SEKILAS
TENTANG PERSEPSI
1.
Pengertian Persepsi
Persepsi
adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkannya. Persepsi adalah
memberikan makna kepada stimulus (Notoatmodjo, 2010 : 92).
Persepsi
merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan,
yaitu proses diterimanya stimulus oleh alat indra, kemudian individu ada
perhatian, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari
tentang sesuatu yang dinamakan persepsi. Dengan persepsi individu menyadari,
dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang
hal yang ada dalam diri individu yang bersangkutan (Sunaryo, 2004 : 93).
Menurut
Bimo Walgito yang dikutip oleh Alex Sobur (2011), persepsi adalah proses
pengorganisasian, penginterpretasian, terhadap rangsang yang diterima oleh
organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang berarti dan merupakan
aktivitas yang integrated dalam diri individu.
2.
Macam – macam Persepsi
Ada
2 macam persepsi :
1)
Eksternal
perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang
dari luar diri individu.
2)
Self-perception,
yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari diri
sendiri. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah individu itu sendiri (Sunaryo,
2004 : 94).
3.
Proses Persepsi
Dalam
proses persepsi ada 3 komponen, yaitu :
a).
Seleksi
Adalah
proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan
jenisnya dapat banyak atau sedikit.
b).
Interpretasi
Yaitu
proses pengorganisasian informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang,
interpretasinya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu,
motivasi, kepribadian dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada
kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya,
yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.
c).
Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku
sebagai reaksi (Sobur, 2011 : 447).
1.
Tahap-tahap dalam proses persepsi :
a).
Terjadinya stimulasi alat indra (Sensory Stimulation)
Alat
indra dirangsang. Contohnya melihat orang yang lama tidak jumpa. Meskipun
memiliki kemampuan untuk merasakan
stimulus (rangsangan), kita tidak selalu menggunakannya.
b).
Stimulasi oleh alat indra diatur
Rangsangan
dari alat indra diatur menurut bagian prinsip. Salah satu prinsip yang
digunakan adalah prinsip kemiripan, yaitu orang atau pesan yang secara fisik
mirip satu sama lain, dipersepsikan bersama-sama, atau sebagai satu kesatuan
(unity). Prinsip lain adalah kelengkapan (closure) yaitu kita memandang atau
memersepsikan suatu gambar atau pesan dalam kenyataan tidak lengkap sebagai
gambar atau pesan yang lengkap. Kemiripan atau kelengkapan hanyalah dua
diantara banyak prinsip pengaturan yang akan kita singgung. Dalam membayangkan
prinsip-prinsip ini, hendaknya kita ingat apa yang kita persepsikan, juga kita
tata ke dalam pola yang bermakna bagi kita. Pola tentu benar atau logis dari segi
objektif tertentu.
c).
Stimulasi alat indra ditafsirkan – dievaluasi
Merupakan
proses subjektif yang melibatkan evaluasi dipihak penerima. Penafsiran-evaluasi
kita tidak semata-mata didasarkan pada rangsangan luar, melainkan juga sangat
dipengaruhi oleh pengalaman masa lalu, kebutuhan, keinginan, keyakinan tentang
yang seharusnya, keadaan fisik dan emosi pada saat itu, dan sebagainya pada
diri kita (Sobur, 2011: 449-451).
2.
Menurut Pareek yang dikutip oleh Alex Sobur (2011), proses persepsi terdiri dari
:
a).
Proses menerima
Merupakan
proses pertama dalam persepsi yaitu untuk menerima rangsang atau data dari
berbagai sumber. Kebanyakan data diterima melalui panca indra, sehingga proses
ini sering disebut dengan pengindraan atau sensasi.
b).
Proses menyeleksi rangsang
Yaitu
merupakan proses seleksi atau sebuah mekanisme dari sebuah persepsi.
c).
Proses pengorganisasian
Data
atau rangsang yang diterima selanjutnya diorganisasikan dalam suatu bentuk.
Pengorganisasian sebagai proses seleksi atau screening berarti beberapa
informasi akan diproses dan yang lain tidak. Dengan kata lain berarti bahwa
informasi yang diproses akan digolongkan dan dikategorikan dengan beberapa
cara. Hal ini akan memberikan arah untuk mengartikan stimulus. Kategorikan
tersebut mungkin terjadi secara terperinci, yang terpenting adalah
mengkategorikan informasi yang kompleks kedalam bentuk yang sederhana.
d).
Proses penafsiran
Setelah
rangsangan atau data diterima dan diatur, kemudian penerima menafsirkan data
itu dengan berbagai cara. Dikatakan bahwa telah terjadi persepsi setelah data
itu ditafsirkan. Dengan kata lain persepsi memberikan arti pada berbagai data
dan informasi yang diterima.
e).
Proses pengecekan
Setelah
data diterima dan ditafsirkan, penerima mengambil beberapa tindakan untuk
mengecek apakan penafsiran benar atau salah. Pengecekan dapat dilakukan untuk
menegaskan apakah penafsiran atau persepsi dibenarkan oleh data baru.
f).
Proses reaksi
Proses
akhir dari persepsi yaitu bertindak sehubungan dengan apa yang telah diserap.
Tindakan ini bisa tersembunyi dan bisa terbuka. Tindakan tersembunyi berupa
pembentukan pendapat atau sikap, sedangkan tindakan terbuka berupa tindakan
nyata sehubungan dengan persepsi (Sobur, 2011 :451-464)
4.
Proses menyeleksi rangsangan
Ada
banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus masuk dalam rentang perhatian
kita. Faktor penyebab ini dapat kita bagi menjadi dua bagian besar yaitu faktor
eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada
objeknya, sedangkan faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang
mempersepsikan stimulus tersebut.
1).
Faktor internal
a).
Kebutuhan psikologis
Kebutuhan
psikologis seseorang mempengaruhi persepsinya.
b).
Latar belakang
Latar
belakang mempengaruhi hal-hal yang dipilih dalam persepsinya.
c).
Pengalaman
Pengalaman
mempersiapkan seseorang untuk mencari orang-orang, hal-hal, dan gejala yang
mungkin serupa dengan pengalaman pribadinya.
d).
Kepribadian
Kepribadian
mempengaruhi persepsi, seseorang yang intovert mungkin akan tertarik kepada
orang-orang yang sama sekali berbeda.
e).
Sikap dan kepercayaan umum
Sikap
dan kepercayaan umum juga mempengaruhi persepsi.
f).
Penerimaan diri
Penerimaan
diri merupakan sifat penting yang mempengaruhi persepsi. Beberapa telah menunjukkan
bahwa mereka yang lebih ikhlas menerima kenyataan diri akan lebih tepat
menyerap sesuatu daripada mereka yang kurang ikhlas menerima realitas dirinya.
2).
Faktor eksternal
Beberapa
faktor yang dianggap penting pengaruhnya terhadap seleksi rangsangan ialah:
a).
Intesitas
Pada
umumnya rangsangan yang lebih intensif mendapatkan lebih banyak tanggapan
daripada rangsangan yang kurang intens.
b).
Ukuran
Pada
umumnya benda-benda yang lebih besar lebih menarik perhatiannya.
c).
Kontras
Hal
lain yang biasa kita lihat akan cepat menarik perhatian.
d).
Gerakan
Hal-hal
yang bergerak lebih menarik perhatian dari pada hal-hal yang diam.
e).
Ulangan
Hal-hal
yang berulang dapat menarik perhatian. Ulangan mempunyai nilai yang menarik
perhatian selama digunakan dengan hati-hati.
f).
Keakraban
Hal-hal
yang akrab atau dikenal lebih menarik perhatian. Hal ini terutama jika hal
tertentu tidak diharapkan dalam rangka tertentu.
g).
Sesuatu yang baru bertentangan dengan faktor keakraban, akan tetapi hal-hal
baru juga menarik perhatian. Jika orang sudah biasa dengan kerangka yang sudah
dikenal, sesuatu yang baru menarik perhatian (Sobur, 2011 : 452-455)
5.
Ada 4 faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu :
a).
Faktor Fungsional
Faktor
fungsional dihasilkan dari kebutuhan, suasana hati, pelayanan, pengalaman masa
lalu seorang individu.
b).
Faktor Struktural
Yaitu
faktor yang timbul atau dihasilkan dari bentuk stimulasi dan efek netral yang
ditimbulkan dari sistem saraf individu.
c).
Faktor Situasional
Faktor
ini banyak berkaitan dengan bahasa nonverbal. Petunjuk proksemik, petunjuk
kinesik, petunjuk wajah, dan petunjuk paralinguistik adalah beberapa faktor
yang mempengaruhi persepsi.
d).
Faktor personal
Terdiri
atas pengalaman, motivasi, kepribadian (Sobur, 2011 : 460-462)
6.
Syarat individu dapat mengadakan Persepsi
Melalui
persepsi individu menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang
ada disekitarnya serta tentang hal – hal yang ada dalam diri individu yang
bersangkutan (self-perception). Alat penghubungnya adalah indra.
Persepsi
dimulai dari pengindraan, yaitu dengan diterimannya stimulus oleh reseptor,
diteruskan ke otak yang diorganisasikan dan diinterfensikan sebagai proses
psikologis dan akhirnya individu menyadari tentang apa yang dilihat dan
didengar.
Syarat
terjadinya persepsi yaitu :
1)
Adanya
objek : objek stimulus alat indra (reseptor)
2)
Adanya
perhatian sebagai langkah pertama untuk mengadakan persepsi
3)
Adannya
alat indra sebagai reseptor penerima stimulus
4)
Syaraf
sensori sebagai alat untuk meneruskan stimulus ke otak (pusat saraf atau pusat
kesadaran). Dari otak dibawa melalui saraf motorik sebagai alat untuk
mengadakan respons (Sunaryo, 2004 : 97 – 98).
7.
Proses terjadinya Persepsi
Proses
terjadinya persepsi melalui 3 tahapan, yaitu :
1)
Proses
fisik (kealaman), objek à stimulus à reseptor
2)
Proses
fisiologis, stimulus à saraf sensori à otak
3)
Proses
psikologis, proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulasi yang
diterima
Jadi
syarat untuk mengadakan persepsi perlu ada proses fisik, fisiologis, dan
psikologis. Secara bagan dapat digambarkan sebagai berikut
8.
Gangguan Persepsi
Disperception
(gangguan persepsi) adalah kesalahan atau gangguan dalam persepsi. Menurut
Maramis yang dikutip oleh Sunaryo (2004) terdapat 7 macam gangguan persepsi,
antara lain :
a).
Ilusi
Ilusi
adalah interpretasi yang salah atau menyimpang tentang penyerapan (persepsi)
yang sebenarnya sungguh – sungguh terjadi karena adanya rangsang pada reseptor.
Secara singkat ilusi persepsi atau pengamatan yang menyimpang.
b).
Halusinasi atau maya
Yaitu
penyerapan (persepsi) tanpa adanya rangsang apapun pada reseptor (alat indra)
seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun sadarnya mungkin
organik, fungsional, psikotik ataupun histerik. Secara garis besar halusinasi
diartikan sebagai persepsi atau pengamatan palsu.
c).
Depersonalisasi
Dipersonalisasi
ialah persaan yang aneh tentang dirinya atau perasaan bahwa pribadinya sudah
tdak seperti biasa lagi, tidak menurut kenyataan atau kondisi patologis yang
seseorang merasa bahwa dirinya atau tubunya sebagai tdak nyata.
d).
Derealisasi
Ialah
perasaan aneh tentang lingkungan di sekitar dan tidak menurut kenyataan
sebenarnya.
e).
Gangguan somatosensorik pada reaksi konversi
Secara
harfiah soma adalah tubuh, dan sensori adalah mekanisme neurologis yang
terlibat dalam proses pengindraan dan perasaan. Jadi, somatosensorik adalah
suatu keadaan menyangkut tubuh yang secara simbolik menggambarkan adanya suatu
konflik emosional.
f).
Gangguan psikofisiologik
Yaitu
gangguan pada tubuh yang disarafi oleh susunan saraf yang berhubungan dengan
kehidupan (nervus vegetatif) dan di sebabkan oleh gangguan emosi.
g).
Agnosia
Agnosia
adalah ketidakmampuan untuk mengenal dan mengartikan persepsi, baik sebagian
maupun total sebagai akibat kerusakan otak (Sunaryo, 2004 : 94 – 97).
9.
Ciri – ciri Persepsi
1)
Proses
pengorganisasian berbagai pengalaman
2)
Proses
menghubung – hubungkan antara pengalaman masa lalu dengan saat ini
3)
Proses
pemilihan informasi
4)
Proses
teoritis dan rasional
5)
Proses
penafsiran atau pemaknaan pesan verbal dan nonverbal
6)
Proses
interaksi dan komunikasi berbagai pengalaman internal dan eksternal
7)
Melakukan
penyimpulan dan keputusan – keputusan, pengertian dan yang membentuk persepsi
individu.
10.
Pengukuran Persepsi
Skala
Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian (Sugiyono, 2009)
Menurut
Azwar (2010), pengukuran persepsi dapat dilakukan dengan menggunakan Skala
Likert, dengan kategori sebagai berikut:
a).
Pernyataan Positif/ Pernyataan Negatif
1)
Sangat
Setuju: SS
2)
Setuju:
S
3)
Ragu-ragu:
R
4)
Tidak
Setuju:TS
5)
Sangat
Tidak Setuju:STS
b).
Kriteria pengukuran persepsi yakni :
1)
Persepsi
positif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner ≥ T mean.
2)
Persepsi
negatif jika nilai T skor yang diperoleh responden dari kuesioner < T mean.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Azwar,
Saifuddin, 2010, Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta : 155-157
2.
BKKBN,
2011, Pasutri Jarang Pake Kontrasepsi BKKBN Turunkan 35 Ribu Bidan,
http://ekbis.rmol.co/read/2011/10/02/41128/Pasutri-Jarang-Pake-Kontrasepsi-BKKBN-Turunkan-35-Ribu-Bidan,
diakses tanggal 14 Januari 2013
3.
Depkes,
2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.depkes.go.id/downloads/
Profil_Data_Kesehatan_Indonesia_Tahun_2011.pdf,
diakses tanggal 13 Januari 2013
4.
Depkes,
2011, Pedoman Penanggulangan Anemia Gizi Untuk Remaja Putri Dan Wanita Usia
Subur, gizi.depkes.go.id/anemia/Pedoman%20Anemia% 20Gizi.doc, diakses tanggal
18 Januari 2013
5.
Dinkes
Jatim, 2011, Situasi Upaya Kesehatan, http://dinkes.Jatimprov
.go.id/userfile/dokumen/1321926974_Profil_Kesehatan_Provinsi_Jawa_Timur_2011.pdf,
diakses tanggal 13 Januari 2013.
6.
Dinkes
Jombang, 2011, Situasi Derajat Kesehatan, http://www.jombangkab.
go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2011%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
7.
Dinkes
Jombang, 2010, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.jombangkab. go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2010%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
8.
Dinkes
Jombang, 2009, Situasi Upaya Kesehatan, http://www.jombangkab.
go.id/egov/SatKerDa/page/1.2.6.2/2009%20Profil%20Kesehatan%20Bab%20IV.pdf,
diakses tanggal 12 Januari 2013
9.
Hartanto,
Hanafi, 2004, Keluarga Berencana dan Kontrasepsi, Pustaka Sinar Harapan,
Jakarta : 26-27
10. Hidayat, Azis Alimul,
2009, Metode Penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis Data, Salemba Medika,
Jakarta : 60-79
11. Humas BKKBN Jatim,
2012, BKKBN Ajak Ulama Dukung Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Ber-KB,
http://www.bkkbnjatim.com /berita.php?p=berita_detail&id=705, diakses
tanggal 14 Januari 2013
12. Humas BKKBN Jatim,
2012, Upayakan Optimalisasi Pelayanan KB, Gelar Temu Koordinasi bersama IBI dan
Dinkes, http://www.bkkbnjatim.com /berita.php?p=berita_detail&id=470,
diakses tanggal 13 Januari 2013
13. Mansjoer, Arif, 2009,
Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculaplus, Jakarta : 350-355
14. Manuaba, Ida Bagus,
2005, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk
Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta : 441-444
15. Mochtar, Rustam,
2002, Sinopsis Obstetri, EGC, Jakarta : 268-276
16. Nazir, Moh, 2009,
Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Bogor : 84-85
17. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta : 92
18. Notoatmodjo,
Soekidjo, 2010, Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta : 35-36
19. Nursalam, 2011,
Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Salemba Medika,
Jakarta : 109-111
20. Saryono, 2011,
Metodelogi Penelitian Kesehatan, Mitra Cendekia, Yogyakarta : 66-70
21. Setyaarum, Dyah
Noviawati, 2009, Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini, Muha Medika, Yogyakarta
: 96-115
22. Simbolon, Desnal,
2010, Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi
Pil Pada Akseptor KB Di Desa Pandiangan Kecamatan Laeparira Kabupaten Dairi,
http://repository.usu .ac.id/bitstream/123456789/20492/7/09E02377.pdf, diakses
tanggal 23 Februari 2013
23. Sobur, Alex, 2011, Psikologi Umum, CV Pustaka Setia,
Bandung : 446 – 497
24. Suparyanto, 2011,
Wanita Usia Subur (WUS), http://dr.suparyanto.
blogspot.com/2011/10/wanita-usia-subur-wus.html, diakses tanggal 20 Januari
2013
25. Sugiyono, 2009,
Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Alfabeta, Bandung : 147
26. Sunaryo, 2004,
Psikologi Untuk Keperawatan, EGC, Jakarta : 93-98
27. Syaifuddin, Abdul
Bari, 2006, Buku Pelayanan Praktis Kontrasepsi, Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo, Jakarta : MK-29
28. Varney, Helen, 2008,
Buku Ajar Asuhan Kebidanan, EGC, Jakarta :462-465
29. Wiknjosastro, Hanifa,
2005, Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta : 534
Tidak ada komentar:
Posting Komentar