Sabtu, 13 Agustus 2011

MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM

Dr. Suparyanto, M.Kes

MOBILISASI DINI IBU POST PARTUM

DEFINISI MOBILISASI
  • Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk berjalan bangkit berdiri dan kembali ke tempat tidur, kursi, kloset duduk, dan sebagianya disamping kemampuan mengerakkan ekstermitas atas. (Hincliff, 1999)
  • Mobilisasi dini menurut Carpenito tahun 2000 adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis.

BENTUK MOBILISASI DINI
  1. Berdiri
  2. Duduk
  3. Berpindah dari satu kelompok lain, seperti :
  • Dari tempat tidur ke kursi,
  • Dari kursi biasa ke kursi berlubang,
  • Dari kursi roda ke kloset duduk,
  • Dari lantai ke kursi atau tempat tidur,
  • Bangkit dari duduk,
  • Berjalan : dengan bantuan (1). Penyangga kaki dari logam, 2). Sepatu khusus, 3). Bidai, 4). Kaki palsu),
  • Menggerakkan tubuh, bahu, tangan dan lengan untuk berbagai macam gerakan, seperti : 1). Menggerakkan dan melepaskan pakaian, 2). Menjaga kebersihan pribadi, 3). Mengerjakan pekerjaan rumah tangga
  • Melakukan gerakan badan
  • Mobilisasi dengan bantuan alat mekanik
  • Kursi roda : di dorong oleh orang lain di jalanan sendiri. (Roper, 2002)

BENTUK LAIN MOBILISASI DINI

1. Membantu pasien duduk di tempat tidur
  • Tindakan ini merupakan salah satu cara mempertahankan kemampuan mobilitas pasien :
  • Memenuhi kebutuhan mobilitas
  • Mempertahankan toleransi terhadap aktivitas
  • Mempertahankan kenyamanan
  • Bentuknya meliputi :
  • Mengatur posisi pasien di tempat tidur
1. Posisi fowler
  • Posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk
  • Tujuan :
  1. Mempertahankan kenyamanan
  2. Memfasilitas fungsi pernafasan
2. Posisi SIM
  • Pada posisi ini pasien berbaring miring, baik miring ke kanan atau miring ke kiri.
  • Tujuan :
  1. Memberikan kenyamanan
  2. Melakukan hukna
  3. Memberikan obat per anus (supositorial)
  4. Melakukan pemeriksaan daerah anus
3. Posisi trendelenburg
  • Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah dari bagian kaki.
  • Tujuan :memperlancar peredaran darahke otak
4. Posisi Dorsal Recumbent
  • Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan kedua lutut fleksi di atas tempat tidur.
  • Tujuan :
  1. Perawatan daerah genitalia
  2. Pemeriksaan genetalia
  3. Posisi pada proses persalinan
5. Posisi Litotomi
  • Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi terlentang dengan mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
  • Tujuan :
  1. Pemeriksaan alat genetalia
  2. Proses persalinan
  3. Pemasangan alat kontrasepsi
6. Posisi Genu Pektoral (Knee chest)
  • Pada posisi genu pektoral, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
  • Tujuan : pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid
2. Memindahkan pasien dari tempat tidur satu ke kursi roda
  • Aktivitas ini dilakukan pada pasien yang membutuhkan bantuan untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.
  • Tujuan :
  1. melatih otot skelet mencegah kontraktur
  2. Mempertahankan kenyamanan pasien
  3. mempertahankan kontrol diri pasien
  4. Memindahkan pasien untuk pemeriksaan (diagnosa, fisik)
3. Memindahkan pasien oleh dua atau tiga perawat
  • Pada tindakan ini pemindahan pasien dilakukan oleh dua sampai tiga orang perawat. Pemindahan ini dapat dari tempat tidur atau ke brankart atau dari satu tempat tidur ke tempat tidur yang lain. Pemindahan ini biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat atau tidak boleh melakukan pemindahan sendiri. Hal yang perlu disiapkan sama dengan pemindahan pasien ke tempat tidur ke kursi roda.
  • Tujuan : Memindahkan pasien dari rungan satu ke ruangan yang lain untuk tujuan tertentu (pemeriksaan diagnostik atau pindah ruangan)
4. Membantu pasien berjalan
  • Seperti halnya tindakan lain, membantu pasien berjalan memerlukan persiapan. Perawat mengkaji beberapa toleransi pasien terhadap aktivitas, kekuatan, adanya nyeri dan keseimbangan pasien untuk menentukan jumlah bantuan yang diperlukan paien.
  • Aktivitas ini memungkinkan memerlukan alat seperti kruk dan tongkat. Namun ada prinsipnya, perawat dapat melakukan aktivitas ini meskipun tanpa menggunakan alat.
  • Tujuan :
  1. Memulihkan kembali toleransi aktivitas
  2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi

Tabel  Derajat Kekuatan Otot

Skala % Kekuatan Normal Keterangan
0 0 Paralisis sempurna
1 10 Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau di lihat
2 25 Gerakan otot penuh melawan gravitasi, dengan topangan
3 50 Gerakan yang normal melawan gravitasi
4 75 Gerakan yang penuh melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5 100 Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan penuh.

(A.Aziz. Alimul Hidayat dan Musrifatul Uliyah, 2004)


MANFAAT MOBILISASI DINI
  1. Melancarkan pengeluaran lokia, mengurangi infeksi peurperium
  2. Mempercepat involusi alat kandungan
  3. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan
  4. Meningkatkan kelancaran peredaran darah, sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa metabolisme. (Manuaba, 1998)
  • Menurut Rambey, 2008 manfaat mobilisasi dini adalah :
  1. Melancarkan sirkulasi darah
  2. Membantu proses pemulihan
  3. Mencegah terjadinya infeksi yang timbul karena gangguan pembuluh darah balik serta menjaga pedarahan lebih lanjut
  • Menurut Fizari, 2009 manfaat lain dari mobilisasi dini adalah:
  1. Ibu merasa lebih sehat dan kuat
  2. Faal usus dan kandung kencing lebih baik
  3. Kesempatan yang baik untuk mengajari merawat atau memelihara anaknya

MACAM MOBILISASI DINI

1. Mobilisasi penuh
  • Yaitu seluruh anggota dapat melakukan mobilisasi secara normal. Mobilisasi penuh mempunyai peranan penting dalam menjaga kesehatan baik secara fisiologis maupun psikologis.
2. Mobilisasi sebagian
  • Yaitu sebagian dari anggota badan yang dapat melakukan mobilisasi secara normal.
  • Terjadi pada pasien dengan gangguan saraf motorik dan sensorik, terdiri dari :
  1. Mobilisasi sebagian dengan temporer, disebabkan oleh trauma yang reversibel
  2. Pada sistem muskuloskeletal
  3. Mobilisasi sebagian permanen disebabkan karena rusaknya sistem saraf yang reversibel (hemiplagi karena kecelakaan).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMAMPUAN GERAK

1. Sendi
  • Yaitu pertemuan antara dua atau lebih ujung tulang
2. Tulang
  • Merupakan jaringan hidup yang mempulnyai banyak suplai darah.Tulang dapat tumbuh dan memperbaiki dirinya. Fungsi tulang sebagai tuas untuk menggerakkan otot-otot dan menyimpan kalsium dan fosfat, mengeluarkannya bila dibutuhkan.
3. Tendon
  • Merupakan jaringan ikat yang kuat, berwarna putih dan tidak elastis untuk melekatkan otot pada tulang.
4. Ligamen
  • Merupakan pita jaringan fibrosa yang kuat dan berfungsi untuk mengikat serta menyatukan tulang atau bagian lain untuk menyangga suatu organ.
5. Otot
  • Otot dibagi menjadi 3, yaitu:
  1. Otot skeletal yaitu otot yang ditemukan pada tulang rawan atau kulit. Dikendalikan melalui sistem syaraf pusat, serat-seratnya memperlihatkan garis-garis melintang.
  2. Otot polos ditemukan pada dinding visera dan pembuluh darah. Dikendalikan melalui sistem syaraf otonom, serat-seratnya tidak memperlihatkan garis melintang.
  3. Otot jantung yang hanya ditemukan di jantung
6. Sistem syaraf
  • Jaringan syaraf dibentuk dari neuron yang sel-selnya terkadang mengalami proses yang sangat panjang dikhususkan untuk penghantar implus syaraf yang menyokong dan memberi makan neuron-neuron.
  • Neuron adalah unit dasar sistem persyarafan. (Cambridge Comunication Limited, 1998)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MOBILISASI DINI

1. Penyakit tertentu dan cidera
  • Penyakit-penyakit tertentu dan cidera berpengaruh terhadap mobilitas misalnya penderita multipe aklerosis dan cidera pada urat saraf tulang belakang. Demikian juga pada pasien post operasi atau yang mengalami nyeri, cenderung membatasi gerakan.
2. Budaya
  • Beberapa faktor budaya juga mempunyai pengaruh terhadap aktivitas. Misalnya di Jawa berpenampilan halus dan merasa tabu bila mengerjakan aktivitas berat dan pria cenderung melakukan aktivitas lebih berat.
3. Energi
  • Tingkat energi bervariasi pada setiap individu. Terkadang seseorang membatasi aktivitas tanpa mengetahui penyebabnya. Selain itu tingkat usia juga berpengaruh terhadap aktivitas. Misalnya orang pada usia pertengahan cenderung mengalami penurunan aktivitas yang berlanjut sampai usia tua.

RESIKO BILA TIDAK MELAKUKAN MOBILISASI
  • Berbagai masalah dapat terjadi bila tidak melakukan mobilisasi dini, misalnya :
  1. Gangguan pernafasan yaitu sekret akan terakumulasi pada saluran pernafasan yang akan berakibat klien sulit batuk dan mengalami gangguan bernafas.
  2. Pada sistem kardiovaskuler terjadi hipotensi ortostatik yang disebabkan oleh sistem syaraf otonom tidak dapat menjaga keseimbangan suplai darah sewaktu berdiri dari berbagai dalam waktu yang lama.
  3. Pada saluran perkemihan yang mungkin terjadi adalah statis urin yang disebabkan karena pasien pada posisi berbaring tidak dapat mengosongkan kandung kemih secara sempurna.
  4. Pada gastrointestinal terjadi anoreksia diare atau konstipasi. Anoreksia disebabkan oleh adanya gangguan katabolisme yang mengakibatkan ketidak seimbangan nitrogen karena adanya kelemahan otot serta kemunduran reflek deteksi, maka pasien dapat mengalami konstipasi.

JENIS GERAKAN SENDI

1. Fleksi
  • Yaitu tindakan menekuk dua ujung sesuatu alat saling mendekati atau keadaan dua ujung sesuatu alat yang tertekuk berekatan.
2. Ekstensi
  • Yaitu gerakan yang membesarkan sudut antara dua ujung tulang yang bersendi. Gerakan yang menjauhkan ujung-ujung alat atau bagian tubuh.
  • Hiperektensi yaitu ekstensi lebih lanjut.
3. Abduksi
  • Yaitu gerakan anggota badan atau mata kesisi menjahui sumbu tengah tubuh
4. Rotasi
  • Yaitu gerakan memutari pusat axis dari tulang
5. Eversi
  • Yaitu tindakan memutarkan telapak kaki kebagian luar
6. Inversi
  • Yaitu putar bagian telapak kaki kebagian dalam membentuk sudut dari persendian
7. Pronasi
  • Yaitu pemutaran lengan bawah ke dalam
8. Supinasi
  • Yaitu gerakan memutar lengan bawah ke luar. (Hincliff, 1999).

DAFTAR PUSTAKA

  1. Alimul, A. (2007), Metode Penelitian Penulisan Ilmiah, Jakarta: Salemba Medika.
  2. Alimul, H. A, dan Musrifatul, U. (2004), Buku Saku Pratikan Kebutuhan Dasar Manusia, Jakarta: EGC.
  3. Arikunto, S. (2006), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: PT Rineka Cipta.
  4. Cambridge, C. L. (1998) Anatomi Fisiologi Tubuh Manusia dan System Reproduksi, Jakarta: EGC.
  5. Desiyati, D. (2008) Fisiologi Nifas, from Http://we-littlefairy. blogspot.com
  6. Fizari, S. (2009) Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas, From Http://sekuracity/blogspot.com
  7. Hincliff, S. (1999) Kamus Keperawatan, Jakarta: EGC.
  8. Ibrahim, C.S. (1996) Perawatan Kebidanan, Jakarta: Bhratara.
  9. Manuaba, I. B. G. (1998) Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Jakarta: EGC.
  10. Mochtar, R. (1998) Sinopsis Obstetric, Jakarta: EGC.
  11. Notoadmodjo, S. (2005) Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
  12. Nursalam, (2003) Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika.
  13. Nursalam, dan Pariani, S. (2001) Pendekatan Praktis Metodologi Riset Keperawatan, CV, Info Medika.
  14. Prawirohardjo, S. (2002) Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
  15. ___________, (2002) Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
  16. Pusdiknakes, WHO, JHPIEGO. (2001) Post Partum, Jakarta: MNH
  17. Ramali, A. (2003) Kamus Kedokteran, Jakarta: Djambatan.
  18. Rambey, R. (2008) Tetap Sehat Setelah Bersalin, from Http:// nursingwear/wordpress.
  19. Roper, N. (2002) Prinsip-Prinsip Keperawatan, Yogyakarta: Yayasan Essentia Medika.
  20. Sinsin, L. (2009). Masa Kehamilan dan Persalinan. PT. Elex Media Komputindo, from Http:// www.elexmedia.co.id, 118-119.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar