Selasa, 15 Oktober 2013

SEKILAS TENTANG TRAUMA KEHAMILAN

Dr. Suparyanto, M.Kes


SEKILAS TENTANG TRAUMA KEHAMILAN

TRAUMA PADA KEHAMILAN

1.1      DEFINISI

Trauma adalah tekanan / perlukaan yang ditimbulkan baik oleh benda tajam maupun benda tumpul yang dapat mencederai janin maupun ibu itu sendiri.yang dapat berdampak pada trauma secara fisik ataupun psikis.
Trauma, pembunuhan,dan kekerasan serupa merupakan penyebab tersering terjadinya kematian pada wanita dengan kehamilan muda.
Menurut American College of Obstetricans and Gynecologist
(1998), 1 dari 12 kehamilan berkaitan dengan trauma fisik.Memang kematian terkait cedera merupakan kausa morbiditas ibuyang tersering dijumpai di Cook Country, New York City, Utah, dan North Carolina.
 Resiko yang mungkin muncul adalah sulosio plasenta (robek atapun lepasnya ikatan tali pusat janin dari bagian dinding rahim) dan terjad itercemarnya darah ibu oleh darah anak yang berbeda rhesus serta cairan kandungan yang masuk ke aliran darah ibu (emboli cairan amnion).Pada 3 bulan terakhir kehamilan, justru dinding rahim makin tipis dan posisi kandungan makinmenonjol ke permukaan dinding perut. Hal ini lebih memberikan resiko pada janin untuk terkenacedera langsung, baik karena trauma tumpul atau pun luka tusuk. Di samping itu kandunganyang semakin membesar akan menyebabkan tekanan atau hambatan pada aliran darah balik melalui vena besar di bawahnya (vena cava compression).Benturan yang terjadi pada dinding panggul ibu juga dapat menimbulkan perdarahan hebat berasal dari rusaknya struktur vaskuler rahim di dalamnya.
Beberapa perubahan fisiologis yang menyertai yang terkadang mengecohkan dan menyimpangkan interpretasi para tenaga medik, misalnya pada peningkatan cairan plasma,kenaikan komponen darah seperti leukosit dan menurunnya nilai hematokrit. Sehingga penunjukan nilai lab yang sudah mulai signifikan memberi arti sebetulnya sudah terjadi.
   a.Klasifikasi
   1.Trauma fisik
· Trauma minor
Merupakan trauma yang ringan yang terjadi pada kehamilan. Biasanya
disebabkan karena jatuh, pukulan langsung ke perut dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Hal ini menyebabkan memar, laserasi dan konstusio.
· Trauma mayor
Trauma sedang sampai dengan berat. Lebih sering menyebabkan kritis pada
kehamilan. Dampaknya dapat berupa patah pada tulang rusuk, patah tulang
panggul. Bahkan tidak jarang ibu hamil datang ke UGD sudah dalam kondisi
yang kritis.
 ­-Tipe trauma fisik pada kehamilan muda:
·     Cidera tumpul ( blunt trauma )
·     Pemerkosaan atau kekerasan seksual (sexual assault )
·     Luka tusuk ( penetrating injuries )
·     Burns ( luka bakar )
   2.Trauma Psikis
Trauma psikis sangat mungkin terjadi dialami pada masa awal kehamilan karena masa awal kehamilan merupakan masa yang rentan terjadinya tingkat kestresan yang tinggi yang di pengaruhi beberapa faktor yaitu perubahan hormonal,perubahan fisik ibu hamil yang butuh penyesuaian diri. Adapun trauma psikis tersebut adalah berupa kecemasan, kegusaran, dan perasaan panik  yang berlebihan.
2.10  ETIOLOGI
1. Etiologi Trauma fisik
·                 a .Adanya benturan keras
(1)  KDRT ( Kekerasan Dalam Rumah Tangga )
Saat terjadi pertengkaran atau perselisihan dalam rumah tangga, serinh kali ibu
hamil menjadi korban pukulan atau kekerasan yang mempunyai dampak pada kandungannya. Pemerkosaan atau kekerasan seksual yang kadangkala bisa saja terjadi.Contoh yang sering terjadi adalah pukulan langsung ke perut,maupun tidak sengaja terjatuh.
(2)  Kecelakaan kendaraan bermotor
Kecelakaan ini sering memberi dampak trauma pada kandungan ibu hamil
secara tidak sengaja dan hal ini bisa mengakibatkan dampak yang ringan maupun
berat. Dampak ringan dapat berupa memar, laserasi dan kontusio. Sedangkan dampak yang lebih berat berupa patah tulang panggul dan patah tulang rusuk.
(3)  Jatuh
(4)  Luka tembak/luka tusuk
b. Zat- zat kimia
(1). konsumsi obat-obatan yang dapat membahayakan janin khususnya usia kehamilan muda.misal obat cloramphenicol,diazepam,dll.
(2). Terkena atau tersiram air keras.dll

2       Etiologi Trauma Psikis

Faktor usia kehamilan

Semakin muda usia kehamilan ibu,semakin rawan pula terjadi trauma psikologis akibat belum matang nya kesiapan mental yang dapat mengganggu perkembangan janin dan ibu.misal pada ibu primigravida lebih mudah terjadi trauma daripada ibu multigravida yang sudah berpengalaman.

Faktor pola hidup

Wanita hamil yang memiliki pola hidup sehat,tidak merokok,bebas alkohol dan narkotika. akan lebih memiliki kematangan mental yang lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam kehamilan

Faktor Sosial Budaya

Hubungan intrapersonal yang baik dan dukungan yang cukup dari keluarga akan menghindarkan dari tekanan dan tingkat stress yang berlebihan yang memicu timbulnya trauma psikologis.

Faktor Ekonomi

Tingkat ekonomi yang rendah akan memiliki tingkat stressor yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki tingkat ekonomi berkecukupan,dan akan berdampak pada terjadinya minim terjadinya tingkat trauma psikologis.
Kondisi psikologis yang dialami ibu selama hamil, kemudian akan kembali mempengaruhi aktivitas fisiologis dalam dirinya. Suasana hati yang kelam dan emosi yang meledak-ledak dapat mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung, dan lain-lain. Trauma, stres, atau tekanan psikologis juga dapat memunculkan gejala fisik seperti letih, lesu, mudah marah, gelisah, pening, mual atau merasa malas.
2.11  TANDA GEJALA TRAUMA FISIK DAN PSIKIS IBU HAMIL
1.Tanda gejala Trauma Fisik
v  Adanya memar ,laserasi pada jaringan tubuh
v  Odeme,/pembengkakan daerah tertentu yang mengalami trauma/perlukaan.
v  Terjadi  perdarahan, pecahnya
ketuban, atau terjadinya kontraksi sebelum waktunya
.
v  Bisa saja terjadi syok neurologic,dan hipovolemic jika perdarahan tersebut tidak segera ditangani.
v  Patah tulang/ fraktur, patah pada tulang rusuk, patah tulang
panggul.
2.Tanda Gejala Trauma Psikis
a. Reaksi Cemas
Terjadinya  takut,Cemas dan panic berlebihan ibu hamil pada hal-hal yang wajar. terjadi di  trimester 1 dalam kurun waktu yang singkat tanpa sebab yang jelas.
v  Kecemasan baru terlihat apabila wanita tersebut mengungkapkanya karena gejala klinik yang ada,sangat tidak spesifik (tremor,berdebar-debar,kaku otot,gelisah,mudah lelah,insomnia)
v  Timbulnya gejala – gejala somatic akibat hiperaktifitas otonom (palpitasi,sesak nifas,rasa dingin di telapak tangan,berkeringat,pusing,rasa terganjal pada leher)
b. Reaksi Panik
v  Ditandai dengan rasa takut dan gelisah yang sangat hebat,terjadi dalam periode yang relative singkat dan tanpa sebab sebab jelas.
v  Pasien mengeluhkan nafas sesak,telinga berdenging,jantung berdebar,mata kabur,
v  Pemeriksaan fisik menunjukan gelisah dan ketakutan,muka pucat,pernapasan pendek,takhikardia.
c.Reaksi hipersensitif
v  Ibu hamil menjadi lebih peka perasaanya seperti mudah tersinggung,
v  Mudah terpancing emosi marah,dan menangis
v  Kadangkala ibu lebih memilih menyendiri/

2.12 PENGARUH/ DAMPAK PADA KEHAMILAN, PERSALINAN, DAN NIFAS
1)    Pengaruh Pada Kehamilan
a)    Trauma Fisik
v  Mengganggu Perkembaangan janin serta kesehatan ibu hamil
v  Memicu timbulnya Abortus pada Kehamilan
v  Memicu timbulnya perdarahan pada kehamilan
v  Menyebabkan timbulnya syock neurologic dan syok hipovolemic pada ibu hamil,sehingga sirkulasi makanan dan oksigen ke janin terhambat yang selanjutnya akan
mempengaruhi tumbuh kembang janin.
.
v  Menyebabkan cacat permanen pada ibu ataupun cacat congenital pada janin.

b)     Trauma Psikis
  Adapun pengaruh perasaan sedih dan frustasi yang berkepanjang n dan mengakibatkan depresi yang seringkali tidak hanya berdampak pada sakit secara mental namun dapat mengakibatkan sakit scara fisik karena terganggunya organ – organ tubuh tertentu.yaitu :
v  mempengaruhi detak jantung, tekanan darah, produksi adrenalin, aktivitas kelenjar keringat, sekresi asam lambung
yang tentunya memicu kerancauan system metabolisme yang akan berpengaruh pada perkembangan janin.
 Depresi yang berkepanjangan ini dapat memicu terjadinya komplikasi pada kehamilan muda antara lain:
v  Resiko Abortus
v  Resiko Hiperemesis gravidarum
v  Resiko Kelahiran Premature
2)     Pengaruh Pada Persalinan
a)    Trauma Fisik
v  Menyebabkan resiko  janin tidak bisa lahir per-vaginam(partus dengan bantuan/ secsio caesaria)
v  Memicu timbulnya abortus
v  Menyebabkan terjadinya persalinan pre-mature
v  Menyebabkan ketuban pecah dini
v  Meningkatkan resiko rupture uteri akibat trauma
v  Meningkatkan terjadinya perdarahan akibat trauma
v  Memicu terjadinya rupture uteri akibat trauma
v  Memicu terjadinya  inversio uteri/ prolapsus uteri
b)    Trauma Psikis
v  Stres dan cemas berlebihan akan menyebabkan kerja jantung lebih cepat dalam mempompa darah,sehingga menyebabkan  penyempitan pembuluh darah / vasokonstriksi vaskuler,dan hal ini menghambat pertukaran darah dan oksigen serta makanan dari ibu ke janin,sehingga terjadilah Fetal Distress.
v  Menyebabkan terjadinya distosia power pada proses persalinan akibat minimnya motivasi ibu akibat trauma psikis tersebut
v  Akibat distosia power tersebut memicu timbulnya prolonged phase pada persalinan.
3)     Pengaruh Pada Masa Nifas
a)    Trauma Fisik
v  Trauma secara fisik pada masa nifas akan menyebabkan HPP/ Hemoraggic Post partum akibat trauma yang terjadi
v  Karena timbul perdarahan maka resiko terjadinya syok hipovolemik dan syok neurologic pada post-partum meningkat
v  Akan memicu terjadinya rupture uteri
v  Memicu terjadinya inversio plasenta / prolapsus uteri akibat trauma
v  Memicu terjadinya infeksi/sepsis puerpurium
b)    Trauma Psikis
v  Akibat stress dan kecemasan akan menekan hipofisis sehingga kadar FSH dan LH meningkat sedangkan kadar prolaktin terhambat,sehingga berdampak pada produksi ASI yang menurun./tidak keluar
v  Stres dan cemas dan berlebihan juga akan berdampak pada sikap ibu terhadap bayi yang acuh tak acuh sehingga bayi akan kurang terawatt,dan bounding attachment tidak tercapai dengan baik
v  Bayi akan kekurangan kasih sayang dan perhatian sehingga jika terus-terusan tumbuh dalam kondisi demikian akan menhgambat perkembangan mental bayi
v  . Karena menurun nya produksi ASI pada ibu,sehingga terpaksa bayi diberi MP-ASI yang seringkali menimbulkan alergi/imunitas rendah.

2.13  CARA DIAGNOSIS
     1. Trauma Fisik
a) Dengan cara pemeriksaan Fisik secara umum (inspeksi,palpasi,perkusi,auskultasi)
untuk menentukan sejauh mana cidera/ trauma fisik yang di alami oleh ibu hamil,apakah ada ada kelainan pada janin ataupun organ-organ tubuh ibu.apakah ada fraktur,combusio,laserasi ataukah bahkan haemaptome.namun harus diteruskan dengan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan dengan bantuan alat agar lebih jelas dalam menegakan diagnosis.

b). Pemeriksaan diagnostik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk deteksi dini akibat trauma
kehamilan, yaitu antara lain :
a)· USG / Ultrasonography
Ultrasonography selama ini dikenal masyarakat sebagai alat kedokteran untuk
memeriksa kehamilan. Dengan menggunakan gelombang suara, USG mampu
memperlihatkan kondisi janin selama dalam kandungan, apakah memiliki
pertumbuhan normal ataukah abnormal, termasuk juga untuk mengetahui jenis
kelaminnya.
Melalui USG dokter menjadi lebih mudah untuk mempelajari bentuk
serta ukuran anatomis, gerak serta hubungan jaringan dengan sekitarnya. Dan sangat evektif untuk mengetauhi kondisi janin,apakah masih bisa dipertahankan atau tidak.
b)  DPL ( Diagnostic Peritoneal Lavage )
DPL ini dapat membantu menemukan adanya darah atau cairan pada rongga usus dalam rongga perut. Hasilnya dapat amat membantu. Tetapi DPL ini hanyalah alat diagnostik. Apabila ada suatu keraguan, lakukan Laparatomi ( gold standart ).
c)   Computed Tomography
CT scan adalah suatu prosedur yang digunakan untuk mendapatkan
gambaran dari berbagai sudut kecil dari tulang tengkorak dan otak
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk memperjelas adanya dugaan yang
kuat antara suatu kelainan.
d)  Ultrasonogram dan monitoring detak jantung janin/ Fetal Heart Rate
          Ultrasonogram obstetri dapat menunjukkan usia
kehamilan dan posisi janin serta plasentanya. Beberapa penelitian
menyatakan bahwa USG dan Fetal Heart Rate Monitoring adalah suatu
kombinasi paling efektif untuk mendeteksi komplikasi akibat trauma pada
ibu hamil.
     2)  TRAUMA PSIKIS
a)  Cara mendiagnosis / deteksi dini adanya trauma psikis pada kehamilan antara lain dengan wawancara / pengumpulan data melalui anamnesis dari data subyektif pasien ibu hamil,.seperti:
v  Adanya riwayat keturunan keluarga yang memiliki kelainan psikiatri
v  Adanya problem psikologis yang pernah dialami: antara lain misalnya  keluarga yang broken home,konflik dengan keluarga saat pernikahan
v  Adanya Riwayat Reproduksi yang kurang baik :riwayat abortus berulang,riwayat kematian janin,riwayat infertilitas,riwayat kelainan congenital.dlL




2.14   MANAJEMEN /PENANGANAN  pada KEHAMILAN,PERSALINAN,dan NIFAS
1) Trauma Fisik
a) Prinsip – prinsip tata cara pertolongan terhadap ibu hamil yang mengalami
trauma tidak berbeda dengan wanita tanpa kehamilan. Yakni dengan selalu
mensurvei ABC,
v  Airway ( jalan nafas ) mendahulukan penyelesaian masalah di
jalan nafas
v  .Breathing ( pernafasan ) karena disini letak atau posisi diafragma
berada lebih atas daripada wanita yang tidak hamil.
v  Serta Circulation ( sirkulasi
atau aliran darah ibu ) jangan sampai menghambat vena cava, posisikan untuk
miring atau fowler.
v  Juga yang perlu diwaspadai ialah kontrol adanya problem
perdarahan, karena memang perdarahan merupakan angka kematian tertinggi untuk
kasus trauma pada wanita hamil.jika ada perdarahan kita sebagai tenaga kesehatan harus tanggap untuk segera memasang infuse RL grojok,dan siapkan tranfusi set untuk persiapan tranfusi darah jika sewaktu-waktu dibutuhkan.serta yang tidak kalah pentingnya adalah oksigenasi set.
v  Patokannya adalah dengan melakukan resusistasi atau menstabilkan kondisi si ibu seoptimal mungkin. Hal tersebut sudah akan menambah jaminan keselamatan janin dalam kandungan.
v   Evaluasi pengaruh trauma terhadap keadaaan janin salah satunya bisa diketahui dengan memonitor denyut nadi janin.
v   Begitu juga perlu perhatian sungguh – sunggguh terhadap kondisi janin jika si ibu mengalami kasus seperti perdarahan per vaginal, solusio plasenta, nyeri yang tiba – tiba di bagian bawah perut, nyeri yang hebat di seluruh perut sebagai tanda terjadinya robekan lapisan rahim serta kejang – kejang yang disertai dengan hipertensi sebagai tanda –tanda terjadi eklamsia.
2.    TRAUMA PSIKIS
a.    Masa Kehamilan
Pada masa antenatal seleksi pasien dengan riwayat gangguan psikologik harus dilakukan. Perhatikan pada pasien yang hamil dengan riwayat gangguan psikis saat hamil dan persalianan / nifas sebelumnya, karena kecendurungan gangguana psikis yang lebih berat sangat tinggi. Dibutuhkan suatu komunikasi baik antara tenaga kesehatan dengan pasien untuk kemudian dapat memberikan saran dan psikoterapi yang  memada. Beberapa langkah dalam mengenali, mencegah, dan mengobati kalainan psikis pada saat antenatal antara lain:
·         Buatlah suatau perencanaan bersama untuk mengenali kelainan psikis pada ibu hamil. Dengan menyadari adanya kelainan psikis ini, seluruh personil dapat memberikan terapi awal.
·         Berikan penjelasan tentang tahap – tahap persalinan / nifas pada keluarganya.
·         Dengarkan dan berilah tanggapan apabila pasien menyataka keluhannya. Lakukan pemeriksaan secara cermat. Apabila diperlukan, periksalah pelengkap diagnostik dengan laboratorium ataupun USG, foto rontgen, MRI, dan sebagainya untuk mendapatkan keyakinan dan kemantapan langkah – langkah kehamilan dan persalinan selanjutnya.
·         Ajaklah dan arahkan pasien dan keluarganya pada persiapan untuk mengahadapi kemungkinan – kemungkinan penyulit pada saat kehamilan dan persalinan sedemikian sehingga pasien atau keluarganya mempunya kepercayaan yang tinggi terhadap dokter / saran pelayanan yang ada. Informasi yang jelas dan terbuka disertai dengan komunikasi yang baik dengan suami dan keluarga ibu hamil tersbut akan merupakan dukungan yang sanagt berarti.
b.    Masa Persalinan
Keadaan emosional pada ibu bersalin sangat dipengaruhi oleh timbulnya rasa sakit dan tidak enak selama persalinan berlangsung, apalagi pada ibu hamil tersebut baru pertama kali melahirkan dan pertama kali merawat dirumah sakit. Untuk itu, alangkah baiknya bila ibu hamil tersebut sudah mengenal lebih baik keadaan ruang bersalin/ ruamah sakit dari segi fasilitas pelayanannya maupun tenaga pelayanan yang ada. Usahakan agar ibu bersalin tersebut berada dalam suasana yang hangat dan femeliar walaupun berada di rumah sakit. Peran perawat yang empati pada ibu bersalin sangat berarti. Keluhan dan kebutuhan – kebutuhan yang timbul agar mendapatkan tanggapan yang baik. Penjelasan tentang kemajuan persalinan harus dikerjakan dengan baik agar ibu bersalain tidak jatuh dalam keadaan panik.
Peran suami yang sudah memahami proses persalunan bila berada di sdamping ibu yang sedang bersalin sangat membantu pemantapan ibu bersalin dalam menghdapai rasa sakit dan takut yang timbul.


c.    Masa Nifas
Perawatan nifas memerlukan pengawasan dan komunikasi dua arah. Hal ini akan membantu kenyamanan ibu nifas dalam memasuki era kehidupan baru sebagai ibu yang harus merawat dan menghidupi bayinya. Perawatan secara “ rooming in “ merupakan pilihan untuk perawatan nifas. Saran dan arahan dari petugas kepada ibu nifas hanya di kerjakan apabila ibu tersebut mengalami kesulitan dan menanya kepada petugas.
Pengawasan dan arahan petugas atau perawat harus slalu dilakukan dengan baik termasuk dalam memberi pelayanan tentang perawatan bayi dan cara laktasi yang benar.
Bila dalam pelayanan nifas semua pasien mendapatka perlakuan yang sama, maka akan menjadi suatu kompetisi dari ibu – ibu tersebut untuk menjalani perawatan nifas sebaik mungkin terutama dalam perawatn bayinya. Problema – problema yang timbul selama masa nifas akan di diskusikan diantara mereka untuk kemudian dinyatakan kepada petugas kesehatan apabila di perlukan. Secara tidak langsung ibu nifas akan mendapatkan rasa percaya diri di dalam perawatan dirinya ataupun bayinya sehingga pada saat pulang dari rumah sakit sudah dapat mengatasi beberapa problem yang  mungkin timbul.

2.15 PENCEGAHAN
1)    Trauma Fisik
a)    Bagi ibu-ibu yang sedang hamil, selain diharapkan senantiasa mengontrol kehamilannya secarateratur guna memantau perkembangan janinnya,
b)     juga mesti berhati-hati dalam keseharian jangansampai tubuh yang semakin berat dan tak seimbang itu mengalami cedera
c)    Mengurangi aktivitas dan kerja berat terutama pada usia kehamilan muda mengingat masih begitu rentan nya keaadaan janin.
d)    Mengurangi Bepergian jauh selama masa kehamilan terutama pada usia kehamilan muda ini untuk mencegah terjadinya kecelakaan atau cidera.

2)    Trauma Psikis
a). Carilah informasi seputar kehamilan, perubahan yang terjadi dalam diri ibu, dan hal-hal yang perlu dihindari agar janin tumbuh sehat. Pengetahuan atau informasi yang tepat akan membuat ibu merasa lebih yakin sekaligus bisa mengurangi rasa cemas yang sering muncul karena ketidaktahuan mengenai apa yang terjadi.
b). Bicarakanlah perubahan selama kehamilan dengan suami, sehingga ia juga tahu serta diharapkan bisa berempati dan mampu memberi dukungan psikologis yang dibutuhkan. Galilah perasaan yang dialami pasangan sehubungan dengan kehamilan ini. Carilah titik temu guna mengantisipasi perubahan yang bisa memunculkan masalah.
c). Periksakan kehamilan secara teratur. Cari informasi dari dokter atau bidan terpercaya mengenai kehamilan. Jangan lupa, ajaklah suami saat berkonsultasi ke dokter/bidan.
d). Pahami benar pengetahuan mengenai asupan makanan yang sehat bagi perkembangan janin. Hindarilah mengonsumsi bahan yang dapat membahayakan janin, seperti makanan yang mengandung zat-zat aditif, alkohol, rokok, atau obat-obatan yang tidak dianjurkan bagi ibu hamil. Jauhkan juga zat berbahaya seperti gas buang kendaraan yang mengandung timah hitam yang berbahaya bagi perkembangan kecerdasan.

DAFTAR PUSTAKA
  1. Prawirohardjo,S. 2009. Ilmu kebidanan. Yogyakarta YBPSP
  2. Varney, Helen 2007. Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC
  3. Boyle.M.2005.Kedaruratan Dalam Persalinan.Jakarta: EGC
  4. Suherni.2008.Perawatan Masa Nifas.Yogyakarta: Fitramaya
  5. Prawirohardjo,S. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta:PT Bina Pustaka
  6. joandvhi.blogspot.com. Makalah Trauma Kehamilan.www.joandvhi.blogspot .com.akses 01 oktober 2013
  7. Dep.Kes. RI. 2007. Kementrian kesehatan republik indonesia. www. depkes ri.go.id.akses 01 oktober 2013, http://www.g-excess.com/37420/gejala-dan-dampak-dari-hiperemesis-gravidarum
  8. Moechtar R. Pedarahan Antepartum. Dalam: Synopsis Obstetri, Obstetri Fisiologis dan Obstetri Patologis, Edisi II. Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998; 195

Tidak ada komentar:

Posting Komentar