25 mg sehari
|
1 kali 25 mg sehari
|
Pemantauan
yang ketat harus dilakukan dalam penggunaan obat antiviral tersebut mengingat
data tentang keamanan dan dosis obat terbatas
Penggunaan
obat antiviral pada wanita hamil
Oseltamivir
dan Zanamivir termasuk obat kategori C yaitu efek pada wanita hamil dan janin
yang dikandungnya tidak diketahui. Oseltamivir dan Zanamivir hanya digunakan
bila diketahui ada efek yang menguntungkan pada janin yang dikandungnya. Belum
ada efek samping yang dilaporkan pada wanita hamil yang mendapat menggunakan
zanamivir dan oseltamivir. Oseltamivir dapat digunakan untuk pengobatan flu babi
pada wanita hamil. Zanamivir digunakan untuk profilaksis pada wanita hamil oleh
karena masuk ke dalam tubuh secara inhalasi sehingga absorpsi sistemik terbatas
dan lebih aman
BAB
IV PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari
uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa penyakit flu babimemiliki tiga
faktor penyebabnya diantaranya factor Host yaitu manusia,faktor Agent yaitu virus H1N1, dan faktor lingkungan
yaitu keadaan cuaca,iklim serta geografis di suatu daerah. Dan terjadi tiga
fase dalam perjalananalamiah Flu Babi yaitu; fase suseptibel, fase
presimtomatis, fase klinis. sertauntuk mencegah penyakit flu babi ini perlu
dilakuna tiga tahap pencegahanyaitu:
1)
Pencegahan
primer, misalnya; dengan melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu babi
kepada orang-orang yang berisiko terjangkit flu babi
2)
Pencegahan
sekunder, misalnya; melakukan pemeriksaan ditempat-tempatumum seperti bandara,
dan tempat-tempat umum lainya.
3)
Pencegahan
tersier, misalnya; pemberian obat yang tepat pada penderitadan melakukan
rehabilitas
4.2
Saran
Saat
ini kasus flu babi di Indonesia tergolong rendah, untuk mencegah terjangkit
penyakit flu babi ini, oleh karena itu sebaiknya kita membudayakan pola hidup
PHBS (Prilaku Hidup Bersih Dan Sehat). Kemudian diwajibkan pada semua orang
yang demam serta sedang mengalami gangguan pernafasan agar memakai masker agar
penyebaran Flu Babi melalui droplet dapat dicegah. Selain itu perlu adanya alat
penditeksi panas tubuh ditempat-tempat seperti bandara serta tempat yang
kemungkinan penularan flu babi dari luar negeri sangat tinggi. Ini dimaksudkan
guna mencegah datangnya wisatawan asing yang membawa virus flu babi ke
Indonesia
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Departemen
Kesehatan R.I. 2006. Jakarta
2.
Doenges,
Moorhouse & Geissler. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman &
Pendokumentasian Perawatan Pasien.
3.
F.A.
Davis Philadelphia, Pennsylvania. USA Abi, Nursing. 2009. Peran Perawat
Komunitas dalam Praktek Asuhan Keperawatan, Diakses pada tanggal 25 maret 2013
dari http://abimuhlisin.blogspot.com/
4.
http://www.komnasfbpi.go.id/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar