Senin, 20 Februari 2012

KONSEP DASAR MENU SEIMBANG

Dr. Suparyanto, M.Kes


Konsep Dasar Menu Seimbang

1. Pengertian Menu Seimbang
  • Menu adalah susunan makanan yang dimakan oleh seseorang untuk sekali makan atau untuk sehari-hari. Kata ”menu” bias diartikan ”hidangan”. Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam makanan dalam jumlah dan proporsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses kehidupan serta pertumbuhan dan perkembangan (Almatsier, 2005).
  • Menu seimbang adalah konsumsi makanan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan zat gizi. Kekurangan gizi pada salah satu makanan dengan pemberian menu seimbang dapat dicukupi oleh makanan lain. Untuk itu pemberian menu seimbang dengan makanan yang beraneka ragam sangat dibutuhkan dalam memenuhi kecukupan gizi (Almatsier, 2005).
  • Menu seimbang adalah makanan yang beraneka ragam yang memenuhi kebutuhan zat gizi sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS). (Depkes RI, 2006)
  • Pedoman umum gizi seimbang harus diaplikasikan dalam penyajian hidangan yang memenuhi syarat gizi yang dikenal dengan menu seimbang. Menu berasal dari kata ”menu” yang berarti suatu daftar yang tertulis secara rinci. Sedangkan definisi menu adalah rangkaian beberapa macam hidangan atau masakan yang disajikan atau dihidangkan untuk seseorang atau sekelompok untuk setiap kali makan, yaitu dapat berupa hidangan pagi, siang, dan malam. Pola menu seimbang mulai dikembangkan pada tahun 1950 dengan istilah ”Empat Sehat Lima Sempurna” (Sulistyoningsih, 2011). Pola menu 4 sehat 5 sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh (Almatsier, 2005).

2. Manfaat Perencanaan Menu
  • Kegiatan menyusun menu dengan perencanaan yang baik dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
  1. Dapat disusun hidangan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh.
  2. Variasi dan kombinasi hidangan dapat diatur sehingga dapat menghindari kebosanan yang disebabkan pengulangan jenis bahan makanan dan cara pengolahan.
  3. Susunan hidangan dapat disesuaikan dengan kondisi keuangan atau biaya yang tersedia.
  4.  Menghemat waktu dan tenaga. Perencanaan*menu dapat disesuaikan dengan kondisi, sehingga sudah dapat diperkirakan waktu dan tenaga yang dibutuhkan.
  5. Menu yang terencana dengan baik dapat menjadi alat pendidikan gizi yang baik, karena menu yang baik mengajarkan pola makan yang baik.

3. Syarat Menu yang Baik
a. Pola menu seimbang
  • Pola menu seimbang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan gizi. Susunanmakanan yang dihidangkan dapat memenuhi kebutuhan gizi sesuai denganumur, jenis kelamin, dan juga aktivitas yang dilakukan.
b. Aspek warna menu seimbang
  • Warna menu seimbang makanan harus menarik sehingga dapatmembangkitkan selera makan, namun penggunaan pewarna ban bahantambahan makanan juga harus memperhatikan keamanannya dan diutamakanmenggunakan pewarna alami.
c. Tekstur dan konsistensi
  • Tekstur dan konsistensi makanan yang dihidangkan disesuaikan dengankemampuan fisiologis dan juga umur. Bentuk makanan bayi, lansia dan orangyang mengalami gangguan kesehatan khususnya pencernaan akan berbedadengan orang dewasa pada umumnya.
d. Rasa dan Aroma
  • Aroma masakan yang kuat dikombinasikan dengan makanan yang tidak tajambaunya.
e. Ukuran dan bentuk potongan
  • Adanya kreasi dalam bentuk potongan dapat membangkitkan selera makan.
f. Suhu
  • Pertimbangkan makanan yang harus dihidangkan panas atau dingin denganmenyesuaikan suhu lingkungan, udara atau iklim.
g. Popularitas
  • Hidangan untuk anggota keluarga akan lebih membangkitkan selera makanketika sesekali disajikan pula hidangan tertentu yang sedang popular dimasyarakat, yang memang disukai anggota keluarga.
h. Penyajian menarik
  • Bila perlu makanan disajikan dengan hiasan, selain itu disajikan dalamkeadaan yang bersih, terhindar dari pencemaran yang dapat membahayakankesehatan.
i. Tenaga dan waktu
  • Jenis hidangan yang akan disajikan disesuaikan dengan peralatan,kemampuan, tenaga dan waktu yang dimiliki oleh ibu/keluarga.

4. Menyusun menu
  • Menu yang bergizi lengkap dan seimbang harus mengandung:
  1. Bahan makanan sumber tenaga : nasi, roti, kentang
  2. Bahan makanan sumber zat pembangunan:Protein hewani: telur, ikan, daging, susu, keju,Protein nabati : tempe, tahu.
  3. Bahan makanan sumber zat pengatur :Sayuran : bayam, buncis, wotel, tomat,Buah : pisang, pepaya, jeruk, apel
  • Untuk membuat menu yang bergizi lengkap dan seimbang perlu disusun dari ketiga golongan bahan makanan di atas, dan dapat ditambahkan jenis makanan yang dapat memperkaya rasa menu misalnya; minyak, mentega, gula.
  • Banyaknya kalori yang harus dikomsumsi dan jumlah kalorinya disesuaikan dengan umur (Sulistyoningsih, 2010). Untuk anak usia 1-3 tahun takaran makanannya pada tabel 2.1 berikut:

Tabel 2.1 Contoh Menu Sehari, Untuk anak usia 1 – 3 tahun
Waktu Jenis makanan
Pagi hari Satu gelas susu
Pukul 08:00 Sup Makaroni
Pukul 10:00 Biskuit, Sari buah
Siang hari Nasi, Bistik Daging Cincang dan Tempe, Sup Sayur
Pukul 16:00 Buah
Malam hari Nasi, Siomay Tahu Ayam, Sup Sayuran, Buah, Satu Gelas Susu
Sulistyoningsih, 2010

Tabel 2.2 Contoh Menu Sehari, Untuk anak usia 4 – 5 tahun
Waktu Jenis makanan
Pagi hari Satu gelas susu
Pukul 08:00 Mie rebus
Pukul 10:00 Roti isi, buah, ikan goring, kripik, tempe, sayur
asem, papaya
Siang hari Nasi, ikan goreng, kripik tempe, sayur asem, papaya
Pukul 16:00 Bubur kacang hijau
Malam hari Nasi, sate hati ayam, perkedel tahu, sup bayam dan
satu gelas susu
Sulistyoningsih, 2010

5. Pemberian Gizi
  • Pemberian gizi adalah perilaku yang dilakukan ibu dalam memberikan makanan pada anaknya (Sulistyoningsih, 2010) meliputi:
a. Tindakan ibu dalam pemilihan makanan
  • Pemberian gizi dapat terpenuhi dengan sempurna maka perlu diperhatikan syarat bahan makanan yang akan digunakan sesuai dengan umur. Makanan tambahan yang baik menurut WHO (2005) adalah sebagai berikut :
  1. Kaya energi, protein dan mikronutrien (seperti zat besi, kalsium, zink, vitamin A, C, dan folat).
  2. Bersih dan aman :
  • a). Tidak ada pathogen.
  • b). Tidak ada bahan kimia berbahaya.
  • c). Tidak ada potongan tulang atau bagian yang keras membuat anak tersedak.
  • d). Tidak terlalu panas.
  • e). Tidak terlalu pedas atau asin.
  • f). Mudah dimakan oleh anak.
  • g). Tersedia didaerah dan harganya terjangkau serta mudah disiapkan.

b. Tindakan ibu dalam pengolahan makanan
  • Pilihlah cara pengolahan makanan yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi yaitu direbus, dikukus. Namun pada usia ini dapat dikenalkan cara kombinasi yaitu dipanggang atau digoreng asalkan tidak menghasilkan tesktur keras. Beberapa pilihan cara pengolahan kombinasi yaitu direbus dahulu kemudian panggang (perkedel panggang) atau dikukus, kemudian goreng (tempe dan tahu bacem).
c. Tindakan ibu dalam pemberian jadwal makanan
  • Sesudah jumlah bahan makanan sehari dan frekuensi makan diketahui, kemudian bahan makanan tersebut dibagi untuk tiap kali makan. Selanjutnya bahan makanan tersebut dapat dimasak hidangan dan tersusunlah menu.
d. Tindakan ibu dalam cara pemberian makanan
  • Cara memberikan makanan tambahan pada balita adalah sesuai dengan kebutuhan balita dengan menu makanan seimbang. Menu yaitu susunan hidangan yang terdiri atas satu atau beberapa macam masakan dan hidangkan pada suatu acara makan, misalnya menu sehari, menu makan pagi, makan siang, makan malam atau makan selingan. Hidangan yaitu satu atau beberapa jenis makanan yang disajikan untuk dimakan. Umumnya dalam menyusun menu sudah ditentukan besar porsi dari tiap hidangan sehingga nilai gizinya dapat ditentukan besar porsi dari tiap hidangan sehingga nilai gizinya dapat ditentukan. Perencanaan menu untuk Balita membutuhkan kehati-hatian karena pada usia tersebut perkembangan saluran pencernaan dan sistem kekebalan tubuhnya belum sempurna. Balita rawan terhadap penyakit infeksi termasuk yang ditularkan melalui makanan. Selain itu Balita mempunyai karakteristik psikologik tertentu, oleh karena itu diperlukan pertimbangan dalam   mempersiapkan menu Balita (Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut:
    1. Pemenuhan zat-zat gizi digunakan untuk beraktifitas, untuk itu perlu diingat pemberian makanan pada Balita juga harus mendidik agar mereka dapat bersosialisasi dengan lingkungannya.
    2. Mengikuti pola menu seimbang untuk mencapai perkembangan Balita optimal maka menu makanan tersebut disusun mengikuti pola menu seimbang.
    3. Jenis dan porsi makanan sesuai daya terima, toleransi dan faal anak. Hindari pemakaian bumbu yang merangsang karena membahayakan saluran pencernaan dan umumnya anak tidak menyukai makanan beraroma tajam.
    4. Keamanan pangan bagi Balita tidak cukup hanya menjaga kebersihan peralatan dan bahan yang dipergunakan dalam proses pengolahan dan penyajian makanan, lebih dari itu bahaya-bahaya yang dapat timbul saat  proses makan.
    • Usia 1-5 tahun anak bersifat konsumen pasif yaitu makanannya tergantung pada yang disediakan ibu, sehingga peran ibu sangat besar dalam menentukan menu makanan yang bergizi lengkap dan seimbang. Pada usia ini rasa ingin tahu anak sangat tinggi sehingga kesempatan ini harus ditangkap oleh ibu untuk memperkenalkan sedini mungkin berbagai jenis makanan yang beraneka ragam dalam rasa, warna dan tekstur. Perkenalkan makanan padat mulai bayi usia enam bulan, tergantung kemampuan Balita (Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut:
    a. Bahan makanan sehari
    • Sebelum menentukan jumlah dan jenis bahan makanan sehari yang harus diberikan, terlebih dahulu menghitung kebutuhan zat gizi Balita terutama energi dan protein. Kebutuhan energi Batita adalah 75-90 kalori per kg berat badan dan 10%-20% dari total energi harus berupa protein. Contoh: seorang anak laki-laki usia dua tahun denganberat badan 11 kg, kebutuhan proteinnya sebagai berikut: kebutuhan energi sehari: 11 x 80 kal = 880 kal, kebutuhan protein sehari: (10%-20%) x 880 kal = (88-176) kal, setiap 1 g protein menghasilakan 4 kal sehingga protein yang dibutuhkan = (88-176) : 4 = (22-44) g. Sesudah angka tersebut didapatkan barulah dijabarkan ke dalam bahan makanan sehari-hari. Untuk menjabarkan kebutuhan zat gizi ke dalam bahan. Cukup sulit untuk mencapai jumlah yang tepat sehingga selisih 10% dari kebutuhan total masih dapat diterima. Namun protein sebagai zat pembangun tidak dapat diganti dengan yang lain.
    b. Frekuensi makan dan cara pengolahan
    • Sesuai dengan karakteristik Balita, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering yaitu 7-8 kali sehari. Pola tersebut terdiri atas tiga kali makan utama seperti orang dewasa (makan pagi, siang dan sore) serta 2-3 kali makan sehingga ditambah 2-3 kali susu. Pada awal Batita susu diberikan tiga kali sehari. Secara perlahan turunkan hingga dua kali sehari, sedapat mungkin saat makan utama anak duduk dalam satu meja bersama keluarga. Sesuai dengan karakteristik usia pra sekolah, tanamkan apa yang berguna bagi kesehatan dirinya termasuk makanan bergizi seimbang. Saat ini orang tua harus berperang melawan gencarnya iklan-iklan di media masa yang menawarkan junk food bagi anak-anak. Salah satu cara paling efektif singkirkan semua makanan yang tidak berguna tersebut seperti gula-gula dan minuman yang mengandung gas dari hadapannya. Di usia ini gigi susu sudah lengkap sehingga anak dapat mengerat dan mengunyah dengan baik walaupun belum maksimal. Bentuk makanan seperti orang dewasa misalnya nasi dapat diberikan tetapi tetap disertai dengan cairan atau sayur berkuah. Jumlah dan jenis bahan makanan sehari yang harus diberikan dihitung Berdasarkan kebutuhan zat gizi terutama energi dan protein. Standar kebutuhan energi sehari prasekolah adalah 65-75 kalori per kg berat badan, sedangkan kebutuhan proteinnya adalah 10%-20% dari total energi.
    c. Menetapkan frekuensi makanan dan cara pengolahan
    • Pada masa prasekolah kebutuhan zat gizi relatif menurun jika dibandingkan dengan fakta Batita. Kapasitas saluran pencernaannya untuk menerima jumlah makanan dalam sekali makan sudah lebih besar daripada Batita. Oleh karena itu porsi makanan yang diberikan pada setiap kali makan dapat lebih besar. Namun frekuensi makan diturunkan menjadi 5-6 kali sehari. Pola makan tersebut terdiri atas tiga kali makan utama (makan pagi, siang dan sore) serta dua kali makan selingan. Berikan susu dalam bentuk minuman sekali sehari, yaitu pada malam hari sebelum tidur. Selebihnya susu dapat dicampurkan ke dalam hidangan lain misalnya saus dan sup. Pilihlah cara pengolahan yang menghasilkan tekstur lunak dengan kandungan air tinggi seperti pada Batita yaitu dengan direbus atau dikukus, namun cara pengolahan dengan digoreng yang menghasilakn tekstur keras dan kandungan lemak tinggi sudah dapat digunakan walaupun masih terbatas. Beberapa pilihan cara kombinasi yaitu rebus dahulu kemudian panggang (perkedel panggang dan ayam panggang bumbu opor) dan rebus kemudian goring (tempe dan tahu bacem serta perkedel).
    d. Pembagian bahan makanan pada setiap makan dan contoh menu
    • Sesudah jumlah bahan makanan sehari dan frekuensi makan diketahui kemudian bahan makanan tersebut dibagi menjadi untuk tiap kali makan. Selanjutnya bahan makanan tersebut dapat dimasak sebagai hidangan dan tersusunlah menu.
    e. Variasi Makanan
    • Pada awal usia balita gigi sudah mulai tumbuh sampai usia 2 ½ tahun, sehingga anak dapat mengunyah lebih baik lagi, berilah makanan yang teksturnya lembut, potongannya kecil dan mempunyai bentuk yang menarik serta harus bervariasi bahan makanannya. Bagi balita maupun orang dewasa, variasi makanan sangat mempengaruhi nafsu makan. Jadi selain menjamin agar makanan balita sudah lengkap dengan makanan utama dan makanan penutup, juga penting memberi beragam variasi makanan dalam menunya daging merah, ayam atau unggas, ikan, macam-macam buah dan sayuran, susu, sereal, nasi, pasta dan kentang. Makanan dengan jenis berbeda, walau masih dalam kelompok yang sama, mengandung nutrisi yang berbeda pula (Almatsier, 2005).
    f. Tindakan ibu dalam memberikan makanan sesuai menu seimbang
    • Menu makanan sehari-hari yang dikonsumsi diperlukan makanan yang memiliki komposisi makanan seimbang, hal ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan zat-zat gizi. Makanan gizi seimbang digunakan untuk memenuhi zat-zat gizi yang tidak terdapat pada makanan dapat terpenuhi oleh makanan lain. Pesan gizi seimbang   (Almatsier, 2005) adalah sebagai berikut:
    1. Makanan Beraneka Ragam
    • Makanan beraneka ragam dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesehatan. Sebab zat gizi tertentu yang tidak terkandung dalam satu jenis bahan makanan akan dapat dilengkapi oleh gizi serupa dari bahan makanan yang lain. Demikian juga bahan makanan dalam susunan aneka ragam menu seimbang akan saling melengkapi (Almatsier, 2005).
    1. Bahan makanan sumber zat tenaga adalah beras, jagung, gandum, ubi kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti, dan mi yang mengandung karbohidrat, serta minyak, margarine, dan santan yang mengandung lemak.
    2. Bahan makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan nabati adalah kacang-kacangan, tempe, tahu. Sedangkan dari hewani adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti keju.
    3. Zat pembangun berperanan sangat penting untuk perkembangan kualitas tingkat kecerdasan seseorang.
    4. Bahan makanan summber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-buahan. Bahan makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsifungsi organ tubuh.
    5. Hidangan Mengandung Zat Tenaga dan Energi Setiap orang dianjurkan makan cukup hidangan mengandung zat tenaga atau energi, agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial, dan kegiatan yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengkonsumsi bahan makanan sumber karbohidrat, protein, lemak. Kecukupan energi seseorang ditandai dengan berat badannya yang normal. Untuk mengetahui berat badan normal, seseorang dapat menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) untuk balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan kelompok usia lanjut. Bagi orang dewasa digunakan indeks massa tubuh (IMT) (Almatsier, 2005). Kekurangan energi yang berlangsung lama akan mengakibatkan menurunnya berat badan. Keadaan gizi kurang akan membawa akibat terhambatnya proses tumbuh kembang pada balita.
    2. Sumber Karbohidrat
    • Makanlah makanan sumber karbohidrat, setengah dari kebutuhan energy, terdapat dua kelompok karbohidrat (Almatsier, 2005) yaitu:
    a). Karbohidrat kompleks
    • Bahan makanan sumber karbohidrat kompleks adalah padi-padian (beras, jagung, gandum), umbi-umbian (singkong, ubi jalar, kentang) dan bahan makanan lain yang mengandung banyak karbohidrat (sagu, pisang).

    b). Karbohidrat sederhana
    • Golongan karbohidrat sederhana yang tidak mengandung zat gizi lain, yang sifatnya hanya mengenyangkan dan cenderung dikonsumsi berlebihan. Konsumsi gula dapat menyebabk`n kegemukan, karies gigi atau keropos. Oleh karena itu konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah kecukupan energi. Seyogyanya sekitar 50-60% kebutuhan energi diperlukan oleh karbohidrat kompleks, atau setara dengan 3-4 piring nasi.
    3. Konsumsi Lemak dan Minyak
    • Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi. Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitaminvitamin A, D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan. Konsumsi lemak dan minyak paling sedikit 10% dari kebutuhan energi. Seyogyanya menggunakan lemak dan minyak nabati, misalnya minyak kelapa, minyak jagung, minyak kacang atau nabati yang lain (Almatsier, 2005).
    4. Gunakan Garam Beryodium
    • Garam beryodiyum yang dikonsumsi setiap hari bermanfaat untuk mencegah timbulnya gangguan akibat kekurangan yodium (GAKY). Gaki dapat menghambat perkembangan tingkat kecerdasan pada balita, penyakit gondok, endemic dan kretin (Almatsier, 2005).
    5. Makan Sumber Zat Besi
    • Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi.
    6. Berikan ASI
    • Air Susu Ibu (ASI) mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi untuk tumbuh kembang dan menjadi sehat sampai ia berumur 6 bulan. Setelah bayi berumur 6 bulan ASI saja tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan gizi bayi, oleh karena itu setelah 6 bulan bayi mendapatkan Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) diberikan kepada bayi secara bertahap sesuai dengan pertambahan umur, pertumbuhan berat badan dan perkembangan   kecerdasannya.
    7. Biasakan Makan Pagi
    • Makanan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerjanya. Bagi anak sekolah makan pagi dapat memudahkan konsentrasi belajar, menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajarnya pun menjadi lebih baik. Kebiasaan makan pagi membantu seseorang untuk mencukupi kebutuhan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan, dan akan l;ebih baik bila terdiri dari makanan sumber zat tenaga sumber zat pembangun dan zat pengatur.
    8. Minum Air Bersih, Aman dan Cukup Jumlahnya
    • Air minum harus bersih dan bebas kuman. Oleh karena itu, air minum harus terlebih dahulu dididihkan. Sedangkan air minum dalam kemasan yang banyak beredar di pasaran, juga harus terlebih dulu diproses oleh pabrik sesuai dengan ketentuan pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Cairan yang dikonsumsi seseorang terutama air minum, sekurang-kurangnya dua liter atau setara dengan delapan gelas setiap harinya, agar proses faali dalam tubuh berlangsung dengan lancar dan seimbang. Dengan mengkonsumsi cukup cairan, seseorang dapat terhindar dari menderita dehidrasi atau kekurangan cairan tubuh, serta dapat menurunkan risiko menderita penyakit batu ginjal.
    9. Makanlah Makanan yang Aman Bagi Kesehatan
    • Makanan yang aman adalah makanan yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri, tidak mengandung bahan kimia yang berbahaya, telah diolah dengan cara yang benar sehingga fisik dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makan makanan tidak aman dapat menyebabkan gangguan kesehatan, antara lain menderita keracunan makanan yang dapat menyebabkan kematian.
    10. Baca Label Pada Makanan yang Dikemas
    • Peraturan perundangan-undangan, bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus mencantumkan keterangan pada labelnya mengenai bahan-bahan yang digunakan, susunan (komposisi) zat gizinya, tanggal kadaluwarsa, dan keterangan penting lainnya. Semua keterangan yang rinci pada label makanan kemas sangat membantu konsumen pada saat memilih dan menggunkannya. Keterangan mengenai susunan zat gizi pada label diperlukan untuk memenuhi kebutuhan gizi sesuai dengan keadaan kesehatan konsumen. Keterangan mengenai kadaluwarsa pada label menunjukkan kelayakan makanan tersebut untuk bisa dimakan atau tidak. Sedangkan keterangan mengenai bahan-bahan, yang terkandung dalam makanan kemas tersebut memberikan informasi kepada konsumen untuk menilai halal atau tidaknya bahan makanan tersebut.

    6. Cara Memilih Bahan Makanan
    • Dalam menyusun menu seimnbang diperlukan pengetahuan bahan makanan, karena nilai gizi setiap bahan makanan tiap kelompok tidak sama (Sulistyoningsih, 2010) sebagai berikut:
    a. Golongan makanan pokok
    • Jenis padi-padian merupakan bahan makanan pokok yang memiliki kadar protein lebih tinggi dari umbi-umbian. Jika bahan makanan pokok yang digunakan berasal dari umbi-umbian maka harus disertai lauk dalam jumlah yang lebih besar. Porsi makanan pokok yang dianjurkan dalam sehari untuk orang dewasa adalah sebanyak 300-500 gram beras atau sebanyak 3-5 piring nasi dalam sehari.
    b. Golongan sayuran
    • Lauk sebaiknya terdiri dari campuran hewani dan nabati. Lauk hewani memiliki nilai biologi yang tinggi dibandingkan nabati. Porsi lauk yang dianjurkan untuk orang dewasa dalam sehari adalah sebanyak 100 gram atau dua potong ikan daging atau ayam, sedangkan porsi nabati dalam sehari sebanyak 100-150 gram atau 4-6 potong tempe. Tempe dapat diganti dengan tahu atau kacang-kacangan kering.
    c. Golongan buah
    • Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral. Sayuran daun berwarna hijau dan orange mengandung lebih banyak provitamin A, selain itu sayuran berwarna hijau juga kaya kalsium, zat besi, asam folat, dan vitamin C. semakin hijau warna sayuran, semakin banyak mengandung gizi. Setiap hari dianjurkan mengkonsumsi sayuran yang terdiri dari sayuran daun, kacangkacangan, dan sayuran berwarna jingga. Porsi sayuran dalam bentuk tercampur dianjurkan juga untuk orang dewasa dalam sehari 150-200 gram atau sebanyak 1,5-2 mangkok dalam keadaan matang.
    d. Susu dan olahannya
    • Buah berwarna kuning banyak mengandung provitamin A, sedangkan buah yang kecut pada umumnya kaya vitamin C. porsi buah yang dianjurkan untuk orang dewasa dalam sehari adalah 2-3 potong, dapat berupa papaya atau buah-buahan lain.
    e. Lain-lain
    • Menu yang disusun biasanya mengandung gula dan minyak, sebagai penyedap dan pemberi rasa gurih. Penggunaan gula biasanya sebanyak 25-35 gram/hari (2 ½ - 3 ½ sendok makan), sedangkan minyak sebanyak 25-50 gram/hari (2 ½ - 5 sendok makan).
    7. Faktor - faktor yang Harus Diperhatikan dalam Menyusun Menu Keluarga
    • Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menyusun menu diantaranya (Sulistyoningsih, 2010) adalah:
    a. Kebutuhan gizi
    • Kebutuhan gizi setiap anggota keluarga harus terpenuhi sehingga dalam hal ini harus diketahui dahulu kebutuhan gizinya.
    b. Agama dan budaya
    • Agama dan budaya akan mempengaruhi pemilihan jenis bahan makanan yang akan digunakan.
    c. Variasi bahan dan cara pengolahan
    • Jenis bahan makanan, cara mengolah dan cara menyajikan harus bervariasi sehingga tidak menyebabkan jenuh, dan hal ini harus disesuaikan denganperalatan penyimpanan, pengolahan, dan penyajian yang tersedia.
    d. Sosial ekonomi
    • Pemilihan bahan makanan dan cara pengolahan disesuaikan dengan kemampuan ekonomi.
    e. Iklim
    • Pemilihan bahan makanan yang akan digunakan disesuaikan dengan iklim, karena ada beberapa jenis bahan makanan yang hanya dapat dijumpai pada musim-musim tertentu, terutama sayur dan buah.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Aziz Alimul. 2007. Metode Penelitian untuk Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika
    2. Azwar. 2007. Sikap Manusia. Jogjakarta: Liberty
    3. Dariyo. 2007. Perkembangan dan pertumbuhan Batita. Jogjakarta: Liberty.
    4. Depkes RI. 2002. Tabel Status Gizi Menkes RI. Jakarta.
    5. Depkes RI. 2005. Balita BGM. http//:www.bank.data.depkes.go.
    6. Depkes RI. 2006. Pengukuran Antropometri. Jakarta
    7. Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas  Indonesia.
    8. Dinas Kesehatan Jombang, 2010. Profil Kesehatan Jombang.
    9. Dinkes Propinsi Jawa Timur, 2009/2010
    10. Haditono, 2007. Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Gajah Mada University  Press.
    11. IGB. Supariasa, 2007. Pengantar Ilmu Gizi. Jakarta. Pustaka Pelajar
    12. Kristiyanasari, 2010. Asuhan Masa Nifas. Jogjakarta: Books.
    13. Lubis, dkk, 2010. Pengantar Psikologi untuk kebidanan. Jakarta: Kencana
    14. Macfud, 2010. Metodologi Riset manajemen Sumberdaya Manusia. Jakarta: UIN Maliki  Pres.
    15. Nazir, 2010. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
    16. Notoatmodjo, 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Seni. Jakarta: Rineka Cipta
    17. Notoatmodjo. 2009. Perilaku Manusia. Jakarta: Rineka Cipta
    18. Notoatmodjo, 2010. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
    19. Novita, 2007. Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Tim Media.
    20. Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis, dan Instrumen Penelitian Keperawatan.  Jakarta: Salemba Medika
    21. Proverawati. 2010. Buku Ajara Gizi untuk Kebidanan. Jogjakarta: Nuha Meidka
    22. Riyadi. 2005. Asuhan Keperawatan. Jogjakarta: graham Media
    23. Sediaoetama, 2010. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi. Jakarta: Dian Rakjat
    24. Sisdiknas. 2001. Undang-Undang Pendidikan Nasional. Jakarta.
    25. Soetjiningsih, 2005. Tumbuh Kembang. Jakarta: EGC
    26. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
    27. Sulistyoningsih, 2011. Gizi untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Jogjakarta: Graha  Ilmu.
    28. Sunita Almatsier, 2005. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka  Utama.
    29. Waluyo, 2010. Gizi Reproduksi, Jogjakarta: Pustaka Riha
    30. Warisman, 2010. Ilmu Gizi. Jakarta: Pustaka Setia
    31. Wawan dkk, 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan Sikap dan perilaku Manusia. Jogjakarta: Nuhamedika
    32. Sobur. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Bandung: Alfabeta.


      1 komentar: