Rabu, 08 September 2010

KONSEP REMAJA 1

Dr. Suparyanto, M.Kes

KONSEP DASAR REMAJA

Pengertian
  • Dalam pembahasan soal remaja digunakan istilah pubertas dan adolesen. 
  • Istilah pubertas digunakan untuk menyatakan perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. 
  • Sedangkan yang dimaksud dengan istilah adolesen, dulu merupakan sinonim dari pubertas, sekarang lebih ditekankan untuk menyatakan perubahan psikososial yang menyertai pubertas. 
  • Walaupun begitu, akselerasi pertumbuhan somatik yang merupakan bagian dari perubahan fisik pada pubertas, disebut sebagai pacu tumbuh adolesen (adolescent growth spurt).

Berdasarkan umur kronologis dan berbagai kepentingan, terdapat berbagai definisi tentang remaja, yaitu:
  1. Pada buku-buku pediatri, pada umumnya mendefinisikan remaja adalah: bila seorang anak telah mencapai umur 10-18 tahun untuk anak perempuan dan 12-20 tahun untuk anak laki-laki.
  2. Menurut undang-undang No 4 tahun 1979 mengenai Kesejahteraan Anak, remaja adalah individu yang belum mencapai 21 tahun dan belum menikah.
  3. Menurut undang-undang Perburuhan, anak dianggap remaja apabila telah mencapai umur 16-18 tahun atau sudah menikah dan mempunyai tempat untuk tinggal.
  4. Menurut UU Perkawinan No 1 tahun 1974, anak dianggap sudah remaja apabila cukup matang untuk menikah, yaitu umur 16 tahun untuk anak perempuan dan 19 tahun untuk anak laki-laki.
  5. Menurut DikNas anak dianggap remaja bila anak sudah berumur 18 tahun, yang sesuai dengan saat lulus Sekolah Menengah.
  6. Menurut WHO, remaja bila anak telah mencapai umur 10-18 tahun (Soetjiningsih, 2007).

Menurut WHO, remaja adalah suatu masa :
  1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.
  2. Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
  3. Terjadi perubahan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono, 2002).

Tahap Perkembangan Remaja
  • Menurut Soetjiningsih, 2007. Dalam tumbuh kembangnya menuju dewasa, berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan melewati tahapan berikut:
  1. Masa remaja awal/dini (early adolescence), Umur 11-13 tahun.
  2. Masa remaja pertengahan (middle adolescence), Umur 14-16 tahun.
  3. Masa remaja lanjut (late adolescence), Umur 17-20 tahun.

Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada 3 tahap perkembangan remaja sebagai berikut:

1). Remaja awal (early adolescence)
  • Seorang remaja pada tahap ini akan terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebih-lebihan ini ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
2). Remaja madya (middle adolescence)
  • Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Ia senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang punya sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana: peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.
3).Remaja akhir (late adolescence)
  • Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu:
  1. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
  2. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.
  3. Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
  4. Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.
  5. Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono Sarlito, 2002).

Tumbuh Kembang Remaja
  • Antara usia 10 dan 15 tahun tubuh anak-anak mulai berubah menjadi tubuh seorang dewasa bukan hanya perubahan psikologis tetapi perubahan fisik, bahkan perubahan-perubahan fisik yang terjadi itulah yang merupakan gejala primer dalam pertumbuhan remaja, sedangkan perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akhibat dari perubahan-perubahan fisik itu.
  • Diantara perubahan-perubahan fisik itu yang terbesar pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan tubuh (badan menjadi makin panjang dan tinggi), mulai berfungsinya alat-alat reproduksi (ditandai dengan haid pada wanita dan mimpi basah pada laki-laki) dan tanda-tanda seksual sekunder yang tumbuh.
  • Tanda-tanda seksual sekunder pada perempuan, misalnya: pertumbuhan tulang-tulang (badan menjadi tinggi, anggota-anggota badan menjadi panjang, pertumbuhan payudara kadang disertai rasa nyeri atau tidak sama besar tumbuhnya, tumbuh bulu halus dan lurus berwarna gelap di kemaluan, mencapai pertumbuhan ketinggian badan yang maksimal setiap tahunnya, bulu kemaluan menjadi keriting, menstruasi pada setiap bulan, tumbuh bulu pada ketiak dan panggul mulai melebar). Sedangkan pada laki-laki pertumbuhan tulang-tulang, testis (buah pelir) membesar, tumbuh bulu kemaluan yang halus, lurus`dan berwarna gelap, terjadi perubahan suara, ejakulasi (keluarnya air mani), bulu kemaluan menjadi keriting, pertumbuhan tinggi badan mencapai tingkat maksimal setiap tahunnya, tumbuh rambut-rambut halus di wajah (kumis, jenggot), tumbuh bulu ketiak dan bulu dada.
  • Perubahan-perubahan fisik itu, menyebabkan kecanggungan bagi remaja karena ia harus menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya itu. Pertumbuhan badan yang mencolok misalnya atau pembesaran payudara yang cepat membuat remaja merasa tersisih dari teman-temanya. Demikian dalam menghadapai haid dan ejakulasi yang pertama anak-anak remaja itu mengadakan penyesuaian-penyusuaian tingkah laku yang tidak selalu bisa dilakukan dengan mulus, terutama jika tidak ada dukungan dari orang tua.
  • Beberapa proses faal (fisiologis) yang mempengaruhi pertumbuhan tubuh remaja, khususnya pertumbuhan seksual yaitu hormon-hormon seksual, dari kelenjar bawah otak (pituitary) hormon-hormon yang dikeluarkan meliputi (1) hormon pertumbuhan yang mempengaruhi pertumbuhan badan, (2) hormon perangsang pada pria, yaitu hormon yang mempengaruhi testis, (3) hormon pengendali pada wanita yang mempengaruhi indung telur (ovarium) untuk memproduksi sel-sel telur (ovum) dan hormon estrogen dan progesteron, serta (4) hormon air susu yang mempengaruhi kelenjar wanita (Sarwono, 2002).
Ciri-ciri Remaja
  • Orang tua perlu memahami ciri-ciri remaja, agar dapat menjalani komunikasi dengan remaja tanpa hambatan. Adapun ciri-ciri remaja yang penting untuk diketahui:
1. Mengalami Krisis Identitas
  • Remaja banyak mengalami perubahan, baik secara psikis maupun fisik. Perubahan ini banyak yang tidak diketahui oleh remaja sehingga mereka selalu bertanya siapakah dirinya sebenarnya, masih tergolong anak-anak atau dewasa.
2.Ingin Cepat Mandiri
  • Remaja ingin menjadi cepat dewasa, mesti secara kejiwaan mereka belum matang, namun secara fisik mungkin sudah sama dengan orang dewasa. Dalam hal-hal tertentu mereka masih perlu bimbingan, dilindungi dan diberi pandangan baru.
3. Ingin Kelihatan Tegar dan Stabil
  • Kadang-kadang remaja menunjukkan tingkah laku berlebihan, sehingga dari kacamata orangtua dinilai keras kepala, menolak kerja sama disertai emosi yang labil.
4. Sering Berkumpul Dengan Teman Sebaya
  • Ini merupakan dorongan sebagai makluk sosial yang pada remaja mencapai puncaknya. Dorongan berkumpul dengan teman sebaya merupakan hal yang baik, asal tujuannya jelas.
5. Membentuk Budaya Kelompok
  • Dengan kelompoknya remaja ingin tampil beda, yang diwujudkan dengan cara berpakaian, penampilan, hobi dan bahasa yang digunakan. Hal ini kadang dipandang sebagai sesuatu yang aneh dan sulit untuk dipahami, terlebih jika mereka membentuk sistem nilai yang sudah bergeser dengan sistem nilai yang ada (Kushartati, 2001)

DAFTAR PUSTAKA

  1. Arief, Kushartati. 2001. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Depdiknas.
  2. Dianawati, Ajen. 2006. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Jakarta: Kawan Pustaka.
  3. Junaedi, Didi. 2010. 17+ Seks Menyimpang. Jakarta: Semesta Rakyat Merdeka.
  4. Mahmud, Farhan. 2002. Penyimpangan Seksual. www.google.com /seksmenyimpang. Diakses tanggal: 09-07-2010. Jam: 19.13 WIB
  5. Pratiwi. 2004. Pendidikan Seks Untuk Remaja. Yogyakarta: Tugu Publisher.
  6. Rahmad, S. 2010. Informasi Kesehatan Reproduksi Remaja BKKBN. http://bkkbn.go.id. diaksers tanggal: 24-06-2010. Jam: 08.28 WIB
  7. Sarwono, Sarlito. 2002. Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
  8. Singgih, Gunarsa. 2004. Psikologi Untuk Muda-mudi. Jakarta: IKAPI
  9. Soetjiningsih. 2007. Tumbuh Kembang Remaja Dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
  10. Willis, Sofyan. 2005. Remaja Dan Permasalahannya. Bandung: Alfabeta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar