Jumat, 18 Maret 2011

PNEUMONIA

Dr. Suparyanto, M.Kes

PNEUMONIA

PENGERTIAN PNEUMONIA

  • Pneumonia adalah proses inflamasi parenkim paru yang terdapat konsolidasi dan terjadi pengisian alveoli oleh eksudat yang disebabkan oleh bakteri, virus, dan benda – benda asing (Muttaqin, 2008).
  • Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim paru. Menurut anatomis pneumonia pada anak dibedakan menjadi 3 yaitu pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronchopneumonia), Pneumonia interstisialis (Mansjoer, 2000).
PENYEBAB PNEUMONIA
  • Menurut Muttaqin (2008), Pneumonia terbilang penyakit berbahaya karena cara penularannya yang sangat mudah. Penyakit pneumonia dapat menular melalui percikan ludah yang menyebar lewat udara saat bersin batuk, ataupun bicara.
  • Pneumonia bukanlah penyakit tunggal.
  • Penyebabnya bisa bermacam – macam dan diketahui 30 sumber infeksi, dengan 4 sumber utama yaitu :
1. Pneumonia oleh bakteri
  • Pneumonia yang dipicu bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Orang – orang dengan gangguan pernafasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya, adalah orang yang paling beresiko. Sebenarnya bakteri penyebab pneumonia yang paling umum adalah Streptococcos pneumonia sudah ada di kerongkongan manusia sehat. Begitu pertahanan tubuh menurun karena sakit, tua, atau malnutrisi, bakteri segera memperbanyak diri dan menyebabkan kerusakan.

2. Pneumonia oleh virus
  • Setengah dari kejadian pneumonia diperkirakan disebabkan oleh virus. Saat ini makin banyak saja virus yang berhasil diidentifikasi. Meski virus ini kebanyakan menyerang saluran pernafasan bagian atas terutama pada balita, gangguan ini bisa memicu pneumonia.

3. Pneumonia Mikoplasma
  • Pneumonia jenis ini berbeda gejala dan tanda fisiknya bila dibandingkan dengan pneumonia pada umumnya. Karena itu, pneumonia yang diduga disebabkan oleh virus yang belum ditemukan ini sering juga disebut pneumonia yang tidak tipikal atau atypical pneumonia.

4. Pneumonia jenis lain
  • Termasuk golongan ini adalah Pneumocystitis Carinii pneumonia (PCP) yang diduga disebabkan oleh jamur.

  • Sedangkan dari sudut pandang sosial, penyebab pneumonia menurut Depkes RI (2005) antara lain :
  1. Status gizi bayi
  2. Imunisasi tidak lengkap
  3. Lingkungan
  4. Kondisi sosial ekonomi orang tua

PATOFISIOLOGI PNEUMONIA
  • Pneumonia yang dipicu oleh bakteri bisa menyerang siapa saja, dari bayi sampai usia lanjut. Pecandu alcohol, pasien pasca operasi, orang-orang dengan gangguan penyakit pernapasan, sedang terinfeksi virus atau menurun kekebalan tubuhnya , adalah yang paling berisiko. Sebenarnya bakteri pneumonia itu ada dan hidup normal pada tenggorokan yang sehat. Pada saat pertahanan tubuh menurun, misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan dengan cepat berkembang biak dan merusak organ paru-paru. Kerusakan jaringan paru setelah kolonisasi suatu mikroorganisme paru banyak disebabkan oleh reaksi imun dan peradangan yang dilakukan oleh pejamu. Selain itu, toksin-toksin yang dikeluarkan oleh bakteri pada pneumonia bakterialis dapat secara langsung merusak sel-sel system pernapasan bawah. Pneumonia bakterialis menimbulkan respon imun dan peradangan yang paling mencolok. Jika terjadi infeksi, sebagian jaringan dari lobus paru-paru, ataupun seluruh lobus, bahkan sebagian besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri pneumokokus adalah kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia (Sipahutar, 2007)

KLASIFIKASI PNEUMONIA
  • Berdasarkan pedoman MTBS (2000), pneumonia dapat diklasifikasikan secara sederhana berdasarkan gejala yang ada. Klasifikasi ini bukanlah merupakan diagnose medis dan hanya bertujuan untuk membantu para petugas kesehatan yang berada di lapangan untuk menentukan tindakan yang perlu diambil, sehingga anak tidak terlambat penanganan. Klasifikasi tersebut adalah:
1. Pneumonia berat atau penyakit sangat berat, apabila terdapat gejala :
  • Ada tanda bahaya umum, seperti anak tidak bisa minum atau menetek, selalu memuntahkan semuanya, kejang atau anak letargis/tidak sadar.
  • Terdapat tarikan dinding dada ke dalam.
  • Terdapat stridor ( suara napas bunyi ‘grok-grok’ saat inspirasi )

2. Pneumonia, apabila terdapat gejala napas cepat, batasan nafas cepat adalah :
  • Anak usia 2 – 12 bulan apabila frekuensi napas 50 x/menit atau lebih.
  • Anak Usia 1 – 5 tahun apabila frekuensi napas 40 x/menit atau lebih.

3. Batuk bukan Pneumonia, apabila tidak ada tanda – tanda atau penyakit sangat berat.

TANDA DAN GEJALA
  • Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk, takipnu, ekspektorasi sputum, napas cuping hidung, sesak napas, merintih dan sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena nyeri dada. Tanda Pneuomonia berupa retraksi atau penarikan dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan peningkatan frekuensi nafas, perkusi pekak, fremitrus melemah. Suara napas melemah, dan ronkhi. (Mansjoer,2000,hal 467 )
  • Gejala penyakit pneumonia berupa napas cepat dan sesak napas, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pneumonia. Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk juga disertai kesukaran bernafas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.
  • Menurut Muttaqin (2008) pada awalnya keluhan batuk tidak produktif, tapi selanjutnya akan berkembang menjadi batuk produktif dengan mucus purulen kekuningan, kehijauan, kecoklatan atau kemerahan, dan sering kali berbau busuk. Klien biasanya mengeluh mengalami demam tinggi dan menggigil (onset mungkin tiba – tiba dan berbahaya ). Adanya keluhan nyeri dada pleuritis, sesak napas, peningkatan frekuensi pernapasan, lemas dan nyeri kepala.

KOMPLIKASI PNEUMONIA
  • Pada paru – paru penderita pneumonia di penuhi sel radang dan cairan yang sebenarnya merupakan reaksi tubuh untuk mematikan kuman, tetapi karena adanya dahak yang kental maka akibatnya fungsi paru terganggu sehingga penderita mengalami kesulitan bernafas karena tidak adanya ruang untuk tempat oksigen. Kekurangan oksigen membuat sel – sel tubuh tidak bisa bekerja karena inilah, selain penyebaran infeksi keseluruh tubuh, penderita pneumonia juga bisa meninggal (Muttaqin, 2008).

Menurut Mansjoer (2000) komplikasi pneumonia yaitu :
  1. Abses kulit
  2. Abses jaringan lunak
  3. Otitis media
  4. Sinusitis
  5. Meningitis purualenta
  6. Perikarditis

PEMERIKSAAN PNEUMONIA

1) Pemeriksaan fisik
1.I nspeksi
  • Perlu diperhatikan adanya takipnea dispne, sianosis sirkumoral, pernapasan cuping hidung, distensi abdomen, batuk semula nonproduktif menjadi produktif, serta nyeri dada pada waktu menarik napas. Batasan takipnea pada anak berusia 12 bulan – 5 tahun adalah 40 kali / menit atau lebih. Perlu diperhatikan adanya tarikan dinding dada ke dalam pada fase inspirasi. Pada pneumonia berat, tarikan dinding dada kedalam akan tampak jelas.

2. Palpasi
  • Suara redup pada sisi yang sakit, hati mungkin membesar, fremitus raba mungkin meningkat pada sisi yang sakit, dan nadi mungkin mengalami peningkatan atau tachycardia.

3. Perkusi
  • Suara redup pada sisi yang sakit.

4. Auskultasi
  • Auskultasi sederhana dapat dilakukan dengan cara mendekatkan telinga ke hidung / mulut bayi. Pada anak yang pneumonia akan terdengar stridor. Sementara dengan stetoskop, akan terdengar suara napas berkurang, ronkhi halus pada sisi yang sakit, dan ronkhi basah pada masa resolusi. Pernapasan bronchial, egotomi, bronkofoni, kadang terdengar bising gesek pleura (Mansjoer,2000).

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan laboraturium
  • Leukosit 18.000 – 40.000 / mm3
  • Hitung jenis didapatkan geseran ke kiri.
  • LED meningkat

2. X-foto dada
  • Terdapat bercak – bercak infiltrate yang tersebar (bronco pneumonia) atau yang meliputi satu/sebagian besar lobus/lobule (Mansjoer,2000).

PENANGANAN PNEUMONIA
  • Menurut Mansjoer (2000) Penanganan pneumonia berdasarkan klasifikasi pneumonia :
  1. Pneumonia berat atau pneumonia sangat berat harus dirawat di RS dan diberi antibiotik.
  2. Pneumonia tidak perlu dirawat dirumah sakit
  3. Batuk bukan pneumonia tidak perlu dirawat tidak perlu antibiaotik.

  • Menurut Mansjoer (2000), Apabila anak diklasifikasikan menderita pneumonia berat atau penyakit sangat berat di puskesmas / balai pengobatan, maka anak perlu dirujuk segera setelah diberi dosis pertama antibiotik yang sesuai. Dosis pertama antibiotika yang dimaksud adalah klorampenikol yan diberikan secara intramuscular dengan dosis 40 mg/kg BB.
  • Jika anak diklasifikasikan menderita pneumonia, maka tindakan berikut ini diperlukan :
  1. Pemberian antibiotik yang sesuai selama 5 hari.
  2. Beri pelega tenggorokan dan pereda batuk yang aman.
  3. Berikan nasihat kepada orang tua kapan harus segera kembali.
  4. Melakukan kunjungan ulang setelah 2 hari.

  • Sedangkan untuk anak dengan pneumonia yang dirawat di rumah sakit, diperlukan rencana perawatan yang sesuai dengan masalahanya, yaitu :
1). efektivitas pola napas, rencana perawatan yang diperlukan adalah :
  • Berikan oksigen yang dilembabkan sesuai takikardi.
  • Lakukan fisioterapi dada : kerjakan sesuai jadwal.
  • Observasi tanda vital
  • Berikan antibiotik dan antipiretik sesuai advis.
  • Periksa dan catat hasil x-ray dada dan jumlah sel darah putih sesuai indikasi.
  • Lakukan suction bila perlu.
  • Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam perawatan, misalnya, pemberian obat serta pengenalan tanda dan gejala inefektivitas pola napas.
  • Ciptakan lingkungan yang nyaman.
2). Devisit volume cairan, intervensi yang diperlukan adalah :
  1. Berikan cairan sesuai dengan kebutuhan.
  2. Catat secara akurat intake dan output.
  3. Kaji dan catat tanda vital serta gejala kekurangan cairan.
  4. Periksa dan catat BJ urine tiap 4 jam atau sesuai advis.
  5. Lakukan perawatan mulut sesuai dengan kebutuhan.
  6. Kaji dan catat pengetahuan serta partisipasi keluarga dalam monitoring intake dan output serta dalam mengenali tanda dan gejala kekurangan volume cairan.
  7. Ciptakan situasi yang nyaman.

PENCEGAHAN PNEUMONIA
  • Menurut Theresia (2009), Pencegahan Pneumonia dapat dilakukan dengan cara hidup bersih dan sehat dan memberikan nutrisi yang baik pada balita. Disamping itu, perlu diberikan vaksin pneumokokus pada bayi dan anak sedini mungkin.
  • Menurut Raymondnelson dan bambang (2009), Pencegahan pneumonia dapat dilakukan dengan cara :
  1. Memberikan vaksinasi pneumokokus atau sering juga disebut sebagai vaksin IPD.
  2. Memberikan imunisasi pada anak sesuai waktunya.
  3. Menjaga keseimbangan nutrisi anak.
  4. Menjaga daya tahan tubuh anak dengan cara cukup istirahat dan juga banyak olahraga.
  5. Mengusahakan agar ruangan tempat tinggal mempunyai udara yang bersih dan ventilasi yang cukup.

PENGOBATAN PNEUMONIA
  • Menurut Mansjoer (2000), pengobatan pneumonia dapat dilakukan dengan cara pemberian antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :

1. Untuk kasus pneumonia community base :
  • Ampisilin 100 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian
  • Klorampenikol 75 mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

2. Untuk pneumoni hospital base :
  • Sefotaksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
  • Amikasin 10 – 15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian

DAFTAR PUSTAKA

  1. Aziz . 2003. Metode Penelitian Keperawatan dan Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika.
  2. Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Salemba Medika.
  3. Anwar. 2002. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya : Pustaka Media.
  4. Bengjay, 2009, Pengertian PHBS http://www.elisa.ugm.com di akses tanggal 31 Mei 2010 jam 20.00 wib
  5. Choirunisa. 2009. Panduan Terpenting Merawat Bayi dan Balita. Yogyakarta : Moncer Publisher
  6. Depkes, 2008, Cakupan PHBS http://www.Depkes.co.id di akses tanggal 30 Mei 2010 jam 19.50 wib
  7. Dinkes Jatim, 2008, Cakupan PHBS http://www.Dinkesjatim.co.id di akses tanggal 30 Mei 2010 jam 19.25 wib
  8. Effendy N, 2001, Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC
  9. Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : media aesculapius.
  10. Markum, dkk. 2005. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: FKUI.
  11. Muttaqin, 2008, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan System Pernapasan, Jakarta : Salemba Medika.
  12. Mochfoedz, Irchan. 2005. Alat Ukur Penelitian Bidang Kesehatan Keperawatan dan Kebidanan. Yogyakarta : Kayon.
  13. Notoatmodjo, 2003. Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
  14. Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
  15. Notoatmodjo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta : Rineka Cipta.
  16. Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
  17. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
  18. Raymondnelson.2009.Waspadapneumonia.http://pencegahan.pneumonia.com/ read/2009.htm. di akses tanggal 5 juni 2010 jam 18.33 wib
  19. Sipahutar.2007.KonsepPneumonia.http://www.medicastore.com/med/detail_pyk.php?id. di akses tanggal 23 juli 2010 jam 20.15 wib
  20. Supartini Y.2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
  21. Soetjiningsih. 2001. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC
  22. Theresia. 2009. Jangan Anggap Enteng Pneumonia. http://kesehatan.kompas. com/read/2009/09/12/13191250/Jangan.Anggap.Enteng.Pneumonia.di akses tanggal 4 juni 2010 jam 19.15 wib
  23. Wikipedia. 2009. Ciri Khas Perkembangan Balita. Http://id.wikipedia.org/wiki/ Balita diakses tanggal 4 juni 2010 jam 19.00 wib

1 komentar: