Kamis, 23 Februari 2012

KONSEP ROKOK

Dr. Suparyanto, M.Kes


KONSEP ROKOK
1 Pengertian Rokok
Rokok adalah benda beracun yang memberi efek santai dan sugesti merasa lebih jantan (Organisasi, 2007). Rokok (tembakau) termasuk bahan atau zat adiktif sifatnya yaitu menimbulkan ketagihan dan kecanduan (Hawari, 2004). Perilaku merokok adalah aktivitas seseorang yang merupakan respons orang tersebut terhadap rangsangan dari luar yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok dan dapat diamati secara langsung.

2 Kandungan rokok
Asap akan muncul setiap kali bahan organik, seperti kayu atau daun terbakar dengan tidak sempurna. Begitu pula rokok yang terbakar pasti juga akan mengeluarkan asap. Asap utama adalah asap rokok yang terhisap langsung masuk ke paru-paru perokok lalu dihembuskan kembali. Asap sampingan adalah asap rokok yang dihasilkan oleh ujung rokok yang terbakar.
Setiap batang rokok mengandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia, 400 diantaranya beracun dan kira-kira 40 diantaranya bisa menyebabkan kanker ( Republika, 2007), diantaranya:
1.    Nikotin, adalah salah satu obat perangsang yang dapat merusak jantung dan sirkulasi darah, nikotin membuat pemakainya kecanduan. Nikotin merangsang otak supaya si perokok merasa cerdas pada awalnya, kemudian ia melemahkan kecerdasan otak.
2.    Tar, adalah cairan dan partikel-partikel kecil yang berasal dari asap rokok yang lengket bersama membentuk bahan yang berwarna hitam kecoklat-coklatan dan bau. Tar mengandung bahan kimia yang beracun, dapat merusak paru-paru dan menyebabkan kanker.
3.    Karbon monoksida (CO), mempunyai daya gabung atau afinitas dengan hemoglobin 220 kali lebih besar dari oksigen. Akibatnya, setiap gas CO di udara dengan cepat diambil oleh hemoglobin darah, sehingga jumlah hemoglobin yang tersedia untuk membawa oksigen pemberi hidup itu ke seluruh sistem jadi berkurang.
4.    Sianida, menghambat penggunaan oksigen di dalam sel.
5.    Benzopyrene, adalah bahan atau substansi yang terdapat di dalam tar dan mengendap di saluran udara: mulut, pangkal tenggorokan, cabang tenggorokan dan paru-paru, serta masih banyak lagi bahan kimia yang beracun berada pada sebatang rokok.

3 Faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merokok
1.    Pengaruh orang lain, terutama orang tua dan orang lain yang dikagumi seperti orang yang berada di iklan rokok. Meskipun anak-anak menyadari bahaya merokok, pengaruh orang tua perokok sangat kuat.
2.    Tekanan kelompok sebaya, supaya diterima di dalam kelompok, anak-anak belasan tahun sering merokok karena teman-temannya juga merokok.
3.    Keinginan untuk menyesuaikan diri, kebanyakan orang tidak suka berbeda dari orang lain, terutama pada orang  muda.
4.    Kedewasaan, merokok dianggap sebagai kebiasaan orang dewasa, jadi anak-anak belasan tahun mencoba membuktikan kedewasaan dan kebebasan mereka dengan merokok.
5.    Keinginan untuk mencoba, orang muda belasan tahun ingin mencoba sendiri, ingin bergembira dan melakukan sesuatu yang lain ( Hardinge dan Shryock, 2001).

4 Tipe perokok
1)      Perokok sangat berat, dia mengkonsumsi rokok lebih dari 31 batang perhari dan selang merokoknya lima menit setelah bangun pagi.
2)      Perokok berat, merokok sekitar 21-30 batang sehari dengan selang waktu sejak bangun pagi berkisar antara 6-30 menit.
3)      Perokok sedang, menghabiskan rokok 11-21 batang dengan selang waktu 31-60 menit setelah bagun pagi.
4)      Perokok ringan, menghabiskan rokok sekitar10 batang dengan selang waktu 60 menit dari bangun pagi.
Menurut Silvan Tomkins (dalam Al Bachri, 1991), sebagaimana dikutip Mu’tadin (2007) ada 4 tipe perilaku merokok berdasarkan Management of affect theory, keempat tipe tersebut adalah:
1)    Tipe perokok yang dipengaruhi oleh perasaan positif. Dengan merokok seseorang merasakan penambahan perasaan yang positif. Green (dalam Psychological Factor in Smoking, 1978) membedakan ada 3 sub tipe ini:
1.    Pleasure relaxation, perilaku merokok hanya untuk menambah atau meningkatkan kenikmatan yang sudah didapat, misalnya merokok setelah minum kopi atau makan.
2.    Simulation to pick them up, perilaku merokok hanya dilakukan sekedarnya untuk menyenangkan perasaan.
3.    Pleasure of handling the cigarette, kenikmatan yang diperoleh dengan memegang rokok. Sangat spesifik pada perokok pipa. Perokok pipa akan menghabiskan waktu untuk mengisi pipa dengan tembakau sedangkan untuk maghisapnya hanya dibutuhkan waktu beberapa menit.
2)    Perilaku merokok yang dipengaruhi oleh perasaan negatif.
 Banyak orang yang menggunakan rokok utuk mengurangi perasaan negatif, misalnya bila ia marah, cemas, gelisah, rokok dianggap sebagai penyelamat. Mereka menggunakan rokok bila perasaan tidak enak terjadi, sehigga terhindar dari perasaan yang lebih tidak enak.
3)    Perilaku merokok yang adiktif.
Oleh Green disebut sebagai psychological addiction. Mereka yang sudah adiksi, akan menambah dosis rokok yang digunakan setiap saat setelah efek dari rokok yang dihisapnya berkurang. Mereka umumnya akan pergi keluar rumah membeli rokok, walau tengah malam sekalipun, karena ia khawatir kalau rokok tidak tersedia setiap saat ia menginginkannya.
4)    Perilaku merokok yang sudah menjadi kebiasaan.
Mereka menggunakan rokok sama sekali bukan karena untuk mengedalikan perasaan mereka, tetapi karena benar-benar sudah menjadi kebiasaan yang rutin.Dapat dikatakan pada orang-orang tipe ini merokok sudah merupakan suatu perilaku yang bersifat otomatis, sering kali tanpa dipikirkan dan tanpa disadari. Ia menghidupkan api rokoknya bila rokok yang terdahulu telah benar-benar habis.

5 Tempat merokok juga mecerminkan pola perilaku perokok.
Berdasarkan tempat-tempat dimana seseorang menghisap rokok, maka dapat digolongkan atas:
1)  Merokok di tempat-tempat umum atau ruang publik:
1.    Kelompok homogen (sama-sama perokok), secara bergerombol mereka menikmati kebiasaannya. Umumnya mereka masih menghargai orang lain, karea itu mereka menempatkan diri di smoking area.
2.    Kelompok yang heterogen (merokok ditengah orang-orang lain yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit, dll). Mereka yang berani merokok di tempat tersebut, tergolong sebagai orang yang tidak berperasaan, kurang etis dan tidak mempunyai tata karma. Bertindak kurang terpuji dan kurang sopan, dan secara tersamar mereka tega menyebar racun kepda orang lain yang tidak bersalah.
2)  Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi:
1.    Di kantor atau di kamar tidur pribadi. Mereka yang memilih tempat-tempat seperti ini sebagai tempat merokok digolongkan kepada individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh dengan rasa gelisah dan mencekam.
2.    Di toilet, perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka berfantasi.

6 Bahaya merokok
         Terpapar asap rokok selama 8 jam sebanding dengan merokok langsung sebanyak 20 batang perhari. Konsekuensi dari merokok antara lain meningkatnya kejadian infeksi saluran nafas bagian atas, batuk, asma, sinusitis, penyakit kardiovaskular, kanker, mengganggu fertilitas, lahir kurang bulan, kematian maupun absen dari kerja atau sekolah. Anak atau kaum muda yang merokok, pertumbuha dan perkembangan parunya segera akan terpengaruh oleh asap rokok tersebut.
Efek dari rokok atau tembakau memberi stimulasi depresi ringan, gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor. Jika dibandingkan zat-zat adiktif lainnya rokok sangatlah rendah pengaruhnya, maka ketergantungan kepada rokok tidak begitu dianggap gawat (Roan,1979:33).
Perokok pasif dapat meningkatkan resiko penyakit kanker, paru-paru dan jantung koroner. Lebih dari itu menghisap asap rokok orang lain dapat memperburuk kondisi pengidap penyakit: angina, asma dan alergi akibat asap rokok.


DAFTAR PUSTAKA

Aditama, Tjandra Yoga. 2001. Masalah Rokok dan Penggulangannya. YP IDI
Ahsan, Abdillah. 2006. “Warta Demografi”, Profil Perokok dan Pengendalian Rokok di Indonesia, Tahun 36 No 3 2006

Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi V. Jakarta: Rineka Cipta.

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk kedokteran dan kesehatan masyarakat. Jakarta : EGC

Evania, Putri. 2011. Menguak Rahasia Otak Perempuan. Yogyakarta : Sinar Kejora

Gunawan, Arif. 2011. Remaja dan permasalahannya. Yogyakarta : Hanggar Kreator

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2009.Metode penelitian kebidanan dan teknik analisa data.Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008.Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta : Salemba Medika

Hurlock, Elizabeth B. 2004. Psikologis Perkembangan. Jakarta : Erlangga.
Istiqomah, Umi. 2003. Upaya Menuju Generasi Tanpa Merokok. Jakarta: CV. Seti-Aji

Machfoedz, Ircham. 2010. Cara membuat kuisioner dan panduan wawancara (alat ukur penelitian )bidang kesehatan, kedokteran, keperawatan, dan kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya

Mu’tadin, Zainun. 2002. “Remaja dan Rokok”.(www.e-psikologi.com) diakses tanggal 7 Maret 2011

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2008. Konsep dan penerapan metodologi penelitian ilmu keperawatan, pedoman skripsi, tesis, dan instrument penelitian. Jakarta :Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta :Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta :Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010.Metodologi penelitian kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Poltekkes, Depkes. 2010. Kesehatan Remaja, problem dan solusinya. Jakarta : Salemba Medika.

Satiti, A. 2009. Strategi Rahasia Berhenti Merokok. Yogyakarta: Datamedia
Sugiyono.2009.Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R & D.Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfa Beta.
Sunaryo. 2004. Psikologis Untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar