SEKILAS
TENTANG MEKANISME KOPING
1.
Definisi Mekanismie Koping
Mekanisme
koping merupakan tiap upaya yang di tujukan untuk penatalaksanaan stress,
termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan ego yang
di gunakan untuk melindungi diri (Gail. W. Stuart, 2006)
Mekanisme
koping merupakan cara yang dilakukan oleh individu dalam menyelesaiakan
masalah, menyesuaikan diri terhadap perubahan, respon terhadap situasi yang
mengancam. Upaya individu ini dapat berupa kognitif , perubahan perilaku dan
perubahan lingkungan yang bertujuan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.
Kemampuan koping diperlukan manusia untuk mampu bertahan hidup di lingkungannya
yang selalu berubah dengan cepat. Koping merupakan pemecahan masalah dimana
seseorang menggunakannya untuk mengelola kondisi stress. Dengan adanya penyebab
stress / stressor maka orang akan sadar dan tidak sadar untuk bereaksi untuk
mengatasi masalah tersebut. Dalam keperawatan konsep koping sangat perlu karena
semua pasien mengalami stress, sehingga sangat perlu kemampuan untuk
mengatasinya dan kemampuan koping untuk adaptasi terhadap stress yang merupakan
faktor penentu yang terpenting dalam kesejahteraan manusia ( Keliat, 2007)
Mekanisme
koping merupakan perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis
terhadap peristiwa yang menegangkan. Mekanisme ini digunakan seseorang untuk
membantu melindungi terhadap perasaan yang tidak berdaya dan ansietas, kadang
mekanisme pertahanan diri menyimpang dan tidak lagi mampu untuk membantu seseorang
seseorang dalam menghadapi stressor. (Patricia & Anne Griffin, 2005)
Mekanisme
pertahanan ego adalah reaksi individu untuk memperlunak kegagalan,
menghilangkan kecemasan, mengurangi perasaan yang menyakitkan karena pengalaman
yang tidak enak dan juga untuk mempertahankan perasaan layak serta harga diri.
(W.F.Maramis. 2005)
Koping
itu sendiri dimaknai sebagai sebagai apa yang dilakukan oleh individu untuk
menguasai situasi yang dinilai sebagai suatu tantangan atau luka atau
kehilangan atau ancaman. Jadi koping lebih mengarah pada yang orang lakukan
untuk mengatasi tuntutan – tuntutan yang penuh dengan tekanan atau yang
membangkitkan emosi. Atau dengan kat lain koping adalah bagaimana reaksi orang
ketika mengahadapi stress atau tekanan.(siswanto, 2007)
Koping
adalah semua aktivitas kognitif dan motorik yang di lakukan ole orang sakit
untuk mempertahankan integritas tubuh dan psikisnya, memulihkan fungsi tubuh
yang rusak dan membatasi kerusakan yang tidak bisa di pulihkan.( Z.J.Lpowski.
2011)
Koping
adalah perubahan kognitif perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi
tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi
sumber individu. (Lazarus, 1976 dikutip siswanto)
Mekanisme
koping adalah peroses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi
yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologis.(Rasmun, 2004)
2.
Macam-macam koping
Koping
dapat diidentifikasi melalui respon manifestai ( tanda dan gejala) koping dapat
dikaji melalui beberapa aspek yaitu fisiologis dan psikologis (Kelliat, 2007)
koping yang efektif menghasilkan adaptif sedangkan yang tidak efektif
menyebabkan maladaptif.
1.
Fisiologis
Manifestasi
stress pada aspek fisik bergantung pada:
a.Persepsi/
penerimaan individu pada stress
b.Keefektifan
pada strategi koping
2.
Psikologis
Dalam
aspek ini di bagi menjadi dua yaitu cara penyesuaian yang berorientasi pada
tugas dan berorientasi pada pembelaan ego
a.
Cara penyesuaian yang berorientasi pada tugas
Cara
penyesuaian ini bertujuan menghadapi tuntutan secara sadar, realistic,
obyektif, rasional.
Cara
ini mungkin terbuka atupun mungkin terselubung dan dapat berupa:
1).
Serangan atau menghadapi tuntutan secara frontal
2).
Penarikan diri atau tidak tahu akan hal itu
3).
Kompromi
Umpamanya
bila seseorang gagal dalam suatu usaha, maka mungkin ia akan bekerja lebih
keras(serangan) atau menghadapinya secara terang terangan ataupun menarik diri
dan tidak mau berusaha lagi(penarikan diri) atau mengurangi keinginannya lalu
memilih jalan tengah (kompromi)
b.
Cara penyesuaian yang berorientasi pada pembelaan ego atau pembelaan diri.
Sering disebut mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindung
diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama.
3.
Jenis-jenis koping
Lazarus
membagi koping menjadi dua jenis, yaitu:
1.
Tindakan langsung (Direct Action) koping jenis ini adalah setiap usaha tingkah
laku yang dijalankan oleh individu untuk mengatasi kesakitan dan luka. Ancaman
atau tantangan dengan cara mengubah hubungan yang bermasalah dengan lingkungan.
Individu menjalankan koping jenis direct action atau tindakan langsung bila dia
melakukan perubahan posisi terhadap masalah yang di alami.
Ada
empat macam koping jenis tindakan langsung:
a.
Mempersiapkan diri untuk menghadapi luka
Individu
melakukan langkah aktif dan antisipatif (beraksi) untuk menghilangkan atau
mengurangi bahaya dengan cara menempatkan diri secara langsung pada keadaan
yang mengancam dan melakukan aksi yang sesuai dengan bahaya tersebut.
b.
Agresi
Agresi
adalah tindakan yang dilakukan oleh individu dengan menyerang agen yang dinilai
mengancam atau akan melukai. Agresi dilakukan bila individu merasa atau menilai
dirinya lebih kuat atau berkuasa terhadap agen yang mengancam tersebut.
c.
Penghidaran (Avoidance)
Tindakan
ini terjadi bila agen yang mengancam dinilai lebih berkuasa dan berbahaya
sehingga individu memilh cara menghindari atau melarikan diri dari situasi yang
mengancam tersebut
d.
Apati
Jenis
koping ini merupakan pola orang yang putus asa. Apati dilakukan dengan cara
individu yang bersangkutan tidak
bergerak dan menerima begitu saja agen yang melukai dan tidak ada usaha apa-apa
untuk melawan ataupun melarikan diri dari situasi yang mengancam tersebut.
2.
Peredaan atau Peringanan (pallitation) koping jenis ini mengacu pada mengurangi atau menghilangkan atau mentoleransi
tekanan-tekanan kebeutuhan atau fisik, motorik atau gambaran afeksi dari
tekanan emosi yang dibangkitkan oleh lingkungan yang bermasalah. Atau bisa di
artikan bahwa bila individu menggunakan koping jenis ini, posisinya dengan
masalah relatif tidak berubah, yang berubah adalah diri individu, yaitu dengan
cara merubah persepsi atau reaksi emosinya.
Ada
2 macam koping jenis peredaan atau pallitation:
a.
Diarahkan pada gejala (Symptom Directed Modes)
Macam
koping ini digunakan bila gejala-gejala gangguan muncul dari diri individu,
kemudian individu melakukan tindakan dengan cara mengurangi gangguan yang
berhubungan dengan emosi-emosi yang disebabkan oleh tekanan atau ancaman
tersebut.
b.
Cara Intrapsikis ( Intrapsykis Modes)
Koping
jenis ini peredaan dengan cara intra psikis adalah cara-cara yang menggunakan
perlengkapan-perlengkapan psikologis kita, yang biasa dikenal dengan istilah
defense mechanism ( mekanisme pertahanan diri)
Macam-macam
mekanisme pertahanan diri (defense mechanism atau pembelaan ego)
1.
Fantasi:
Memuaskan keinginan yang terhalang dengan prestasi dan khayalan.
2.
Penyangkalan:
Melindungi diri sendiri terhadap kenyataan yang tak menyenangkan, dengan
menolak menghadapi hal itu, sering dengan melarikan diri seperti menjadi sakit
atau kesibukan dengan hal-hal lain.
3.
Rasionalisasi:
Berusaha membuktikan bahwa perilakunya itu masuk akal dan dapat dibenarkan
sehingga dapat di setujui oleh diri sendiri dan masyarakat.
4.
Identifikasi:
Menambah rasa harga diri, dengan menyamakan dirinya dengan orang atau institusi
yang mempunyai nama
5.
Introyeksi:
Menyatukan nilai dan norma luar dengan sturktur egonya sehingga individu tidak
tergantung pada belas kasihan, hal-hal itu yang dirasakn sebagai ancaman luar.
6.
Represi:
Mencegah pikiran yang menyakitkan atau berbahaya masuk ke alam sadar.
7.
Regresi
: Mundur ke tingkat perkembangan yang lebih rendah, dengan respon yang kurang
matang dan biasanya dengan aspirasi yang kurang.
8.
Proyeksi:
menyalahkan orang lain mengenai kesukarannya atau keinginannya yang tidak baik.
9.
Penyusunan
reaksi: Mencegah keinginan yang berbahaya, bila di ekspresikan dengan
melebih-lebihkan sikap dan perilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai
rintangan.
10.
Sublimasi:
Mencari pemuasan atau menghilangkan keinginan sexual dalam kegiatan non sexual
11.
Kompensasi:
Menutupi kelemahan, dengan menonjolkan sifat yang dinginkan atau pemuasan
secara berlebihan dalam suatu bidang karena mengalami frustasi dalam bidang
lain.
12.
Salah
pindah: Melepaskan perasaan yang terkekang, biasanya permusuhan, pada obyek
yang tidak begitu berbahaya seperti yang pada mulanya membangkitkan emosi itu.
13.
Pelepasan:
Menebus dan dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tak
bermoral.
14.
Penyekatan
emosional: Mengurangi keterlibatan ego dan menarik diri menjadi pasif untuk
melindungi diri sendiri dari kesakitan.
15.
Isolasi:
memutuskan pelepasan afektif karena keadaan yang menyakitkan atau memisahkan
sikap-sikap yang bertentangan, dengan tembok-tembok yang tahan logika.
16.
Simpatisme:
berusaha memperoleh simpati dari orang lain dan demikian menyokong rasa harga
diri, meskipu gagal.
17.
Pemeranan:
Menurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh keinginan yang terlarang, dengan
membiarkan ekspresinya. (W.F.Maramis, 2005)
Pada
dasarnya mekanisme pertahanan diri terjadi tanpa disadari dan bersifat
membohongi diri sendiri terhadap realita yang ada, baik realita yang ada diluar
(fakta atau kebenaran) maupun realita yang ada di dalam ( dorongan atau impuls
atau nafsu). Mekanisme pertahanan bersifat menyaring realita yang ada sehingga
individu bersangkutan tidak bisa memahami hakekat dari keseluruhan realita yang
ada. Ini membuat sebagian besar ahli menyatakan koping jenis mekanisme
pertahanan diri merupakan yang tidak sehat kecuali sublimasi.
Mekanisme
pertahanan tidak dapat disadari, akan dapat disadari melalui refleksi diri yang
terus menerus. Dengan cara begitu individu bisa mengetahui jenis meekanisme
pertahanan diri yang biasa dilakukan dan kemudian menggantikannya dengan koping
yang lebih konstruktif.
4.
Jenis-jenis koping yang konstruktif atau yang sehat
Harber
& Runyon (1984) yang di kutip dalam siswanto menyebutkan jenis-jenis koping
yang di anggap konstruktif, yaitu:
1.
Penalaran (Reasioning)
Yaitu
pengguanaan kemampuan kognitif untuk mengeksplorasi berbagai macam alternatif
pemecahan masalah dan kemudian memilh salah satu alternative yang di anggap
paling menguntungkan. Individu secara sadar mengumpulkan berbagai informasi
yang relevanberkaitan dengan persoalan yang di hadapi, kemudian membuat alternatif-alternatif
pemecahannya, kemudian memilh alternatif yang paling menguntungkan dimana resiko kerugiannya
paling kecil dan keuntungan yang di peroleh paling besar.
2.
Objektifitas
Yaitu
kemampuan untuk membedakan antara-antara komponen emosional dal logis dalam
pemikiran, penalaran, maupun tingkah laku. Kemampuan untuk melakukan koping
jenis ini masyarakat individu yang bersangkutan memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya sehingga individu mampu memilah dan membuat keputusan yang
tidak semata di dasari oleh pengaruh emosi.
3.
Konsentrasi
Yaitu
kemampuan untuk memusatkan perhatian secara penuh pada pesoalan yang sedang di
hadapi.
4.
Humor
Yaitu
kemampuan untuk melihat segi yang lucu dari persoalan yang sedang dihadapi,
sehingga perspektif persoalan tersebut menjadi lebih luas, terang dan tidak
terasa sebagai menekan lagi ketika dihadapi dengan humor. Humor memungkinkan
individu yang bersangkutan untuk memandang persoalan dari sudut manusiawinya,
sehingga persoalan di artikan secara baru, yaitu sebagai persoalan yang biasa,
wajar dan dialami oleh orang lain juga.
5.
Supresi
Yaitu
kemampuan untuk menekan reaksi yang mendadak terhadap situasi yang ada sehingga
memberikan cukup waktu untuk lebih menyadari dan memberikan reaksi yang lebih
konstruktif. Koping supresi juga mengandaikan individu memililki kemampuan
untuk mengelola emosi sehingga pada saat tekanan muncul , pikiran sadarnya
tetap bisa melakukan control secara baik
6.
Ambiguitas
Yaitu
kemampuan untuk memahami bahwa banyak hal dalam kehidupan yang bersifat tidak
jelas dan oleh karenanya perlu memberikan ruang bagi ketidakjealasan tersebut.
Kemampuan melakukan toleransi mengandaikan individu sudah memiliki perspektif
hidup yang matang, luas dan memeiliki rasa aman yang cukup.
7.
Empati
Yaitu
kemampuan untuk melihat sesuatau dari pandangan orang lain. Kemampuan empati
ini memungkinkan individu mampu memperluas dirinya dan mengahayati perspektif
pengalaman orang lain sehingga individu yang bersangkutan menjadi semakin kaya
dalam kehidupan batinnya.
APA
(1994) yang menerbitkan DSM-IV juga menyebutkan sejumlah koping yang sehat
merupakan bentuk penyesuaian diri yang paling tinggi dan paling baik
dibandingkan dengan jenis koping lainnya. Maka jenis koping yang sehat lainnya
adalah:
1.
Antisipasi
Antisipasi
merupakan berkaitan dengan kesiapan mental individu untuk menerima suatu
perangsang. Ketika individu berhadap dengan konflik – konflik emosional atau
pemicu stress baik dari dalam maupun dari luar, dia mampu mengantisipasi akibat
dari konflik atau stress tersebut dengan cara menyediakan alternatif respon
atau solusi yang paling sesuai.
2.
Afiliasi
Afiliasi
berhubungan dengan kebutuhan untuk berhubungan atau bersatu dengan orang lain
dan bersahabat dengan mereka. Dia mampu mencari sumber-sumber dari orang lain
dan mendapatkan dukungan dan pertolongan.
3.
Altruisme
Merupakan
salah satu bentuk koping dengan cara mementingkan kepentingan orang lain.
4.
Penegasan diri (self assertion)
Individu
berhadapan dengan konflik emosional yang menjadi pemicu stress dengan cara
mengekspresikan perasaan dan pikiran secara langsung tetapi dengan cara yang
tidak memaksa atau memanipulasi orang lain.
5.
Pengamatan diri( self observation)
Pengamatan
diri sejajar dengan introspeksi, yaitu individu melakukan pengujian secara
objektif peroses – peroses kesadaran
sendiri atau mengadakan pengamatan terhadap tingkah laku, motif, ciri, sifat
sendiri, dan setrusnya untuk mendapatkan pemahaman mengenai diri sendiri yang
semakin dalam.
5.
Sumber koping
Menurut
Wiscar dan Sandra Sumber koping terdiri menjadi 2 faktor. Faktor dari dalam
(internal) dan faktor dari luar (eksternal).
1.
Faktor dari dalam meliputi : umur dimana semakin tinggi umur koping individu
semakin baik, kesehatan dan energi , system kepercayaan termasuk kepercayan
ekstensial (iman, kepercayaan, agama) komitmen atau tujuan hidup, pengalaman
masa lalu, tingkat pengetahuan atau pendidikan semakin tinggi individu mudah
untuk mencari informasi, jenis kelamin perempuan lebih sensitive dari
laki-laki, perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran,
keterampilan, pemecahan masalah. Teknik pertahanan, motivasi
2.
Faktor dari luar meliputi: dukungan sosial, sumber material atau pekerjaan,
pengaruh dari orang lain, media massa. Dukungan sosial sebagai rasa memiliki
informasi terhadap seseorang atu lebih dengan tiga ktegori yaitu dukungan emosi
dimana seseorang merasa dicintai, dukungan harga diri dimana mendapat pengakuan
dari orang lain akan kemampuan yang dimiliki, perasaan memiliki dalam sebuah
kelompok.
6.
Penggolongan mekanisme koping
Mekanisme
koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen,
1995), yaitu:
a.
Mekanisme Koping Adaptif
Mekanisme
koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan.
b.
Mekanisme Koping Maladaptif
Mekanisme
koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Menurut
Stuart & Sudden rentang mekanime koping digambarkan sebagai berikut: Sekema Mekanisme Koping
Jadi
karakteristik mekanisme koping adalah sebagai berikut:
a.Adaptif,
jika memenuhi keriteria sebagai berikut:
1.Masih
mengontrol emosi pada dirinya dengan cara berbicara pada orang lain
2.Melakukan
aktifitas yang kontruktif
3.Memiliki
persepsi yang luas
4.Dapat
menerima dukungan dari orang lain
5.Dapat
memecahkan masalah secara efektif
b.Maladaptif
1.Perilaku
cenderung merusak
2.Melakukan
aktifitas yang kurang sehat seperti obat-obatan dan alkohol.
3.Tidak
mampu berfikir apa-apa atudisorientasi
4.Perilaku
cenderung menghindar atau menarik diri
5.Tidak
mampu menyelesaikan masalah. (Stuart & Sudden, 2008)
7.
Strategi koping
Para
ahli menggolongkan dua strategi koping yang biasanya di gunakan oleh individu:
1.
Problem-solving focused coping
Dimana
individu secara aktif mencari penyelesaian masalah untuk menghilangkan kondisi
atau situasi yang menimbulkan stress.
2.
Emotion-focused coping
Dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangaka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan di timbulkan suatu kondisi dari suatu
tekanan.
8.
Faktor yang mempengaruhi koping
Cara
individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya
individu, yaitu:
1.
Kesehatan fisik
Merupakan
hal yang penting karena dalam hal mengatasi stress individu dituntut
menggunakan energy yang lebih besar.
2.
Keyakinan atau pandangan positif
Keyakinan
menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting yang akan mengarahkan
individu pada ketidak berdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.
3.
Keterampilan memecahkan masalah
Ketrampilan
ini meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,
mengidentifikasi masalah, dengan tujuan untuk alternative tindakan.
4.
Keterampilan sosial
Keterampilan
ini meliputi kemampuan berkomunikasi dan bertingkah laku sesuai norma sosial di
masyarakat
5.
Dukungan sosial
Dukungan
ini meliputi pemenuhan kebutuhan informasi dan emosional serta pengaruh dari
orang lain( teman, keluarga, guru, petugas kesehatan, dll)
6.
Materi atau Pekerjaan
Lingkungan
pekerjaan dapat menjadikan sesorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik
secara langsung maupun tidak langsung.
7.
Umur
Umur
mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah umur akan
semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan
yang diperoleh semakin membaik
8.
Jenis kelamin
Bahwa
jenis kelamin adalah faktor penting dalam perkembangan koping seseorang.
9.
Pendidikan
Bimbingan
yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah
cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan
untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pada umumnya makin tinggi
pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.(ahyarwahyudi,2010)
9.
Metode koping
Ada
dua metode koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah
psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell, 1977 yang di kutip Rasmun, dua
metode tersebu antara lain:
1.
Metode koping jangka panjang, cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara
efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis dalam kurun waktu yang
lama.
Contohnya
adalah:
1.
Berbicara
dengan orang lain”curhat” (curah pendapat dari hati ke hati) dengan teman,
keluarga, atau profesi tentang masalah yang di hadapi.
2.
Mencoba
mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang di hadapi.
3.
Menghubungkan
situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supranatural.
4.
Melakukan
latihan fisik untuk mengurangi ketegangan atau masalah.
5.
Membuat
berbagai alternatif tindakan atau untuk mengurangi situasi
6.
Mengambil
pelajaran dan peristiwa atau pengalaman masa lalu.
2.
Metode jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stress atau
ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak
efektif untuk di gunakan dalam jangka panjang.
Contohnya
adalah:
1.
Menggunakan
alcohol atau obat
2.
Melamun
atau fantasi
3.
Mencoba
melihat asoek humor dari situasi yang tidak menyenangkan
4.
Tidak
ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil.
5.
Banyak
tidur
6.
Banyak
merokok
7.
Menangis
8.
Beralih
pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah. (Rasmun,2004)
10.
Tipe Skala Pengukuran Koping
Skala
pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan
panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur, sehingga alat ukur
tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan menghasilkan data kuantitatif
(Sugiyono, 2010).
Berbagai
skala koping yang dapat digunakan untuk penelitian Administrasi, pendidikan dan
sosial antara lain adalah:
1.Skala
likert
Skala
likert di gunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini
telah di tetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut
sebagai variabel penelitian. Dengan skal
likert, maka variabel yang akan di ukur di jabarkan menjadi indicator variabel.
Kemudian indicator tersebut di jadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
instrument yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
Jawaban
setiap instrument yang menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari sangat
positif samapai sangat negative, yang dapat berupa kata-kata antara lain:
a.Sangat
setuju a.
Selalu
b.Setuju b. Sering
c.Ragu-
ragu c.
Kadang-kadang
d.Tidak
setuju d.
Tidak pernah
e.Sangat
tidak setuju
a.Sangat
positif a.
Sangat baik
b.Positif b.
Baik
c.Negatif c.
Tidak baik
d.Sangat
negative d.
Sangat tidak baik
Untuk
keperluan analisis kuantitatif, maka jawaban itu dapat di beri skor, misalnya:
1.Setuju/
Selalu/ Sangat positif diberi skor 5
2.Setuju
/ Sering / positif diberi skor 4
3.Ragu-ragu/
Kadang-kadang/ Netral di beri skor 3
4.Tidak
setuju/ Hampir tidak pernah/ Negatif di beri skor 2
5.Sangat
tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 1
Pernyataan
negatif
1.Setuju
/ Selalu / Sangat positif diberi skor 1
2.Setuju
/ Sering / Positif di beri skor 2
3.Ragu-ragu
/ Kadang-kadang / Netral di beri skor 3
4.Tidak
setuju/ Hampir tidak pernah/ negative di beri skor 4
5.Sangat
tidak setuju/ Tidak pernah di beri skor 5
Tingkatan
koping dinilai dari hasil jawaban kuesioner dengan Model Skala Likert yang
dikategorikan menjadi koping positif atau adaptif dan negatif atau maladaptif.
Agar perbandingan itu mempunyai arti, haruslah dinyatakan dalam satuan deviasi
standar kelompok itu sendiri yang berarti harus mengubah skor individual
menjadi skor standar. Salah satu skor standar yang biasanya digunakan dalam
skala model likert adalah skor T, yaitu :
Keterangan
:
Skor
responden pada skala koping yang hendak diubah menjadi skor T
= Mean skor kelompok
s
= Deviasi standar skor kelompok
Untuk
mengetahui koping responden relatif lebih positif atau adaptif bila nilai T > mean T sedangkan pada
koping relatif negatif atau maladaptif bila T≤ mean T, yaitu kopinf
adaptif jika T skor > 50, koping
maladaptif jika T skor ≤ 50 (Azwar, 2011).
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Ahyarwahyudi.2010.
Konsep Diri dan Mekanisme Koping dalam Proses
Keperawatan.Wordpress.com(Online)(diaksespadatang11 februari2010)
2.
Alimul,
H. aziz. 2007. Riset Keperawatan & Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta :
Salemba Medika.
3.
Arikunto,
Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
4.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitain Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
5.
Depkes
RI. 2007. Buku Pedoman Nasional Pengendalian Penyakit Kusta. Jakarta: Bhakti
Husada.
6.
Djuanda,
Adhi. 2008 (Ed. 5. Cet. 3). Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: Penerbit
FK Universitas Indonesia
7.
Gail
W. Stuart. 2006. (Ed. 5.Cet 1). Buku Saku Keperawatan jiwa. Jakarta : EGC
8.
Harahap,
Marwali. 2000. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Penerbit Hipokrates
9.
Jajeli,
Rois. 2012. Jatim Peringkat Pertama Jumlah Penderita Kusta di Indonesia,
(Online), http://surabaya.detik.com (diakses: tanggal 6 April 2012)
10.
Notoadmojo,
Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
11.
Nursalam.
2008. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika.
12.
Nursalam.
2011. (Edisi 2). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.
Jakarta: Salemba Medika
13.
Potter,
Patricia A.; Perry, Anne Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan:
konsep, proses, dan praktik. Jakarta: Penerbit EGC
14.
Rasmun,
2004. Stres, Koping dan Adaptasi, Sagung Seto, Jakarta.
15.
Siswanto.2004
Kesehatan Mental, konsep, cakupan dan perkembangannya. CV. Andi Offeset,
Yogyakarta
16.
Sugiono.
2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif. dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
17.
Syahrial.
2010. Chapter I, (Online), http://repository.usu.ac.idf (diakses: 29 April
2012)
18.
W.F.Maramis.
2005. Ilmu Kedokteran Jiwa. Airlangga University Press: Surabaya
19.
Zulkifli.
2003. Penyakit Kusta dan Masalah yang Ditimbulkannya. Sumatra Utara: Fakultas
Kesehatan Masyarakat. Universitas Sumatera Utara, (Online)
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-zulkifli2.pdf (diakses : tanggal 10
April 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar