Senin, 14 Oktober 2013

HUBUNGAN KELUARGA DENGAN KESEHATAN

Dr. Suparyanto, M.Kes


HUBUNGAN KELUARGA DENGAN KESEHATAN

3.1 Hubungan Keluarga Dengan Kesehatan
Dewasa ini pembangunan di bidang kesehatan telah mengalami perkembangan yang begitu pesat, serta kesehatan sudah menjadi sebuah hal yang harus diutamakan dibandingkan dengan kebutuhan lainnya. Melihat kondisi yang demikian sudah seharusnya bukan hanya tenaga kesehatan saja yang menjadi penanggung jawab kesehatan, tetapi kesehatan merupakan tanggung jawab semua masyarakat. Siapapun masyarakat tersebut secara individu atau kelompok mempunyai tanggung jawab yang sama besarnya dengan tenaga kesehatan terhadap upaya yang menciptakan terwujudnya kesehatan masyarakat itu sendiri.
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat. Ini berarti keluarga merupakan kelompok yang secara langsung berhadapan dengan anggota keluarga selama 24 jam penuh. Menurut Mubarok (2007) peran keluarga adalah mampu mengenal masalah kesehatan, mampu membuat keputusan tindakan, mampu melakukan perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mampu memodifikasi lingkungan rumah, dan mampu memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, keluarga mempunyai peran dan tugas di bidang kesehatan yang perlu dipahami dan dilakukan yang meliputi:

a.    Mengenal Masalah Kesehatan 
Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan karena tanpa kesehatan segala sesuatu tidak berarti dan karena kesehatanlah seluruh kekuatan sumber daya dan dana keluarga habis. Orang tua perlu mengenal keadaan sehat dan perubahan-perubahan yang dialami anggita keluarganya. Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian dari orang tua atau pengambil keputusan dalam keluarga (suprajitno, 2004). Menurut Notoadmojo (2003) diartikan sebagai pengingat sesuatu yang sudah dipelajari atau diketahui sebelumnya. Sesuatu tersebut adalah sesuatu spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Dalam mengenal masalah kesehatan keluarga haruslah mampu mengetahui tentang sakit yang dialami pasien.

b.    Memutuskan Tindakan Yang Tepat Bagi Keluarga
Peran ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan yang sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara keluarga yag mempunyai keputusan untuk memutuskan tindakan yang tepat (Suprajitno, 2004). Friedman, 1998 menyatakan kontak keluarga dengan system akan melibatkan lembaga kesehatan professional ataupun praktisi local (dukun) dan sangat bergantung pada :
1)    Apakah masalah dirasakan oleh keluarga?
2)    Apakah kepala keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dihadapi salah satu anggota keluarga?
3)    Apakah kepala keluarga takut akibat akibat terapi yang dialakukan terhadap salah satu angghota keluargaya?
4)    Apakah kepala keluarga percaya terhadap petugas kesehatan?
5)    Apakah keluarga mempunyai kemampuan untuk mampu menjangkau fasilitas kesehatan?

c.    Memberikan Perawatan Terhadap Keluarga Yang Sakit
Beberapa keluarga akan membebaskan orang yang sakit dari peran atau tanggung jawabnya secara penuh. Pemberian perawatan secara fisik merupakan beban yang paling berat yang dirasakan keluarga (Friedman 1998). Suprajitno (2004) menyatakan bahwa keluarga memiliki keterbatasan dalam mengatasi masalah perawatan keluarga. Dirumah keluarga memiliki kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama. Untuk mengetahui dapat dikaji:
1)    Apakah keluarga aktif dalam ikut merawat pasien?
2)    Bagaimana keluarga mencari pertolongan dan mengerti tentang perawatan yang diperlukan pasien?
3)    Bagaiman sikap keluarga terhadap pasien? (aktif mencari informasi tentang perawatan terhadap pasien).

d.    Memodifikasi Lingkungan Keluarga Untuk Menjamin Kesehatan Keluarga
1)    Pengetahuan keluarga tentang sumber yang dimiliki sekitar lingkungan rumah
2)    Pengetahuan tentang pentingnya sanitasi lingkungan dan manfaatnya
3)    Kebersamaan dalam meningkatkan dan memelihara lingkungan rumah yang menunjang kesehatan

e.    Menggunakan Pelayanan Kesehatan
Menurut Effendy (1998), pada keluarga tertentu bila ada aggota keluarga yang sakit jarang dibawa ke puskesmas tapi ke mantra atau dukun. Untuk mengetahui kemampuan keluarga dalam menfaatkan sarana kesehatan perludikaji tentang:
1)    Pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan yang dapat dijangkau keluarga
2)    Keuntungan dari adanya fasilitas kesehatan
3)    Kepercayaan keluarga terhadap fasilitas kesehatan yang ada
4)    A[akah fasilitas kesehatan dapat terjangkau oleh keluarga
Tenaga kesehatan dapat menjadi hambatan dalam usaha keluarga dalam memanfaatkan fasilitas kesehatn yang ada. Hambatan yang dapat muncul terutama komunikasi (bahasa) yang kurang dimengerti oleh petugas kesehatan. Pengalamn yang kurang menyenangkan dari keluarga ketika berhadapan denga petugas kesehatan. 

3.1.2  Tujuan Perawatan Kesehatan Kelaurga
Tujuan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga:
Tujuan umum :
Untuk meningktakan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan keluarga mereka sehigga dapat meningkatkan status kesehatan keluarga.
Tujuan Khusus :
a.       Meningkatka kemampuan keluarga dlam mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.
b.      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.
c.       Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga.
d.      Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap anggita keluarga yang sakit dan dalam megatasi masalah kesehatan anggota keluarga.
e.       Meningkatkan produktifitas kelaurga dalam meningkatkan mutu hidupnya.

3.1.3 Hambatan-Hambatan yang Sering Dihadapi dalam   Memecahkan Masalah Kesehatan Keluarga
Hambatan yang paling besar dihadapi perawat dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah:
                                 1.            Hambatan dari keluarga
      1. Pendidikan keluarga yang rendah
      2. Keterbatasan sumber-sumber daya keluarga (keuangan, sarana dan prasarana)
      3. Kebiasaan-kebiasaan yang melekat
      4. Sosial budaya yang menunjang

2.      Hambatan dari perawat
a.    Sarana dan prasarana yang tidak menunjang dan mencukupi, seperti: phn kit, transportasi
b.    Kondisi alam (geografi yang sulit)
c.    Kesulitan dalam berkomunikasi (bahasa)
d.    Keterbatasannya pengetahuan perawat tentang kultur keluarga

3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Derajat Kesehatan
Menurut Hendrick L. Blumm, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat, yaitu:
a)    Faktor Perilaku,
b)    Lingkungan,
c)    Keturunan
d)     Pelayanan Kesehatan.
Dari ke 4 faktor di atas ternyata pengaruh perilaku cukup besar diikuti oleh pengaruh faktor lingkungan, pelayanan kesehatan dan keturunan. Ke empat faktor di atas sangat berkaitan dan saling mempengaruhi.
Perilaku yang sehat akan menunjang meningkatnya derajat kesehatan, hal ini dapat dilihat dari banyaknya penyakit berbasis perilaku dan gaya hidup. Kebiasaan pola makan yang sehat dapat menghindarkan diri kita dari banyak penyakit, diantaranya penyakit jantung, darah tinggi, stroke, kegemukan, diabetes mellitus dan lain-lain. Perilaku atau kebiasaan mencuci tangan sebelum  makan juga dapat menghindarkan kita dari penyakit saluran cerna.
Lingkungan yang mendukung gaya hidup bersih juga berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Dalam kehidupan disekitar kita dapat kita rasakan, daerah yang kumuh dan tidak dirawat biasanya banyak penduduknya yang mengidap penyakit sperti gatal-gatal, infeksi saluran saluran pernafasan, dan infeksi saluran pencernaan. Penyakit Demam Berdarah juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan tidak bersih, banyaknya tempat penampungan air yang tidak pernah dibersihkan menyebabkan perkembangkan nyamuk aedes aegypti penyebab demam berdarah meningkat. Hal ini menyebabkan penduduk di sekitar memiliki risiko tergigit nyamuk dan tertular demam berdarah.
Banyak penyakit-penyakit yang dapat dicegah, namun sebagian penyakit tidak dapat dihindari, seprti penyakit akibat dari bawaan atau keturunan. Semakin besar penduduk yang memiliki risiko penyakit bawaan akan semakin sulit upaya meingkatkan derajat kesehatan. Oleh karena itu perlu adanya konseling perkawinan yang baik untuk menghindari penyakit bawaan yang sebenarnya dapat dicegah munculnya. Akhir-akhir ini teknologi kesehatan dan kedokteran semakin maju. Teknologi dan kemampuan tenaga ahli harus diarahkan untuk meningkatkan upaya mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Ketersediaan fasilitas dengan mutu pelayanan yang baik akan mempercepat perwujudan derajat kesehatan masyarakat. Dengan menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan yang bermutu secara merata dan terjangkau akan meningkatkan akses masyarakat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Ketesediaan fasilitas tentunya harus ditopang dengan tersedianya tenaga kesehatan yang merata dan cukup jumlahnya serta memiliki kompetensi di bidangnya.
Saat ini pemerintah telah berusaha memenuhi 3 aspek yang sangat terkait dengan upaya pelayanan kesehatan, yaitu upaya memenuhi ketersediaan tasilitas pelayanan kesehatan dengan membangun Puskesmas, Polindes, Pustu dan jejaring lainnya. Pelayanan rujukan juga ditingkatkan dengan munculnya rumah sakit-rumah sakit baru di setiap kabupaten/kota.
Ke empat faktor yang mempengaruhi kesehatan di atas tidak dapat berdiri sendiri, namun saling berpengaruh. Oleh karena itu upaya pembangunan harus dilaksanakan secara simultan dan saling mendukung. Upaya kesehatan yang dilaksanakan harus bersifat komperhensif, hal ini berarti bahwa upaya kesehatan harus mencakup upaya preventif/promotif, kuratif dan rehabilitatif.
Dengan berbagai upaya di atas, diharapkan peran pemerintah sebagai pembuat regulasi, dan pelaksana pembangunan dapat dilaksanakan. Dengan menerapkan pelayanan kesehatan 24 Jam untuk masyarakat dengan penuh ikhlas dan tangggung jawab, diusahakan jangan sampai menghilangkan culture atau budaya bangsa Indonesia dimana mahluk hidup saling membutuhkan satu sama lain.

3.3   Strategi Pendekatan Kesehatan Keluaarga.
A. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Kontek (Family as Context)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai kontek, yakni :
- Individu ditempatkan pada fokus pertama sedangkan keluarga yang   kedua
- Fokus pelayanan keperawatan: individu.
- Individu atau anggota keluarga akan dikaji dan diintervensi.
- Keluarga akan dilibatkan dalam berbagai kesempatan.

B. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Klien (Family as Client)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai klien, yakni:
- Perhatian utama pada keluarga sedangkan individu kedua
- Keluarga dilihat sebagai penjumlahan dari individu-individu anggota keluarga
- Perhatian dikonsentrasikan bagaimana kesehatan individu berdampak pada keluarga secara keseluruhan

C. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Sistem (Family as System)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai sistem, yakni:
- Fokus pada keluarga sebagai klien dan keluarga adalah sistem yang berinteraksi
- Pendekatan pada individu sebagai anggota keluarga dan keluarga secara bersamaan
- Interaksi antara anggota keluarga menjadi target intervensi keperawatan (seperti: hubungan orang tua dan anak, antara hirarki orang tua)

D. Strategi Pendekatan Kesehatan Keluarga Sebagai Komponen Sosial (Family as Component of Society)
Berikut ini merupakan relasional yang menunjang terhadap kesinambungan pelayanan kesehatan dengan keluarga sebagai komponen sosial, yakni:
- Keluarga dilihat sebagai sebuah institusi sosial, pendidikan, spiritual, ekonomi, dan kesehatan.
- Kelurga adalah unit utama dan kumpulan keluarga akan membentuk sistem yang lebih besar yaitu masyarakat
- Keluarga berinteraksi dengan institusi lain untuk menerima, bertukar dan saling memberi layanan.

E.  Lima Pendekatan Promkes  ( Similarly, Ewles dan Simnett (1999) ):
1.    Pendekatan medis (preventif)
Pendekatan ini dikonsepkan pada keberadaan penyakit. Hal ini digunakan untuk mencegah penyakit dan kematian           imunisasi
Kegiatan melalui kampanye media dan edukasi
Fokus : individu membuat keputusan untuk tetap sehat dengan mencegah penyakit



2.    Pendekatan Perilaku
Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mengadopsi perilaku kesehatan yang yang digunakan dalam pemeliharaan kesehatan.
Pendekatan ini membuat masyarakat bebas membuat pilihan tentang perubahan perilaku yang berhubungan dengan kesehatan.
Kegiatan : komunikasi dan konseling

3.    Pendekatan edukasi
Pendekatan ini memfasilitasi proses belajar melalui dialog dan diskusi dengan mengintegrasikan kehidupan dengan model pendidikan
Taktik yang digunakan ialah : Health Education Authority (HEA), seperti meningkatkan kepedulian resiko merokok pada ibu hamil.

4.    Pendekatan perubahan sosial
Pendekatan ini harus menjamin bahwa sehat lebih mudah dicapai dan mendukung perhatian kesehatan untuk semua.
Fokus tidak merubah perilaku individu tetapi pada pengaruh positif kesehatan masyarakat.

5.    Pendekatan berpusat pada klien
Pendekatan ini berdasar pada hubungan seimbang antara profesi kesehatan dengan klien
Profesi kesehatan memberi bimbingan, dukungan dan dorongan agar klien dapat membuat pilihan

DAFTAR PUSTAKA
  1. Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC.
  2. Ekasari, Mia Fatma, dkk. 2008. Keperawatan Komunitas Upaya Memandirikan Masyarakat untuk Hidup Sehat. Jakarta: Trans Info Media.
  3. Go Nursing. 2008.  Keperawatan Keluarga Sebuah Pengantar. http://ilmukeperawatan.wordpress.com/2008/04/07/keperawatan-keluarga-sebuah-pengantar/. 09-10-2010.
  4. Slamet, Juli Soemirat. 2002. Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
  5. Friedman, M. M. (1998). Keperawatan Keluarga Teori dan Praktek.(Family nursing teori and practice). Edisi 3. Alih bahasa Ina debora R. L. Jakarta: EGC
  6.  (http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3747/1/fkm-juanita5.pdf)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar