2.1 Protein
urin
2.1.1 Pengertian Protein
Urin
Proteinuria didefinisikan sebagai
terdapatnya protein dalam urin manusia yang melebihi nilai normal yaitu lebih
dari 150 mg/hari. Biasanya proteinuria baru dikatakan patologis bila kadarnya
melebihi 200 mg/hari pada beberapa kali pemeriksaan dalam waktu yang berbeda.
Ada yang mengatakan proteinuria persisten jika protein urin telah menetap
selama 3 bulan atau lebih dan jumlahnya biasanya hanya sedikit di atas nilai
normal (Bawazier, 2006).
2.1.2 Mekanisme Protein
Urin
5
|
2.1.3 Macam-macam
Pemeriksaan Protein Urin
Macam-macam
pemeriksaan protein urin yaitu:
1.
Pemeriksaan protein urin dengan metode
sulfosalicil 20 %
Pemeriksaan terhadap protein merupakan
pemeriksaan rutin. Kebanyakan cara rutin untuk menyatakan adanya protein dalam
urin berdasarkan pada timbulnya kekeruhan. Karena padatnya atau kasarnya
kekeruhan itu menjadi satu ukuran untuk jumlah protein yang ada, oleh karena
itu dianjurkan menggunakan urin yang jernih dalam pemeriksaan terhadap protein
(Gandasaoebrata,2007)
Adapun prinsip dari pemeriksaan asam sulfosalicil adalah adanya protein
dalam urin dapat dinyatakan dengan penambahan asam sulfosalicil untuk
mendekatkan ke titik isoelektris protein, dimana kekeruhan yang timbul dinilai
secara semikuantitatif. Tes dengan asam sulfosalicil sangat peka yaitu adanya
protein dalam konsentrasi 0,002 % dapat dinyatakan oleh tes ini. Kalau hasil
tes ini negatif tidak perlu memikirkan kemungkinan adanya proteinuria
(Gandasoebrata, 2007).
Prosedur pemeriksaan protein urin
dengan asam sulfosalicil 20 % :
1. Alat:
a. Tabung
reaksi.
b. Spiritus.
c. Penjepit
tabung.
2. Bahan:
a. Asam
sulfosalicil 20%.
b. Urin.
3. Cara
kerja:
a. Siapkan
2 tabung reksi.
b. Isi
tabung 1 dengan urin sebanyak 2 ml.
c. Isi
tabung 2 dengan urin sebanyak 2 ml dan tambahkan 8 tetes asam sulfosalicil.
d. Kocok
dan panaskan di atas nyala api sampai mendidih.
e. Dinginkan
1-3 menit.
f. Amati
dengan membandingkan pada tabung 1.
g. Jika
tabung 1 dan 2 sama dinyatakan protein dalam urin negatif.
h. Jika
tabung 2 timbul kekeruhan dinyatakan protein dalam urin positif.
4. Cara
penilaiannya:
a. Negatif
(-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
b. Positif
+1/1+: ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam kekeruhan itu
c. Positif++/2+:
kekeruhan mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan
d. Positif
+++/3+: urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping
e. Positif
++++/4+:urin sangat keruh an kekeruhan berkeping-keping besar, menggumpal dan
memadat. (Gandasoebrata, 2007).
2.
Pemeriksaan protein urin metode asam
asetat 6 %
Pada pemeriksaan protein urin dengan asam asetat ini protein yang ada
dalam koloid dipresipitasikan. Pemberian asam asetat dilakukan untuk mencapai
atau mendekati titik isoelektris protein, pemanasan selanjutnya untuk
mengadakan denaturasi sehingga terjadilah presipitasi. Proses presipitasi
dibantu oleh adanya garam-garam yang telah ada dalam urin atau yang sengaja
ditambahkan ke dalam urin (Gandasoebrata, 2007)
Percobaan dengan asam asetat ini
cukup peka untuk klinik, yaitu sebanyak 0,004 % protein dapat dinyatakan dengan
tes ini. Asam asetat yang dipakai tidak penting konsentrasinya tiap konsentrasi
antara 3-6% boleh dipakai, yang penting ialah pH yang dicapai dengan pemberian
asam asetat, oleh karena itu ada yang lebih suka memakai larutan penyangga pH
4,5 sebagai pengganti larutan asam asetat, sehingga dengan reagen ini adanya
garam-garam untuk mempresipitasikan protein dengan sendirinya terjamin
(Gandasoebrata, 2007)
Prosedur pemeriksaan protein urin
dengan asam asetat 6%:
1.
Alat:
a. Tabung
reaksi
b. Api
spiritus
c. Penjepit
tabung
d. Korek
api
2. Bahan:
a. Asam
asetat 6%.
b. Urin
3. Cara
kerja:
a. Masukkan
urin ke dalam tabung reaksi sebanyak 3 ml
b. Panaskan
di atas nyala api dengan menggunakan penjepit tabung sampai mendidih.
c. Tetesi
dengan asam asetat 1-3 tetes.
d. Diamkan
1-3 menit.
e. Jika
kekeruhan hilang dinyatakan protein dalam urin negatif
f. Jika
kekeruhan tetap ada dinyatakan protein dalam urin positif
4. cara
penilaiannya:
a. Negatif
(-): tidak ada kekeruhan sedikitpun juga
b. Positif
+/1+:ada kekeruhan ringan tanpa butir-butir dalam kekeruhan itu
c. Positif++/2+:kekeruhan
mudah dapat dilihat dan tampak butir-butir dalam kekeruhan
d. Positif
+++/3+:urin jelas keruh dan kekeruhan itu berkeping-keping
e. Positif
++++/4+:urin sangat keruh dan kekeruhan berkeping-keping besar, menggumpal dan
memadat. (Gandasoebrata, 2007).
3.
Pemeriksaan protein dengan Carik celup
Banyak pemeriksaan penyaring sekarang dilakukan dengan menggunakan carik
celup. Pemeriksaan yang memakai carik celup biasanya sangat cepat dan mudah.
Carik celup berupa secarik kertas plastik yang pada sebelah sisinya dilekati
dengan satu sampai sembilan kertas isap atau bahan peyerap lain yang
masing-masing mengandung reagen-reagen spesifik terhadap salah satu zat yang
mungkin ada dalam urin. Adanya dan banyaknya zat yang dicari ditandai oleh
perubahan warna tertentu pada bagian yang mengandung reagen spesifik.
Pemeriksaan protein urin dengan carik celup ini sangat dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain faktor suhu dan cahaya matahari maka carik celup
harus disimpan dengan baik (Gandasoebrata, 2007)
Prosedur pemeriksaan dengan cari
celup:
1. Siapkan
urin yang akan diperiksa
2. Kocok
urin tersebut supaya urin dengan sedimen bisa tercampur
3. Celupkan
carik ke dalam urin.
4. Hilangkan
kelebihan urin yang melekat pada carik
5. Amati
perubahan warna yang terjadi
6. Bandingkan
dengan standart warna yang ada pada kit reagen (Gandasoebrata, 2007)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar