Minggu, 05 Juni 2011

IMUNISASI DIFTERI PERTUSIS TETANUS (DPT)

Dr. Suparyanto, M.Kes

IMUNISASI DIFTERI PERTUSIS TETANUS (DPT)

PENGERTIAN IMUNISASI DPT
  • Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap suatu penyakit dengan cara memasukkan kuman atau produk kuman yang sudah dilemahkan atau dimatikan kedalam tubuh. Dengan memasukkan kuman atau bibit penyakit tersebut diharapkan tubuh dapat menghasilkan zat anti yang ada pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit penyakit yang menyerang tubuh.
  • Imunisasi adalah memasukkan vaksin kedalam tubuh untuk membuat zat anti untuk mencegah penyakit.
  • Vaksin adalah suatu bahan yang terbuat dari kuman, komponen kuman, atau racun kuman yang telah dilemahkan atau dimatikan. Vaksin difteria terbuat dari toksin kuman difteri yang telah dilemahkan. Vaksin Tetanus yaitu toksin kuman tetanus yang telah dilemahkan dan kemudian dimurnikan. Vaksin Pertusis terbuat dari kuman Bordetella Pertusis yang telah dimatikan. Selanjutnya ketiga vaksin ini dikemas bersama yang dikenal dengan vaksin DPT.
  • Imunisasi DPT adalah upaya untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus dengan cara memasukkan kuman difteri, pertusis, tetanus yang telah dilemahkan dan dimatikan kedalam tubuh sehingga tubuh dapat menghasilkan zat anti yang pada saatnya nanti digunakan tubuh untuk melawan kuman atau bibit ketiga penyakit tersebut (Markum, 2005).
  • Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis dan Tetanus) merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit difteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman difteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukkan zat anti (toksoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah tiga kali, dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ-organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga terbentuk zat anti yang cukup (Alimul, 2008)

MANFAAT IMUNISASI DPT DASAR
  • Salah satu upaya agar anak-anak jangan sampai menderita suatu penyakit adalah dengan jalan memberikan imunisasi. Dengan imunisasi ini tubuh akan membuat zat anti dalam jumlah banyak, sehingga anak tersebut kebal terhadap penyakit. Jadi tujuan imunisasi DPT adalah membuat anak kebal terhadap penyakit Difteri, Pertusis, Tetanus.
  • Selain itu manfaat pemberian imunisasi DPT adalah :
  1. Untuk menimbulkan kekebalan aktif dalam waktu yang bersamaan terhadap penyakit difteri, pertusis (batuk rejan), tetanus.
  2. Apabila terjadi penyakit tersebut, akan jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.
  • Secara alamiah sampai batas tertentu tubuh juga memiliki cara membuat kekebalan tubuh sendiri dengan masuknya kuman-kuman kedalam tubuh. Namun bila jumlah yang masuk cukup banyak dan ganas, bayi akan sakit. Dengan semakin berkembangnya teknologi dunia kedokteran, sakit berat masih bisa ditanggulangi dengan obat-obatan. Namun bagaimanapun juga pencegahan adalah jauh lebih baik dari pada pengobatan (Markum, 2005).
JENIS-JENIS PENYAKIT YANG DAPAT DICEGAH DENGAN IMUNISASI DPT

a. Difteri
  • Penyakit difteria disebabkan oleh sejenis bakteria yang disebut Corynebacterium diphtheriae. Sifatnya sangat ganas dan mudah menular. Seorang anak akan terjangkit difteria bila ia berhubungan langsung dengan anak lain sebagai penderita difteri atau sebagai pembawa kuman (karier) : yaitu dengan terhisapnya percikan udara yang mengandung kuman. Bila anak nyata menderita difteri dapat dengan mudah dipisahkan. Tetapi seorang karier akan tetap berkeliaran dan bermain dengan temannya karena memang ia sendiri tidak sakit. Jadi, ditinjau dari segi penularannya, anak karier ini merupakan sumber penularan penyakit yang sulit diberantas. Dalam hal inilah perlunya dilakukan imunisasi. Dengan imunisasi anak akan terhindar, sedangkan temannya yang belum pernah mendapat imunisasi akan tertular penyakit difteri yang diperoleh dari temannya sendiri yang menjadi karier.
  • Anak yang terjangkit difteri akan menderita demam tinggi. Selain pada tonsil (amandel) atau tenggorok terlihat selaput putih kotor. Dengan cepat selaput ini meluas ke bagian tenggorok sebelah dalam dan menutupi jalan nafas, sehingga anak seolah-olah tercekik dan sukar bernafas. Kegawatan lain pada difteri adalah adanya racun yang dihasilkan oleh kuman difteri. Racun ini dapat menyerang otot jantung, ginjal dan beberapa serabut saraf. Kematian akibat difteri sangat tinggi biasanya disebabkan anak tercekik oleh selaput putih pada tenggorok atau karena jantung akibat racun difteria yang merusak otot jantung (Markum, 2005).

b. Pertusis
  • Pertusis atau batuk rejan, atau yang lebih dikenal dengan batuk seratus hari, disebabkan oleh kuman Bordetella Pertusis. Penyakit ini cukup parah bila diderita anak balita, bahkan dapat berakibat kematian pada anak usia kurang dari 1 tahun. Gejalanya sangat khas, yaitu anak tiba-tiba batuk keras secara terus menerus, sukar berhenti, muka menjadi merah atau kebiruan, keluar air mata dan kadang-kadang sampai muntah. Karena batuk yang sangat keras, mungkin akan disertai dengan keluarnya sedikit darah. Batuk akan berhenti setelah ada suara melengking pada waktu menarik nafas, kemudian akan tampak letih dengan wajah yang lesu. Batuk semacam ini terutama terjadi pada malam hari.
  • Bila penyakit ini diderita oleh seorang bayi, terutama yang baru berumur beberapa bulan, akan merupakan keadaan yang sangat berat dan dapat berakhir dengan kematian akibat suatu komplikasi (Markum, 2005).

c. Tetanus
  • Penyakit Tetanus masih terdapat diseluruh dunia, karena kemungkinan anak untuk mendapat luka tetap ada. Misalnya terjatuh, luka tusuk, luka bakar, koreng, gigitan binatang, gigi bolong, radang telinga. Luka tersebut merupakan pintu masuk kuman tetanus yang dikenal sebagai Clostridium tetani. Kuman ini akan berkembang biak dan membentuk racun yang berbahaya. Racun inilah yang merusak sel susunan saraf pusat tulang belakang yang menjadi dasar timbulnya gejala penyakit. Gejala tetanus yang khas adalah kejang, dan kaku secara menyeluruh, otot dinding perut yang teraba keras dan tegang seperti papan, mulut kaku dan sukar dibuka (Markum, 2005).

JADWAL PEMBERIAN IMUNISASI
  • Imunisasi dasar DPT diberikan tiga kali, karena saat imunisasi pertama belum memiliki kadar antibody protektif terhadap difteri dan akan memiliki kadar antibody setelah mendapatkan imunisasi 3 kali dengan interval 4 minggu.
  • Imunisasi DPT tidak boleh diberikan kepada anak yang sakit parah dan anak yang menderita penyakit kejang demam kompleks. Jika tidak boleh diberikan pada anak dengan batuk yang diduga mungkin sedang menderita batuk rejan. Bila pada suntikan DPT pertama terjadi reaksi yang berat maka sebaiknya suntikan berikut jangan diberikan DPT lagi melainkan DT saja (tanpa P).
  • DPT biasanya tidak diberikan pada anak usia kurang dari 6 minggu, disebabkan respon terhadap pertusis dianggap tidak optimal, sedangkan respon terhadap tetanus dan difteri adalah cukup baik tanpa memperdulikan adanya antibody maternal (Markum, 2005).
  • Kekebalan terhadap penyakit difteri, pertusis dan tetanus adalah dengan pemberian vaksin yang terdiri dari toksoid difteri dan toksoid tetanus yang telah dimurnikan ditambah dengan bakteri bortella pertusis yang telah dimatikan. Dosis penyuntikan 0,5 ml diberikan secara subkutan atau intramuscular pada bayi yang berumur 2-12 bulan sebanyak 3 kali dengan interval 4 minggu. Reaksi spesifik yang timbul setelah penyuntikan tidak ada. Gejala biasanya demam ringan dan reaksi lokal tempat penyuntikan. Bila ada reaksi yang berlebihan seperti suhu yang terlalu tinggi, kejang, kesadaran menurun, menangis yang berkepanjangan lebih dari 3 jam, hendaknya pemberian vaksin DPT diganti dengan DT. (Depkes RI, 2005).

EFEK SAMPING IMUNISASI DPT
  • Kira-kira pada separuh penerima DPT akan terjadi kemerahan, bengkak dan nyeri pada lokasi injeksi. Proporsi yang sama juga akan menderita demam ringan. Anak juga sering gelisah dan menangis terus menerus selama beberapa jam pasca suntikan. Kadang-kadang terdapat efek samping yang lebih berat seperti demam tinggi atau kejang yang biasanya disebabkan oleh unsur pertusisnya (Markum, 2005).
  • Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan dan demam, sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih empat jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, ensefalopati, dan shock (Alimul, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul, Aziz. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika.
  2. Alimul, Aziz. 2008. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
  3. Azhali. (2008). Program Imunisasi. (http://www.nakita.com, diakses 16 Maret 2009).
  4. Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.
  5. Azwar, S. 2008. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Jakarta : Pustaka Pelajar.
  6. Dino. 2004. Masalah Imunisasi BGC. (http://www.nakita.com, diakses 16 Maret 2009.
  7. Depkes RI. 2005. Jadwal Pemberian Imunisasi. (http://www.depkes.com, diakses 18 Maret 2009.
  8. Depkes RI. 2006. Buku Kesehatan Ibu Dan Anak. Jakarta.
  9. Depdiknas. 1996. Pelayanan Posyandu. (http://www.blogger.com, diakses 18 Mei 2009.
  10. Dinkes Jatim. 2006. Cakupan Imunisasi. (http://www.dinkesjatim.com, diakses 16 Maret 2009.
  11. Markum. 2005. Imunisasi DPT. (http://www.blogger.com, diakses 17 Maret 2009.
  12. Nelson. 2000. Kendala Utama Imunisasi. (http://www.worpress.com, diakses 17 Maret 2009.
  13. Notoatmodjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.
  14. Notoatmodjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.
  15. Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.
  16. Poerwadarminta, W.J.S. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai pustaka cetakan 10.
  17. Purwanto. 2000. Faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan imunisasi. (http://www.worpress.com, diakses 18 Mei 2009).
  18. Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Bina Pustaka:Jakarta.
  19. Sebastian. 2008. Keluarga Sehat Keluarga Bahagia. (http://www.worpress.com, diakses 17 Maret 2009).
  20. Soekanto. 2002. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rineka Cipta.
  21. Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
  22. Suliha. 2001. Pelayanan Kesehatan Bagi Masyarakat. (http://www.worpress.com, diakses 18 Mei 2009.Suliswati, 2005. Kosep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa. EGC. Jakarta.
  23. Stuart, G. W. 2003. Principles and Practice Of Psychiatric. Nursing. USA. Mosby.
  24. Stuart, G.W. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar