KONSEP
PERILAKU DAN CARA PENGUKURAN
1.
Pengertian
Perilaku
Perilaku
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu
sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Atau dapat disimpulkan bahwa
perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati
langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak lain (Notoatmodjo. 2007).
Robet Kwik
seperti dikutip Sunaryo (2004), perilaku adalah tindakan atau perilaku suatu
organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari.
Desminiarti
seperti dikutip Sunaryo (2004), perilaku adalah proses interaksi individu dalam
tindakan atau perilaku suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan
dipelajari.
2.
Macam
perilaku
a.
Perilaku
tertutup
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap
stimulasi ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran,
dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum
dapat di amati secara jelas oleh orang lain.
b.
Perilaku
terbuka
Respon
seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon
terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik (practice),
yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat oleh orang lain. (Notoatmodjo,
2007)
3.
Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Perilaku
Faktor-faktor
yang mempengaruhi perilaku manusia menurut Lawrence Green terdapat tiga faktor
utama, yaitu:
a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors)
Faktor-faktor ini
mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan
kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem
nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, dan pemberian Informasi (Notoatmodjo, 2007).
a)
Pendidikan
Pendidikan adalah suatu proses belajar yang
berarti dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan, atau
kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu,
keluarga atau masyarakat (Notoatmodjo, 2011).
Keyakinan
seseorang didapat dari adanya variabel intelektual yang terdiri dari
pengetahuan, latar belakang pendidikan dan pengalaman masa lalu. Kemampuan
kognitif akan membentuk cara berfikir seseorang termasuk kemampuan untuk
memahami faktor-faktor yang berhubungan dan menggunakan pengetahuan tersebut
untuk menyelesaikan masalahnya (Suprajitno, 2004).
b)
Sosial ekonomi
Tingkat sosial Ekonomi adalah kedudukan atau
posisi seseorang dalam masyarakat, tingkat sosial ekonomi adalah gambaran
tentang keadaan seseorang atau suatu masyarakat yang ditinjau dari segi sosial
ekonomi. Tingkat sosial ekonomi meliputi pendidikan, pendapatan, dan pekerjaan
yang merupakan penyebab secara tidak langsung dari masalah kesehatan (Adi,
2004).
Faktor
sosial dan psikososial dapat meningkatkan resiko terjdinya penyakit dan
mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan bereaksi terhadap penyakitnya.
Hal ini mempengaruhi keyakinan kesehatan dan cara pelaksanaannya. Semakin
tinggi tingkat ekonomi seseorang, biasanya ia akan lebih cepat tanggap terhadap
gejala penyakit yang dirasakan (Suprajitno, 2004).
Pekerjaan
menurut Thomas yang dikutip oleh Nursalam (2008), adalah kebutuhan yang harus
dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga.
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi merupakan cara mencari nafkah,
berulang dan banyak tantangan. Pekerjaan seseorang dapat mencerminkan
pendapatan, status sosial, pendidikan serta masalah kesehatan. Pekerjaan dapat
mengukur status sosial ekonomi serta masalah kesehatan dan kondisi tempat
seseorang bekerja (Timmreck, 2005).
c)
Pemberian Informasi
Informasi adalah data
yang sudah diolah menjadi sebuah bentuk yang berarti bagi pengguna, yang
bermanfaat dalam pengmbilan keputusan saat ini atau mendukung sumber informasi
(Kusrini, 2007).
Dengan memberikan
informasi, penyuluhan dan sebagainya akan meningkatkan pengetahuan masyarakat
tentang hal tersebut. Dalam pemberian surat kabar maupun radio
atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan
secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya
berpengaruh terhadap sikap konsumennya (Wawan, 2010).
b. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors)
Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau
fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya :
air bersih, ketersediaan makanan yang bergizi, dan sebagainya. Termasuk
juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti : puskesmas, rumah sakit, poliklinik,
posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dan
sebagainya (Notoatmodjo, 2007).
c. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)
Faktor-faktor ini meliputi faktor
sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
perilaku para petugas termasuk petugas kesehatan (Notoatmodjo, 2007).
4. Bentuk perubahan perilaku
Perubahan perilaku adalah suatu proses yang lama, karena memerlukan
pemikiran-pemikiran dan pertimbangan orang lain.
a. Perubahan alamiah (Neonatal chage) :
Perilaku manusia selalu berubah sebagian perubahan itu disebabkan karena
kejadian alamiah. Apabila dalam masyarakat sekitar terjadi suatu perubahan
lingkungan fisik atau sosial, budaya dan ekonomi maka anggota masyarakat
didalamnya yang akan mengalami perubahan.
b. Perubahan
Rencana (Plane Change) :
Perubahan perilaku
ini terjadi karena memang direncanakan sendiri oleh subjek.
c. Kesediaan Untuk
Berubah (Readiness to Change) :
Apabila terjadi sesuatu inovasi atau program
pembangunan di dalam masyarakat, maka yang sering terjadi adalah sebagian orang
sangat cepat untuk menerima inovasi atau perubahan tersebut dan sebagian lagi
sangat lambat untuk menerima perubahan tersebut. Hal ini disebabkan setiap
orang mempunyai kesediaan untuk berubah yang berbeda-beda (Notoatmodjo, 2007).
Sedangkan
menurut Rogers dikutip (Notoatmodjo, 2007) bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan :
a.
Kesadaran
(Awarness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus atau objek terlebih dahulu.
b.
Tertarik
(Interest), yakni orang mulai tertarik pada stimulus.
c.
Penilaian
(Evaluation) atau menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Mencoba (Trial), orang telah mulai mencoba perilaku baru.
e. Mengadopsi (Adoption) subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
5.
Tahapan perilaku
a. Persepsi (perseption)
Mengenal dan
memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang di ambil adalah
merupakan praktik tingkatan pertama.
b.
Respon
Terpimpin (guided response)
Dapat
melakukan sesuatu dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah
merupakan indikator praktik tingkat
kedua.
c.
Mekanisme
(mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan,
maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga.
d.
Adopsi
(adoption)
Adopsi adalah suatu praktik atau tindakan
yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi
tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.
6.
Teori
perilaku
Perilaku
manusia itu tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan lingkungan
dimana individu itu berada. Perilaku seseorang itu didorong oleh motif tertentu
sehingga manusia itu berperilaku. Dalam hal ini ada beberapa teori diantaranya:
a.
Teori
insting
Menurut McDougall perilaku itu disebabkan
karena insting merupakan perilaku innate,
perilaku bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman.
b.
Teori
dorongan
Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan
kebutuhan-kebutuhan organisme yang mendorong organisme berperilaku.
c.
Teori
insentif
Dengan intensif
akan mendorong organisme berbuat atau berperilaku. Intensif atau juga disebut
sebagai reinforcement ada yang positif ada yang negatif.
d.
Teori
atribusi
Teori ini akan menjelaskan tentang
sebab-sebab perilaku. Pada dasarnya perilaku manusia itu dapat atribusi
interna, tetapi juga dapat atribusi eksterna.
e.
Teori
kognitif
Dengan kemampuan memilih ini berarti faktor
berpikir berperan dalam menentukan pemilihannya. Dengan kemampuan berfikir
seseorang akan dapat melihat apa yang telah terjadi sebagai bahan pertimbangan
disamping melihat apa yang dihadapi pada waktu sekarang dan juga melihat
kedepan apa yang akan terjadi dalam seseorang bertindak (Walgito, 2007).
7. Strategi Perubahan Perilaku
a. Menggunakan kekuatan atau kekuasaan
Perubahan
perilaku dipaksakan kepada sasaran atau masyarakat sehingga ia melakukan
seperti yang diharapkan, contoh ini dapat dilakukan pada penerapan
undang-undang.
b.
Diskusi
Partisipasi
Diskusi partisipasi adalah salah satu cara
yang terbaik dalam rangka memberikan informasi dan pesan-pesan kesehatan
(Notoatmodjo, 2007).
8. Pengukuran
perilaku
Pengukuran perilaku berisi
pernyataan-pernyataan terpilih yang sesuai dengan perilaku pencegahan dan telah
diuji reabilitas serta validitasnya maka dapat digunakan untuk mengungkapkan
perilaku responden. Kriteria pengukuran perilaku yakni :
a). Perilaku Baik jika nilai ≥ 7
b). Perilaku Kurang baik jika
nilai ≤ 6
Subyek
memberi respon dengan skala gutman jawaban ya diberi skor 1 dan jawaban tidak diberi
skor 0 (Hidayat, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Adi,
R. 2004. Metodologi Penelitian Sosial dan
Hukum. Edisi 1. Jakarta: Granit
2. Alimul, Hidayat. 2009. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa
Data. Jakarta: Rineka Cipta.
3. . 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta. Salemba Medika.
4. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.
Jakarta : Rineka Cipta.
5.
Azwar,
Saifudin. 2011. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta
Pustaka Pelajar.
6.
Widodo,
Darmowandoyo, 2002. Buku Ajar Ilmu
Kesehatan Anak Infeksi dan Penyakit Tropis. Edisi Pertama. Jakarta : Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FKUI:367-375
7.
Depkes
RI. 2010. Angka Kejadian tifus di Indonesia.
http://www.library.upnvj.ac.id/pdf. Diakses 23/01/2013.
8.
Dinkes
Jombang. 2012. Jumlah kejadian tifoid di Jombang. Dinkes Jombang.
9.
Dorotyh
E. Johnson, 2006. Nursing Theorists and Their Work. St. Louis, Missouri.
USA. Westline Industrial Drive.
10.
Effendy.
2004. Dasar-dasar Kepewatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta. EGC.
11.
Faisal.
2004. Macam-macam penyakit menular dan pencegahannya. Jakarta:Pustaka
Populer Obor.
12.
Hadisaputro.
Masalah Demam tifoid. http://digilib.unimus.ac.id.
Diakses 23/01/2013.
13.
Hidayati.
2010. Faktor penyebab penyakit tifoid. http://ejournal.uin-malang.ac.id.
Diakses 12/02/2013.
14.
Kusrini,
Koniyo Andri. Tuntutan Praktis Membangun
Sistem Informasi Akutansi dengan Visual basic dan Mocrosoft SQL Server. Yogyakarta.
C.V ANDI OFFSET
15.
Mansjoer.
2007. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: FKUI.
16.
Ngastiyah.
2005. Perawatan Anak Sakit. Jakarta. EGC.
17.
Notoatmodjo,
2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.
18. . 2007. Kesehatan Masyarakat,
Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta
19.
.
2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
20.
Nursalam.
2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman
Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
21.
Rampengan.
2008. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta. EGC.
22.
Riana
Afriadi. 2008. Penyakit Perut. Bandung. Puri Delco.
23.
Sunaryo.
2004. Psikologi Keperawatan. Jakarta. EGC.
24.
Suprajitno.
2004. Asuhan Keperawatan Keluarga.
Jakarta. EGC.
25.
Surininah.
2009. Buku Pintar Mengasuh Batita. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
26. Timmreck, TC. 2005. Epidemiologi
Suatu Pengantar Edisi 2.
Jakarta: EGC
27.
Walgito.
2007. Psikologi Sosial Suatu Pengantar. Bandung. Penerbit Andi.
28.
Wawan dan Dewi. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap,
dan Perilaku Manusia. Yogyakarta. Nuha Medika.
29. Widoyono. 2012. Penyakit Tropis Epidemiologi, Penularan, Pencegahan dan
Pemberantasannya. Jakarta. Erlangga.
30.
Yanuar. 2008. Penyakit Perut. Puri Delco. Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar